Tentu kita semua tidak ingin pemeringkatan itu mengerangkeng kampus ke dalam dunia permainan citra, retorika serta menjadikan kampus mengalami disorientasi fungsi dari agen perubahan dan pembangunan peradaban menjadi pemburu predikat semata.
Prof Andi Iqbal Burhanuddin, Guru Besar FIKP Unhas
PELAKITA.ID – Tahun ini Universitas Hasanuddin berulang tahun yang ke-65 dengan mengusung tema “Memperkokoh Humanisme dan Championship di Era Normal Baru”.
Usia 65 tahun adalah usia yang sudah cukup matang. Unhas kini hadir di tengah-tengah bangsa Indonesia yang kini bersama bangsa-bangsa lain di dunia, bertumbuh kembang dengan landasan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dan nilai-nilai keseimbangan dalam kemanusiaan dan ilmu pengetahuan (humaniversity) serta menjadi spirit dan salah satu values baru bagi civitas academica di dalam melakukan pengabdiannya.
Tantangan dunia pendidikan tinggi kini di era disrupsi teknologi, era persaingan yang sangat ketat menyentuh seluruh kehidupan umat manusia harus diantisipasi secara cepat dan cermat. P
erguruan tinggi tentu juga semakin dituntut menyesuaikan diri, menciptakan suasana lingkungan akademik agar tak tertinggal dan mampu bersaing secara global.
Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, Rektor Unhas dua periode dalam pidato Dies-65 baru baru ini menyebut bahwa berbagai prestasi telah Unhas capai. Unhas berhasil tercatat berada pada kelompok 1001 – 1200 ranking QS World University Ranking (WUC), Top Universities yg sebelumnya hanya pada QS Asia University Ranking (AUR).
Dalam Webometrics, sistem pemeringkatan yang memberikan penilaian terhadap seluruh universitas di dunia melalui website universitas, menempatkan Unhas pada posisi 2.714 dunia dan peringkat ke-15 PT se-Indonesia dari indikator pemeringkatan web contens impact, openness, dan excellence.
Capaian-capaian tersebut merupakan hasil dari perjuangan panjang yang dilakukan Unhas untuk memenuhi mandat dan visi Unhas sebagai World Class University.
Kita tidak bisa tutup mata bahwa kampus-kampus kini gencar mengejar WCU. Acuan pencapaian reputasi PT top dunia didasarkan pada kesesuaian kriteria dalam QS World University Ranking (QS WUR), THE (Times Higher Education) World University Ranking (THE WUR), SJTU, 4ICU dan lain-lain.
Harapan kita bersama dari Pemeringkatan PT tersebut dapat menjadi salah satu bentuk pengakuan dunia internasional atas kualitas penyelenggaraan Tri Dharma PT dan dampaknya yakni peran PT dalam pengembangan IPTEKS.
Pemeringkatan tersebut juga dapat memotret peran universitas terhadap masyarakat, berdasarkan keberhasilan universitas dalam melaksanakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia (SDGs).
Tentu kita semua tidak ingin pemeringkatan itu mengerangkeng kampus ke dalam dunia permainan citra, retorika serta menjadikan kampus mengalami disorientasi fungsi dari agen perubahan dan pembangunan peradaban menjadi pemburu predikat semata.
Perguruan tinggi yg usianya sudah matang seperti Unhas selalu dituntut menguatkan komitmen untuk meningkatkan manajemen dan tata kelola, peningkatan kapasitas sumber daya manusia yg unggul berbasis kreativitas, efisiensi, dan inovasi melalui pembelajaran yang tanggap terhadap kebutuhan dan situasi masyarakat demi kemajuan.
Perlu diingat bahwa, produktivitas penelitian dosen, jumlah artikel terbit pada jurnal internasional reputasi serta status pemeringkatan tidaklah menjadi ekspektasi masyarakat terhadap unversitas, melainkan sejauh mana implikasi hasil riset dan artikel dalam jurnal luaran dari kampus terhadap kelangsungan hidup khalayak.
Sejatinya, Unhas harus selalu bergerak sebagai Champion dalam inovasi, mengembangkan potensi segenap sivitas akademika, progresif dalam membangun ilmu pengetahuan, menjaga nilai etis dan kebenaran intlektual serta ikut memberikan solusi dalam permasalahan masyarakat.
A Champhion must be made, Juara itu bukanlah hadiah, juara itu tidak datang dengan sendirinya, juara itu harus diciptakan.
Prestasi Unhas dan kesejatian ‘a champion’ adalah sebuah proses dan muara kebermanfaatan, efektivitas, ada relevansi dengan kebutuhan dunia sekitarnya, dan yang pasti ada perubahan yang nyata dan berdampak luas, bagi almamater, bagi bangsa, bagi masa depan generasi.
A Champion must be made, ungkapan penyemangat seorang pelatih fisik bulutangkis legendaris ketika mendampingi Rudi Hartono dan kawan-kawannya berjaya di All England, Uber cup dan Asian Games 1970-an.
DIRGAHAYU UNHAS KE-65.
Baraya, 18 September 2021
Editor: K. Azis