PELAKITA.ID – Terjadi histeria massa di Kota Medan, tatkala Anies berkunjung di Kota itu pada 4 November 2022. Ribuan orang menyambutnya. Begitu keluar dari pintu terminal kedatangan domestik Bandara Internasional Kualanamu, Anies langsung diserbu.
Tak pelak, Anies dan rombongan sampai habiskan waktu 1 jam untuk mencapai mobil jemputannya. Padahal jaraknya hanya sekitar 100 meter.
Petugas keamanan bandara dan Satgas penjemputan dari Partai Nasdem Sumut, terpaksa berkeja keras membukakan jalan, mencoba sebisanya menghalangi serbuan para penyambut yang hendak sekadar menyentuh Anies.
Keluar dari bandara, “penderitaan” Anies bukannya sudah berakhir, tapi malahan makin menjadi. Sebab separuh badan Jalan Bandara Kualanamu sejauh 4,5 km, sesak dipenuhi manusia berjejal menantinya sejak ba’da subuh.
Mobil yang ditumpangi Anies pun tak bisa melaju kencang, hanya bisa bergerak seperti siput.
Dari atas lubang sunroof, Anies berdiri – membungkuk melayani masyarakat berjabat tangan. Tak ketinggalan para penjaja makanan dan minuman yang saban hari mangkal di situ, ikut berjejal.
Mereka bahkan berteriak meminta Anies agar mengambil jajanannya. Sungguh suatu pemandangan mengharukan diperlihatkan rakyat kecil yang merindukan seorang pemimpin.
Memasuki Kota Medan selepas keluar dari jalan tol, sepanjang jalan yang dilalui menuju Hotel Madani, tempatnya menginap, tampak masyarakat Medan tumpah di jalan menyambutnya. Lagi dan lagi, dari lubang sunroof, Anies tampak hanya meletakkan kedua jemarinya di sisi mobil agar masyarakat dapat menyentuhnya.
Seperti saat di bandara, di sini juga terjadi histeria massa teriakkan Anies Presiden tiada henti-hentinya. Bahkan tampak seorang perempuan paruh baya terdengar seperti melolong memanggil Anies. Sungguh suatu pemandangan yang membuat bulu kuduk bergidik.
Usai salat jumat di Masjid Raya Medan yang tak seperti biasanya, jamaah membludak hingga di Jalan Sisingamangaraja, Anies lanjut dialog lintas agama di Hotel Madani bersama dengan para pemuka dari berbagai agama di Medan.
Para pemimpin agama mengapresiasi pikiran-pikiran Anies sebagai sosok pemimpin yang benar-benar memahami makna keberagaman. Yaitu sosok pemimpin pemersatu yang sangat dibutuhkan bangsa saat ini.
Terutama pada saat Anies kembali menekankan bahwa keberagaman adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Namun bersatu dalam keberagaman itu, adalah hal yang harus diperjuangkan.
Puncak acara kunjungan Anies di Medan berlangsung pada sore hari di bawah rinai gerimis. Anies yang memilih berjalan kaki disambut puluhan ribu massa yang menyemut di sepanjang jalan Masjid Raya hingga di alun-alun Istana Maimun, tempat acara dilangsungkan.
Histeria massa pun kembali terjadi untuk ketiga kalinya dalam sehari itu, bahkan terjadi jauh lebih dahsyat. Pekik histeris massa teriakkan Anies Presiden sambung-menyambung membelah udara Kota Medan. Bak kesurupan, beberapa orang berusaha mengejar dan memohon pada tim kawal agar diizinkan mencium tangan Anies.
Saat di atas panggung, aura kepemimpinan Anies memancar luar biasa dan mampu membuat puluhan ribu massa seperti terhipnotis. Sewaktu ia meminta massa di barisan depan duduk, semuanya taat dengan serempak terduduk secara tertib dalam hitungan detik.
Di bagian lain, ada pemandangan aneh namun terasa geli. Seperti dilaporkan warta-berita.com, di tengah gempita acara itu, tampak sekelompok abang becak memakai kaos Ganjar.
Loh kok bisa? Rupanya, hari itu, relawan Ganjar juga bikin acara di Lapangan Sepak Bola Asrama Widuri di Medan Amplas. Mungkin maksudnya mencoba menandingi.
Seperti biasa, relawan Ganjar memobilisasi massa dengan sembako, termasuk puluhan abang becak itu. Setelah dapat sembakonya, mereka kemudian pergi tanpa beban untuk mengikuti acara Anies di Istana Maimun, dengan tetap mengenakan kaos Ganjar. Sial, sembako punya Ganjar, hati milik Anies.
Pemandangan yang tak kalah menariknya adalah saat malam hari di toko durian Si Bolang. Di sana Anies tampak sedang duduk makan duren sembari tebar pesona. Oh alamak, cici-cici dan amoi-amoi bening pun terjerat pada pesonanya, dengan bergantian foto bareng.
Demi bangsa dan negara, semoga Mba Farhat kuat menerima “kutukan” bersuamikan lelaki yang punya senyum kelewat manis.
Penulis: Yarifai Mappeaty, tinggal di Makassar.