PELAKITA.ID – Hari kedua di Jakarta, saya isi dengan kunjungan ke Masjid Istiqlal. Selain menikmati keindahan masjid terbesar di Asia Tenggara itu, saya juga ikut salat Ashar dan mendengarkan kultum tentang Imam Nawawi Al Bantani.
Setelah membuat video dan menyimpan foto-foto interior masjid nan memukau, saya bergeser ke Kedai Kopi Phoenam Wahid Hasyim, Gondangdia, 21/4/2021.
Di kedai sudah ada belasan pengunjung. Sebagian main kartu. Sebagian lainnya nampak sibuk di samping Kedai Kopi Phoenam.
Ada yang melepas siung bawang, ada yang rendam ikan, ada yang mengaduk kolak pisang atau ‘pallugolla’. Ada pula yang menata air mineral.
Tiap hari ini begini,” kata Nazruddin Maddeppungeng.
Naz jualah yang sibuk di dapur. Mengolah lauk dan menyiapkan cobek-cobek.
Pria yang kini mengelola bisnis distribusi ikan di Jakarta ini mengaku senang bisa ikut menjadi bagian dari silaturahmi ini.
Sementara itu, Daeng Thamrin, salah satu pilar komunitas perantau Makassar Phoenam menyatakan bahwa buka puasa ini digelar sebagai bentuk silaturahmi komunitas perantau dari Makassar di Jakarta.
“Para-parakitaji yang nyumbang. Ada lima puluh ribu, ada yang lebih,” katanya.
Menurut Thamrin komunitas Phoenam perantau sudah lama eksis, salah satu simpul silaturahmi orang-orang yang punya kenangan, pengalaman dan kedekatan dengan Makassar.
Begitulah anak-anak Makassar di Jakarta. Puasa hari kedelapan ditutup dengan buka puasa di bahu Phoenam. Siapapun yang lewat disapa oleh anggota komunitas.
“Mari mari mari buka puasa dulu,” sapa Thamrin kepada warga Afrika yang melintas.
Pemandangan ini terasa unik di tengah Kota Jakarta yang dilanda pandemi dan kemacetan saban hari. Juga relasi sosial yang kian luntur.
Terima kasih Komunitas Perantu Makassar Phoenam, terima kasih sudah berbagi pallugolla!
Penulis: K. Azis