PELAKITA.ID – Jika anda tinggal di Makassar, penikmat kopi, atau gandrung berlama-lama di warkop caccarita sejumlah perihal, nama Warkop Kopi Zone tentu tidak luput dari pengalaman ngopi. Atau, minimal pernah dengar.
Iya, Kopizone sejak tahun 90-an sudah menjadi dermaga singgah bagi banyak pengelana, aktivis pergerakan sosial di Makassar.
Warkop itu pada satu kesempatan menjadi tempat diskusi sosial politik, pada waktu yang lain menjadi ajang Jumat Berkah, hingga ajang baca puisi dan buka puasa bersama.
Penulis ingat momen terakhir saat digelar diskusi tentang ‘Kinerja Pemerintahan Gubernur Andalan di 2019’. Saat itu suasana forum sempat chaos namun tetap memberi inspirasi.
“Sejak lama. Sudah sejak lama tempat ini jadi seperti oase ngopi atau simpul bertemunya aktivis pergerakan di Kota Makassar,” ungkap Ilham Hanafie, alumni Fakultas Hukum Unhas angkatan 83 saat ditemui Pelakita.Jumat malam, 7/4.
“Dulu Pak Ulla sering duduk di situ, buka laptop, pesan kopi. Berlama-lama di situ,” kenang pria yang akrab disapa Ile’ itu.
“Belum jadi anggota DPRD,” ujar pria yang bertahun-tahun jadi bagian perusahaan tambang yang mengurusi legal itu sembari menyungging senyum.
“Iya, masih di Ventura dulu,” jawab Ulla.
Malam itu, bersama Ile’ hadir Moch Hasymi Ibrahi,. Bachrianto Bachtiar, Anno Aldetrix, Puang Ondha, Ni’matullah ‘Ulla’ Rahim Bone dan ‘Opu’ Ikrar. Penulis ada di antara para aktivis Unhas dulu, kini dan nanti itu.
Ni’matullah misalnya. Dia adalah Wakil Ketua DPRD Suslel yang disebut berpengalaman sebagai aktivis LSM, akuntan, dan punya jejaring yang luas jika berkaitan sepak terjang alumni-alumni Unhas.
Dia adalah petinggi Senat Mahasiswa Unhas di tahun 90-an awal. Kini ketua DPD Partai Demokrat Sulsel yang selalu diidamkan kolega dan yunironya di HMI untuk dapat berbagi pengalaman sebagai aktivis kampus, sekalaigus bagian dalam pemerintahan di Sulawesi Selatan.
Sementara Bachrianto atau biasa disapa Opu atau Pak Dosen ini adalah anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan TGUPP Sulsel.
Kiprahnya sebagai aktivis HMI dan pergerakan mahasiswa Unhas nun lampau tak jua surut. Saat ini, selain aktif di kepengurusan IKA Unhas, dia pun sosok penting di DPD Gerindra Sulsel.
Anno, jurnalis TV dan punya pengalaman meliput event-event penting di Makasar dan Jakarta ini adalah sosok yang banyak membagikan membagikan perspektifnya tentang pernak pernak sosial kemasyarakatan hingga olahraga. Belakangan ini lebi sering didapai di Home Town Kpizone ketimbang di warkop langganannya dulu di seputar Pettarani.
Kicauan dan pengeledahan status stadion Mattoanging oleh Anno pekan ini menyentil dan menggoda banyak pihak untuk mengambil sikap atas ketiadaan stadion bagi PSM.
Kembali ke Ile’, ke Tetta Ile’.
Menurutnya, Kopizone yang kini bermetamorfose menjadi Home Town Kopizone ini tak semata sebagai tempat ngopi tetapi memang menyimpan kesejarahan bagi banyak tokoh Sulsel dan nasional.
“Bersejarah dan strategis, Daeng Nuntung,” imbuh Ile’.
Malam itu, penulis memesan kopi susu tipis bersama puluhan kaum milenial dan ‘kolonial’ ha-ha.
“Jadi kita mau jenis Home Town Robusta?” balas barista.
Tidak butuh waktu lama, kopi datang.
Melihat gaya pengajian, kopi berbaki, sikap barista yang penuh senyum, penulis langsung berkesimpulan, warung kopi ini telah bertransformasi dengan benar dan kompetitif.
Belum lagi jika melihat konfiguurasi meja, graffiti di dinding warkop nan artistik hingga bentuk kursi yang opsional, ada yang mini, ada juga yang nampak bikin adem. Dua pilihan, dipakai duduk lama, atau sekadar rehat menyecep kopi Robusta, Arabica atau Liberica.
Edede, jammi panjang-panjang deh.
Pendek cerita, Home Town Kopzone menjadi tempat ngopi yang kian nyaman, mengasikkan, dan meneguhkan dirinya sebagai oase bagi para pencari inspirasi, tentang kota, perikehidupan, hingga sosial politik. Iyakabus!
Pembaca sekalian, ini bukan balle-balle atau golla berlebihan, ini kesan pertama penulis saat datang ke Home Town Kopizone di Jantung Panakukang Makassar: Ada inspirasi baru, minimal rasa kopi terbaik yang ngangenin. tsah!
Denun
Tamarunang, 8/4