PELAKITA.ID – Media massa perlu selalu diberi penguatan kapasitas agar informasi yang disampaikan punya muatan edukasi sekaligus juga berdampak pada perubahan kebijakan publik.
Salah satu muatan kapasitas yang perlu dimiliki para jurnalis yang berita-beritanya menjadi potret media massa kita adalah aspek yang berkaitan dengan pemahaman terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pemenuhan hak penyandang disabilitas, perlindungan anak, dan inklusi sosial.
Lenynda Tondok, Ketua YESMa (Yayasan Eran Sangbure Mayang) sebagai mitra BaKTI di Tana Toraja, mengatakan mereka melakukan monitoring media untuk melihat apakah media sudah mengusung semangat inklusi sebagai nilai yang mesti dikedepankan.
“Iya, kami melakukan kegiatan media monitoring dengan mengambil pemberitaan teman-teman jurnalis untuk kita bedah, apakah sudah berperspektif gender dan inklusi atau belum,” jelas Lenynda Tondok via WhatsApp, Selasa, 12 September 2023.
Monitoring itu, lanjut Lenynda, didiskusikan di lingkup internal YESMa, yang hasilnya akan dilaporkan ke BaKTI.
YESMa merupakan mitra BaKTI di Tana Toraja.
Mitra BaKTI lainnya, yakni YLP2EM (Yayasan Lembaga Pengkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat) Parepare, Rumah Generasi Ambon, RPS (Rumpun Perempuan Sulawesi Tenggara) Kendari, UDN (Yayasan Ume Daya Nusantara) Kupang, dan LRC (Lombok Research Center) Lombok Timur.
Sebelumnya, Yayasan BaKTI sudah mengadakan Penguatan Kapasitas Forum Media dan Jurnalis, di Tana Toraja, pada 22-23 Agustus 2023.
Pesertanya berasal dari kalangan jurnalis yang ada di Tana Toraja dan Toraja Utara.
Lokasi kegiatannya di Royal Square Cafe, yang berada tepat di sekitar Bundaran Lakipadada, Kota Makale. Sehingga kegiatannya dibuat santai, tapi berlangsung interaktif dengan diskusi yang hangat antar peserta.
Kegiatan yang dipandu Rusdin Tompo ini, menghadirkan dua narasumber, yakni M Ghufran H Kordi K dari Yayasan BaKTI, dan Frederich Susealisu, jurnalis senior di Toraja.
Ghufran banyak memberikan perspektif kepada jurnalis, dengan mengingatkan mereka untuk menjadikan berbagai konvensi internasional dan regulasi nasional sebagai rujukan peliputan.
“Sebaiknya hindari penggunaan istilah dan diksi-diksi yang bias dan justru dapat membuat stigma kepada perempuan, anak, disabilitas, kelompok rentan dan mereka yang termaginalkan,” kata Ghufran mengingatkan.
Program INKLUSI ini melanjutkan dukungan Pemerintah Australia untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Sekaligus melanjutkan kemajuan yang telah dicapai pada bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, inklusi sosial, serta penguatan masyarakat sipil.
Yayasan BaKTI bekerja di 7 kabupaten/kota di Kawasan Timur Indonesia, masing-masing Kabupaten Maros, Kota Parepare, Kabupaten Tana Toraja dan Kota Makassar. Juga di Kota Kendari, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Kupang, dan Kota Ambon.
Pada tahun 2022 telah dibentuk Forum Media di wilayah program BaKTI.
Di tahun 2023 ini, dilakukan Penguatan Forum Media dan Jurnalis, dengan menggunakan buku “Panduan Jurnalis Berperspektif Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial”, edisi revisi (2023).
Buku hasil kegiatan pelatihan ini, disusun oleh tim terdiri dari jurnalis, aktivis anak dan perempuan, akademisi dan dari Yayasan BaKTI.
Program Penguatan Forum Media dan Jurnalis ini bertujuan untuk mengenalkan perspektif gender, disabilitas, dan inklusi sosial bagi jurnalis. Juga melakukan pelatihan kepada jurnalis agar liputan-liputan dan pemberitaannya punya perspektif gender, disabilitas, dan inklusi sosial.
Program ini juga melakukan monitorong media dengan menganalisis pemberitaan yang dimuat di media massa. (*)
Sumber: INKLUSI BaKTI