Jejaring Aktivis LSM Nyatakan Dukung DIA pada Pilgub Sulsel

  • Whatsapp
Mereka yang menyatakan sikap mendukung Danny Azhar (dok: Istimewa(

DPRD Makassar

PELAKITA-ID – Kontribusi LSM sebagai salah satu pilar tiga Negara – sebagai Masyarakat Sipil – bersama state dan private sector sangat dibutuhkan dalam menyiapkan dan menggelar kontestasi demokrasi seperti Pilkada berkeadilan, memberdayakan dan memandirikan masyarakat.

Demikian, salah satu catatan yang mengemuka dalam pertemuan ‘Sharing antara Jejaring LSM di Sulawesi Selatan bersama Bakal Calon Wakil Gubernur Azhar Arsyad’ di Plazgozz Pettarani, Sabtu, 7 September 2024.

Pertemuan tersebut sekaligus menjadi ajang terbuka bagi sejumlah aktivis LSM untuk menyuarakan harapan, penilaian dan gagasan strategis agar pasangan Danny Pomanto dan Azhar Arysad bisa menjadi pilihan bagi masyarakat Sulawesi Selatan pada Pilgub yang akan digelar pada bulan 27 November 2024 nanti.

Abdul Rasyid Idris, sosok yang berpengalaman di ranah LSM sejak tahun 90-an di sejumlah organisasi pemberdayaan masyarakat dan CSR di Sulawesi menyebut kehadirannya di forum ini sebagai bukti dukungan.

”Bahwa saya tidak bisa tinggal diam saat melihat sosok berpengalaman dan telah teruji kompetensinya seperti Azhar Arsyad maju atau terpilih sebagai pendamping Danny Pomanto,” kata pria penggiat sepeda lipat ini.

”Saya kira saya tidak perlu menceritakan lagi seberapa dekat atau kenal dengan Azhar, yang perlu sekarang adalah bagaimana mengambil inisiatif untuk menyebarkan kabar kebaikan pasangan ini, tidak perlu jauh-jauh, cukup di kalangan keluarga saja, yang pasti-pasti saja, itu sudah lebih dari cukup,” ucapnya.

Oleh karena itu, dia berharap bentuk dukungan bisa didasarkan pada jejaring LSM dan pengalaman berprogram di sejumlah lokasi.

Dia juga menyebut beberapa pilihan strategi, wilayah dan fokus atensi, seperti Maros, Soppeng, atau Makassar.

Selain Rasyid, hadir pula sosok seperti Andi Agung yang selama ini disebut aktif berkegiatan sosial di Gowa dan Makassar.

Lalu ada aktivis perempuan Fadiah Machmud, Waridah Syafie, lawyer Zulkifli, Judi Rahardjo, lawyer Abdul Azis, Burhan, Edi Ariadi, Kamarudidn Azis, Husnah Husain, Jumardi Lanta, Muhammad Hasim, hingga Siswan.

Poin lain yang juga mengemuka adalah pentingnya aspek kebudayaan dan penghargaan pada lapis-lapis sosial kemasyatakatan, tokoh adat, tokoh agama tanpa pembedaan stratifikasi, untuk menjadi atensi tim pendukung pasangan calon.

Berikutnya adalah bagaimana aspek pemberdayaan kelompok rentan, kelompok perempuan, disabilitas, perempuan pesisir, pulau-pulau untuk menjadi atensi atau program yang bisa disampaikan kepada pasangan DIA.

Peserta pertemuan menyadari bahwa tantangan pada Pemilukada nanti – jika bercermin dari pelaksanaan Pileg dan Pilpres adalah masih tingginya ancaman money politic.

”Ada dominasi kekuatan pemodal dalam memengaruhi voters untuk memilih calon tertentu,” kata Edi Ariadi.

”Inilah yang perlu menjadi atensi kita bahwa jejaring kita ini perlu memberi atensi pada setidaknya menjadi tim pemantau proses pelaksanaan Pilgub nanti. Ini bisa dilakukan sukarela dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak seperti Bawaslu, KPUD dan jejaring pemantau lainnya,” ujar Edi yang bertugas sebagai moderator pertemuan.

