PELAKKITA.ID – Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia, salah satu provinsi yang menghasilkan kelapa adalah Sulawesi Selatan.
Bertambahnya produksi kelapa, maka bertambah pulalah limbah tempurung kelapa. Lalu apa yang bsia dilakukan?
“Ada metode yang seperttinya efektif dalam menangani limbah tempurung kelapa, metode itu adalah pirolisis yang dapat mengasilkan asap cair,” kata Syamsuddin, alumni MIPA Unhas yang saat ini bekerja sebagai peneliti di Kota Palu.
Menurutnya, proses pirolisis limbah tempurung kelapa adalah dengan cara memberikan panas ke limbah tempurung kelapa tanpa adanya udara.
Asap hasil pembakaran akan dikondensasi atau perubahan fasa gas menjadi fasa cair dengan menggunakan kondensor, kemudian hasil asap cair keluaran kondensor akan ditampung dengan menggunakan gelas ukur.
Menurut hasil googling Pelakita.ID, hasil riset Faldi Lulrahman dan Andi Irawan terkait Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang melalui variasi terhadap temperatur proses pirolisis, waktu/lama proses pirolisis, ukuran limbah tempurung kelapa, dan kadar air limbah tempurung kelapa menunjukkan hasil,
Rendemen asap cair yang didapatkan pada variasi temperatur adalah 17,6 persen, 19,3 persen, 21,8 persen dan 26,persen.
Rendemen asap cair pada variasi waktu pirolisis adalah 14,7 persen, 15,4, 17,7 dan 20,14 persen.
Sementara rendemen asap cair untuk variasi ukuran partikel adalah 11,8 persen, 15,0persen dan 17,1 persen. Rendemen asap cair untuk variasi kadar air limbah tempurung kelapa adalah 17,3 persen, 13,4 persen dan 6,7 persen.
Jelas bahwa hubungan temperatur pirolisis terhadap rendemen asap cair adalah berbanding lurus. Hubungan waktu pirolisis dengan rendemen asap cair adalah berbanding lurus.
Hubungan ukuran limbah tempurung kelapa dengan rendemen asap cair adalah berbanding terbalik.
“Pirolisis bagus untuk jadi opsi pengembangan ekonomi daerah pesisir, termasuk daerah seperti Selayar, Pangkep, hingga Sinjai yang disebut punya banyak pohon kelapa,” ujar Syamsuddin.
“Ini bisa menjadi obyek pendampingan atau fasilitasi alumni Unhas yang saat ini sedang antusias membangun UMKM,. Teknoolginya pun mudah dikembangkan,” tambahanya.
Hasil penelitian Zumaro dan Abri tahun 2017, menemukan bahwa selama ini, penanganan limbah tempurng kelapa belum optimum perlu inovasi. Masih banyak limbah tempurung kelapa yang dibuang ke sungai atau ke drainase sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
“Saya kira iya, limbah padat tempurung kelapa mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis,” imbuhnya.
Bahan organik dengan kadar yang cukup tinggi yaitu lignin 36,51persen, sellulosa 33,61persen dan hemisellulosa 19,27 persen sebagaimana disebutkan Arbi, Aidha and Deflianti, 2018.
Syamsuddin menegaskan metode pirolisis merupakan proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa oksigen, dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi gas.
“Pada umumnya proses pirolisis diawali pada suhu 200oC dan bertahan pada suhu sekitar 250 hingga 300oC,” ucapnya.
“IKA Unhas bisa masuk ke bidang itu, salah satu keuntungan metode pirolisis dalam pengolahan limbah padat tempurung kelapa adalah menghasilkan produk berupa asap cair, arang aktif dan gas meta,” tambahnya.
Editor: K. Azis