PELAKITA.ID – Seekor ikan kerapu raksasa di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) menjadi perhatian netizen. Ikan itu sungguh besar dan ditangkap dengan panah. Penampakan ikan raksasa tersebut sebelumnya pun telah menjadi perhatian warga Wasuemba, Kabupaten Buton, (31/5/2022).
Gambar ikan beredar di berbagi media online dan media sosial.
Ikan kerapu raksasa ini ditangkap di Perairan Desa Wasuemba, Kecamatan Wabula, Buton pada Selasa31 Mei 2022 oleh dua orang nelayan setempat. Menurut informasi dari Detiknews, ikan ini ditangkap oleh nelayan bernama Syarif Wali dari Wasuemba.
Sementara itu, nelayan penangkap kerapu raksasa lainnya bernama Haris mengatakan dia dan rekannya sudah menjual kerapu raksasa tersebut. Ikan raksasa seberat 143 kilogram itu dijual kepada pengepul dengan harga Rp 2,4 juta.
“Lokasi penemuan ikan kerapu jenis Epinephelus sp tersebut tidak jauh dari Ombo di perairan Wasuemba,” kata Jawadin, pemuda dari Pasarwajo.
Menurut Muhammad Abdi yang selama ini sering menyelam di perairan Buton serta kerap melakukan pemancingan di perairan Pasarwajo. Jenis ikan ditangkap tersebut banyak ditemukan pada kedalaman 300 m.
Menurut Guru Besar Ichtiology Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, Prof Andi Iqbal Burhanuddin, M.Fish. Msc, Ph.D, kuat dugaan itu adalah ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides).
“Ini termasuk ikan carnivora bersifat protogony hermaphrodite,” katanya.
“Artinya, jenis kelamin ikan akan berubah sejalan dengan pertumbuhannya. Pada waktu masih berumur 3 tahun atau kurang, Ikan kerapu lumpur ini berkelamin betina. Namun sesudah ikan kerapu ini berumur lebih dari 4 tahun ikan kerapu ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa perubahan morfologi yang jelas,” jelasnya.
“Tapi ini masih dugaan sesuai warna dan bentuknya, saya belum tahu pasti apa itu jenis E. coioides. Kalau sepintas fotonya itu kerapu lumpur,” ucapnya.
Tentang kerapu
Saat ini ada 46 jenis spesies ikan kerapu yang tersebar di seluruh perairan laut dunia. Sedangkan jenis kerapu yang hidup di Indonesia terdiri dari 8 jenis.
Klasifikasi ilmiah ikan kerapu, yaitu sebagai Animalia, filum Chordata, kelas Actinopterygii, Ordi Perfiformes, famili Serranidae, sub-famili Ephinephelus.
Nama kerapu atau ikan grouper atau groper, diduga nama tersebut berasal dari kata dalam bahasa Portugis, yaitu garoupa. Ada pula pendapat yang memperkirakan kata tersebut berasal dari bahasa asli Amerika Selatan yang diadopsi oleh bangsa Portugis.
Masing-masing jenis kerapu memiliki ciri morfologi berbeda-beda, namun secara umum karakteristik ikan kerapu adalah pertumbuhan rata-rata sekitar 10 cm dengan berat antara 600 sampai 1.200 gram.
Bentuk tubuhnya pipih, artinya lebar tubuhnya lebih tipis jika dibandingkan dengan panjang dan tinggi tubuhnya.
Mulutnya berongga lebar dan berbentuk menyerong ke atas, bagian bawah mulutnya sedikit lebih menonjol ke depan melebihi mulut bagian ataa, Pada tubuhnya terdapat sirip kecil yang dilengkapi dengan sisik. Sirip perut ikan kerapu berada tepat di bawah sirip dada.
Sirip punggungnya tunggal, bentuknya memanjang dengan bagian yang berjari-jari keras di bagian depan dan bagian yang berjari-jari lunak tersambung di bagian belakang. Sirip ekor kerapu berbentuk bulat
Habitat kerapu meliputi berbagai jenis jenis perairan, mulai dari muara sungai, laut dangkal, hingga laut dalam. Ikan kerapu banyak ditemukan di laut tropis.
Di Indonesia, ikan ini banyak terdapat di pesisir Jawa Timur, Aceh, Sumatra bagian utara, Lampung, Sulawesi, Bali bagian selatan dan utara, dan Berau.