Fadiah Machmud, aktivis perempuan dan anak Sulawesi Selatan menyatakan amat perlu untuk memaksimalkan pengaruh dukungan agar tidak sia-sia, caranya dengan melihat kapasitas tersedia dan daya jangkau gerakan.

Dia juga berharap jejaring pendukung bisa mulai memetakan potensi kapasitas, isu dan menganalis bentuk kebutuhan warga atau masyarakat Sulawesi Selatan.

“Saya mau pasangan ini fokus juga, dan harus lebih fokus pada upaya perlindungan anak di Sulawesi Selatan,” tegas Fadiah.

”Untuk mendukung itu perlu menyusun grand design, membangun kesepakatan dan mendorong agar komunikasi terus terbangun dengan tim lain yang sudah berjalan dengan Danny – Azhar,” kata Andi Agung.

”Termasuk komunitas peduli lingkungan, bahkan sampai pada bagaimana mengelola sampah, karena ini akan jadi bahan misalnya saat debat,” kata dia.

***

Jumardi Lanta memberi masukan agar Jejaring LSM untuk DIA ini bisa menentukan langkah prioritas dan konsolidasi internal. ”Perluasan jejaring sangat penting, saya yakin kita di sini punya banyak jaringan. Mereka bisa saja belum mengenal siapa Azhar Arsyad, siapa Danny Pomanto,” ujarnya.

Dia merasa yakin masih banyak warga Sulawesi Selatan yang percaya diri, takkan tergoda politik uang. Ini soal keyakinan pemilih dan kita punya tanggung jawab moral untuk itu, bukan tanggung jawab modal uang.

Dia menganggap, untuk tetap memberi atensi bahwa meski secara ideologi dan relijiusitas, urusan Pilgub ini adalah urusan menyentuh hati pemilih.

”Masih banyak dan terbuka ruang untuk kita bisa bantu pasangan Danny – Azhar, tema-tema maritim, isu anak, kehutanan, perikanan, perkebunan, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya,” ujar alumni Teknik Unhas ini.

Dia juga bilang, ada yang unik dari pelaksanaan Pileg lalu, bahwa yang mengaku rajin berpesan keagamaan pun selama ini belum tentu juga tak menerima uang demi pilihan politik.

Aktivis Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sulawesi Selatan, Judi Rahardjo menilai elit politik saat ini sangat predatoris pada hak-hak warga. ’

”Seperti melawan serigala, memangsa semua orang dan kuasa,” kata dia.

”Oleh sebab itu, kita perlu berada pada kesadaran sama, beraktivitas pada kesadaran yang sama. Saat ini kita perlu mercusuar politik, yang memberi cahaya,” tambahnya.

Suasana pertemuan Azhar Arsyad dengan sejumlah aktivis LSM yang beroperasi di Sulawesi selatan (dok: Istimewa)

Aktivis penggiat bantuan hukum sosial, Zulkifli menyebut perlunya memasikmalkan dampak jejaring intelektual seperti LSM ini untuk menawarkan ide, pokok pikiran dan solusi yang bisa dijalankan oleh Danny – Azhar.

”Yang kita lakukan ini harus matching pula dengan hasil pertemuan sebelumnya, dengan tim Danny – Azhar yang sudah ada dan bergerak, kita bisa memilih stategi sendiri tetapi tetap perlu dikomunikasikan, minimal untuk mengenal tim lain, lokasi dan lain sebagainya,” terangnya.

”Iinilah kehebatan NGO, dia punya cara dan kekuatan lain, pada sejumlah pihak, isu, atau organisasi utama seperti Muhammadiyah atau NU,” sebut Zul.

Pada ujung obrolan, Edi Ariadi menyebut bahwa teman-teman jejaring sudah sepakat untuk menentukan peta kapasitas, jejaring, lokasi dan tema-tema apa saja yang bisa disegerakan.

