Jangan selalu ngotot mau menang terus, kalau kalah langsung ricuh. Sepak bola iru terus bersemangat meraih kemenangan dengan siri’. Coach Syamsuddin Umar.
PELAKITA.ID – Kopi Arnum, salah satu warung kopi favorit di Makassar pada Rabu pagi 5 Oktober 2022 nampak ramai. Sebagian besar kursi dan meja sudah terisi. Ada beberapa yang mengaku dari pekerja bank, ada juga yang baru selesai gowes, ada juga sedang reuni teman kelas.
Di sudut meja, nampak Tamzil Tadjuddin, pelanggan setia Kopi Arnum.
Saya menyapanya, menyalami dan bercerita sejenak sebelum saya membuka tas dan keluarkan laptop. Kak Thamzil duduk di samping saya. Kursi di depannya masih kosong.
Saya pesan bubur ayam, plus air mineral. Bubur yang nikmat. Sekitar 20 menit, datang Syamsuddin Umar. Kenal? Iya, Tetta Syam adalah pelatih PSM saat menjuarai Liga Perserikatan 1992.
Pendek cerita, om Syam, atau kita sebut saja coach Syam bercerita pada om Thamzil mengenai dimensi tragedi Kanjuruhan yang menjadi sorotan media internasional. Bahkan klub sekelas Mardrid pun ikut mengheningkan cipta jelang pertandingan.
“Kita ini terparah kedua setelah insiden di Peru, dimana korban meninggal terbanyak sejauh ini.” Kejadiannya di Estadio Nacional Disaster di Lima, Peru, dalam laga Peru melawan Argentina tahun 1964.
Saat itu, 328 orang meninggal dunia dan 500 lainnya terluka.
Menurut Coach Syam, tragedy Kanjuruhan adalah duka bersama, duka kita semua. Hanya saja menurutnya, apapun yang terjadi di pertandingan sepakbola semestinya bisa dicek dari bagaimana persiapan kedua tim termasuk official. Bahkan setelah pertandingan pun evaluasi harus ada.
Dicek maksudnya, bagaimana mengantisipasi segala kemungkinan. Pastikan siapa saja yang ikut membicarakan ‘technical meeting’ sebelum laga digelar.
Diapun bercerita kondisi ideal sarana prasarana, tenaga pertandingan, dan pengawas, tentang bagaimana laiknya sebuah pertandingan digelar.
***
Saya menulis beberapa poin menarik yang disampaikan Coach Syamsuddin Umar sebagai reminder, terkait bagaimana memahami sebelum-saat-setelah pertandingan sebagaimana umumnya sepakbola yang dipahami Coach Syam.
Pertama, pada setiap pertandingan, selalu ada pertemuan sebelum digelar. Melibatkan kedua tim dan official pertandingan. Pastikan ini dilaksanakan dan di-update dengan serius termasuk antisipasinya.
Pastikan semua hal atau aspek di-update. Jadi di sini semua bisa dicek, mulai dari fasilitas yang ada, ketersediaan ambulans, berapa jumlah petugas keamanan yang dibutuhkan hingga rumah sakit terdekat.
Kedua, sebelum pertandingan berakhir, pintu stadion sudah harus dibuka. Ini dimaksudkan untuk mencegah penumpukan. Dibuka lebih cepat biar tidak ada penumpukan dan bersamaan dengan para pengendara yang bisa saja menciptakan macet.
Ketiga, pentingnya mematuhi wasit. Wasit adalah pengadil harapan bersama. Apapun keputusan wasit harus dipatuhi. Jika terjadi pelanggaran wasit biasanya akan memberi nasehat pada pelaku pelanggaran.
“Jangan berlaku kasar, jangan menciderai lawan sebab itu temanmu juga.”
“Jangan menciderai teman, karena itu adalah sumber penghidupannya, juga dirimu.”
“Jika kau dihukum, berarti kau akan kehilangan pekerjaan dan pendapatam.”
Kurang lebih begitu pernyataan wasit jika dia melihat pelanggaran. Ini banyak disampaikan oleh wasit di jaran Eropa atau klub-klub yang memang sangat kuat disiplinnya. Jika pun ada wasit yang tak fair, bisa diproses setelah pertandingan. Itu pesannya.
Keempat, sepakbola adalah olahraga yang seksi, prestisius dan bisa menjadi wahana mengorbitkan ketokohan diri. Perjalanan karir seperti Gubernur Sumut yang pernah jadi Ketua PSSI adalah contoh bagaimana sepakbla telah mengorbitkan karir politik seseorang karena ketokohannya.
Meski demikian, dalam prosesnya atau pengelolaannya, dalam mengurus PSSI sebaiknya semua keputusan PSSI harus fair, terbuka, akuntabel dan tidak boleh dipolitisasi apalagi untuk kepentingan pihak tertentu.
Kelima, sepakbola adalah olahraga yang sejatinya didasari rasa riang gembira. Menjadi penengah dari konflik. Menjadi pelarian untuk tidak terjebak pada rutinitas yang menyiksa. Bersepakbola berarti berekreasi dan mengolah kematangan diri, sportif dan menerima hasil dengan legowo.
“Jangan selalu ngotot mau menang terus, kalau kalah langsung ricuh. Sepakbola iru terus bersemangat meraih kemenangan dengan siri’.” Itu pesan coach Syamsuddin.
Menurut Coach Syam, siri’ dalam sepakbola seperti yang sejatinya diadopsi di PSM adalah berjuang terus menerus, berusaha, berlatih keras dan bermain dengan semangat kemenangan, persaudaraan dan menjunjung sportivitas.
Keenam, memperbaiki kualitas sepakbola Indonesia adalah dengan mengembangkan sekolah sepakbola sejak dini adalah salah satu cara merawat spirit siri’ bersepakbola itu.
Ajarkan persaudaraan, sportivitas, saling bantu, kolaboratif, menghargai perbedaan dan respek pada panggilan universalitas. Pendidikan sepakbola sejak usia diini, selain mencetak pemain berkualitas, menjaga agar fisik bagus, mental juga bagus.
“Saya suka cara Shin Tae Young menangani PSSI.” Kata Coach Syam. Dia tak lagi fokus pemain tua, atau itu-itu saja. Menjaga fisik, stamina dan kerjasama tim. Juga mengorbitkan pemain muda, saat ini di timnas hanya Fakhruddin yang usia 30 plus. Banyak wajah baru yang kita kemudian bertanya. “Wah anak mana itu.”
Ketujuh, sedih jika PSSI di-banned atau tidak bisa ikut kompetisi internasional, apalagi saat ini ada Garuda Usia-19 yang sedang bagus-bagusnya.
Apa yang bisa dilakukan? Tetap intospeksi diri, klub berbenah dan menggiatkan kompetisi domestikl di level terencah tapi pastikan persaudaraan, kerjasama, sportvitas jadi pilarnya.
Penulis: K. Azis