Kerapu termasuk ikan predator. Ikan ini memiliki susunan gigi tajam yang terdapat pada mulut dengan rongga berukuran lebar. Ikan kerapu muda atau masih kecil pada umumnya mengonsumsi krustacea berupa udang-udangan dan kepiting sebanyak 83 persen, sisanya sebanyak 17 persen adalah ikan-ikanan.
Seiring dengan bertambahnya usia, kerapu akan lebih banyak mengonsumsi ikan-ikanan.
Jenis udang yang sering dikonsumsi kerapu adalah udang jerbung, udang krosok, dan udang dogol.
Sementara jenis ikan yang sering menjadi santapan ikan kerapu adalah ikan teri, belanak, tembang, cumi-cumi hingga baronang. Berdasarkan jenis makanannya, maka dapat disimpulkan bahwa kerapu merupakan ikan karnivora yang memangsa sumber makanan berprotein tinggi.
Selain itu, ikan kerapu ternyata memiliki pola makan khusus. Ikan ini akan makan di pagi hari sebelum matahari terbit dan di sore hari menjelang matahari terbenam. Namun meski dalam keadaan lapar, kerapu sangat jarang mengonsumsi apa pun yang sudah jatuh ke dasar perairan.
Saat lapar, kerapu akan menghadap ke atas, matanya bergerak-gerak tanda sedang mencari mangsa. Kebiasaan makan ikan kerapu adalah langsung menyergap mangsa dan menelannya.
Jenis ikan kerapu yang hidup di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, antara lain kerapu tikus atau bebek, kerapu batik, kerapu macan, kerapu kerang, kerapu kertang, dan kerapu sunuk.
Berikut ini adalah penjelasan masing-masing jenis kerapu tersebut, yaitu:
Kerapu tikus, selain di Indonesia, kerapu tikus atau kerapu bebek juga hidup di Australia dan dikenal dengan nama Barramundi Cod. Sementara di Jepang, ikan ini dikenal bernama Sarasa-hata.
Warna dasar tubuh kerapu tikus adalah abu-abu muda dengan kombiansi bintik-bintik warna hitam di seluruh bagian tubuhnya menyerupai motif polkadot. Ikan ini dinamakan kerapu tikus karena bentuk kepalanya mirip dengan kepala tikus. Di pasaran, ikan ini mempunyai nilai jual cukup tinggi dan menjadi target para nelayan.
Kerapu Batik. Ikan kerapu batik mempunyai warna dasar putih agak abu-abu muda dengan bintik-bintik berwarna cokelat. Jumlah bintik-bintiknya lebih banyak dan lebih rapat jika dibandingkan dengan kerapu tikus.
Kerapu Macan. Kerapu macan memiliki ciri khas pada bagian sisinya yang mengkilap. Warna tubuhnya menyerupai macan tutul. Di dalam laut, coraknya hampir sama dengan terumbu karang.
Kerapu Kerang. Dalam bahasa Inggris, kerapu kerang sering disebut sebagai giant groper. Dinamakan demikian karena ukurannya melebihi rata-rata ukuran kerapu lainnya. Tubuhnya berwarna kekuningan dihiasi dengan bintik-bintik hitam.
Kerapu Kertang. Jenis ikan kerapu ini berwarna abu-abu dan hidup hidup di sekitar terumbu karang. Kerapu kertang memiliki kemampuan bertahan hidup di kedalaman laut hingga 125 meter. Meski demikian kerapu kertang juga mampu hidup di muara. Kerapu kertang merupakan salah satu kerapu yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Kerapu Sunuk. Kerapu sunuk memiliki tubuh berwarna merah, oleh karena itu juga disebut sebagai kerapu merah. Terdapat bintik-bintik warna biru gelap di bagian pinggir tubuhnya. Populasinya termasuk langka dan semakin sulit ditemukan di lautan, sehingga harga ikan kerapu sunuk cenderung mahal.
Berdasarkan riset, di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersama-sama di permukaan air.
Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir.
Telur yang telah dibuahi bersifat “non adhesive” yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm.
Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April.
Nah, jika yang 8 kg dapat menghasilkan telur mencapai 1,5 juta, bagaimana dengan ikan kerapu seberat 143 kilogram itu?
Editor: K. Azis | Dari berbagai sumber