”Kita perlu memetakan siapa bekerja di mana, di seluruh Sulawesi Selatan,” kata pria yang akrab disapa Pipit ini.

Tanggapan Azhar Arsyad

Datang dengan kaos hitam, Azhar nampak santai. Dia yang baru tiba dari Tamalanrea bahkan mencandai beberapa peserta pertemuan yang disebutnya adik-adik pergerakan yang teruji loyalitas dan pemihakannya.

Dia menghargai inisiatif yang digelar anggota jejaring LSM yang sebagian besar pernah bekerja dengannya saat menjabat koordinator Forum Informasi dan Komunikasi Organisasi Non Pemerintah Sulawesi Selatan pada tahun 2000-an.

”Ini bukan soal berapa yang hadir atau jumlah kalian yang hadir, ini tentang kepedulian, pertemanan, menjadi simbol kerja-kerja kita untuk masuk di dunia politik,” kata dia.

Dia menyebut sejumlah jejaring LSM telah berinteraksi dengannya saat duduk di DPRD Sulsel per 2019.

”Saya selalu berusaha membantu, misalnya kalau ada yang butuh dialog, mau didengar oleh ketua pansus, bantuan hukum anak miskin, lalu saya bilang kalian di LBH panggil semua teman-teman, kita kumpulkan mereka,” ucapnya.

Dia juga menyebut menjadi Bakal Calon Wakil Gubernur untuk Danny Pomanto ini sebagai bukan karena dia yang minta karena sebagai ketua DPW PKB Sulsel.

”Saya mau katakan ke teman-teman seperjuangan saya, saya tidak pernah menegosiasikan tentang masuknya saya sebagai bakal calon wakil ini dengan Pak Danny,” tegasnya.

”Saya tidak pernah sekalipun, supaya celar ya, saya tidak mau dianggap menggadaikan partai untuk kepentingan diri saya,” tambahnya.

”Tertarik dengan Pak Danny tentu banyak pertimbangan,” imbuhnya.

”Salah satu yang dihitung oleh Pak Danny, saya adalah mantan Koordinaor FIK Ornop. Oleh sebab itu, kita tidak bisa diam, kalau teman-teman diam, masa bodoh, abai, itulah masalahnya kenapa poitik kita rusak,” tambahnya.

”Kalau masyarakat diam, orang-orang seperti kita diam, apalagi masyarakat di bawahnya, lebih permisif., menganggap bahwa kita tidak bisa mengubah keadaan,” kata pria yang pernah jadi pengurus inti DDI Sulsel, juga sebagai ketua Ansor Sulsel dan pentolan PMII ini.

Banyak hal yang disampaikan Azhar tentang pandangannya mengenai Danny Pomanto.

Sosok yang disebutnya luar biasa dengan sejumlah ide perubahan dan teruji. Juga tentang proses penentuan parpol pendukung yang sempat bikin ketar-ketir.

Dia juga mengaku bertemu dengan salah satu sosok yang diperkenalkan oleh Pak Danny sebagai perwakilan salah satu komunitas di daerah Bugis yang siap membantu.

Tentang Alat Peraga Kampanye (APK), Azhar menyebut belum dibuat final. ”Saya kira belum ada yang final, itu artinya ada-ada saja ide atau pihak yang siap memberi bantuan, dengan gaya yang berbeda,” jelasnya.

Sebelum menutup sambutannya, dia menyebut siap menyerahkan kepada jejaring LSM yang sudah terbuka memberi bantuan.

”Silakan tumbuhkembangkan, silakan bekerja sesuai kapasitas,” kata dia.

“Terakhir, kalau teman-teman tanya, kenapa Danny Pomanto, saya mau bilang, dia wali kota dua periode yang berhasil meningkatkan pendapatan daerah Kota Makassar, beliau punya kapasitas, pengalaman pemerintahan,” ucapnya.

”Saya ulangi lagi, berhasil meningkatan pendapatan asli kota Makassar sementara pihak lain sebaliknya,” pungkasnya.

Redaksi

Related posts