Ada Penyesalan Saat Menonton Uang Panai 2

  • Whatsapp
Penulis sesaat sebelum masuk ke Studio 3 XXI Mari Mall (dok: Ningsih Umar)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Studio XXI Mari Mall belum buka saat saya dan istri sampai di pintunya. ”Belum buka pak, sejam lagi,” kata satpam di mulut eskalator. Kami pun bergeser ke Fore lantai satu via elevator.

Di Fore, saya browsing film itu. Pemain utamanya adalah Tumming dan Abu sementara Rendi Yusa Ali sebagai ‘pemain baru’.

Saya lega karena nama Ikram Noor, pemeran utama di film Uang Panai 1 tetap hadir.

Nama Rendi mengingatkan saya pada nama Aldy Yusa Ali, koordinator KKN Tematik Unhas di DPRD Sulsel yang mengajak penulis sebagai narasumber pada pendidikan politik untuk anak usia sekolah.

Rendi dan Aldy saudara, wajah mereka memang tampan. Wajar jika Rendi yang jadi ’pengganti’ Ikram ’Anca’ Noor di film ini.

Sebelum masuk ke Studio 3, saya minta istri ambil video saat saya sedang bicara mengapresiasi film ini.

“Ada tiga alasan mengapa film ini penting ditonton. Pertama karena merupakan karya sineas Makassar, aktor dan settingnya bernuansa Makassar. Kedua, film ini menggambarkan kehidupan, keseharian dan corak budaya kita,” ucap penulis.

“Ketiga, penting ditonton karena di film ini ada Anca Kelautan sebagai pemainnya,” tambah penulis. Anca atau Ikram Noor adalah alumni Ilmu Kelautan Unhas dan wajahnya mirip Rendi Yusa Ali.

Penuh gelak tawa

Anak-anak Sulsel, siapakah dari anda yang tidak mengenal sosok Tumming dan Abu? Wajah dan lagaknya nangkring di hampir semua penjuru kota, dari Makassar, Palopo, Watampone, Parepare hingga Selayar.

Keduanya adalah influencer top Makassar. Mereka juga tipikal anak muda Makassar yang berpembawaan lucu, kreatif dan berani luka.

Saya kira mereka berdua berhasil menghidupkan dialog di film ini. Ada kritik sosial, kritik kebudayaan dan juga menyodorkan kehidupan kota yang semakin bergeser. Tentang pengaruh Drakor, turbulensi dengan karakter Bugis-Makassar.

Oppaaa….Oppaaa...” terbayang wajah lucu dan lugu dua perempuan di rumah kekasih Iccang.

Sebagai hiburan, film ini menghibur dan sesekali mencuri atensi penonton tentang betapa tragisnya kehidupan sosial kita jika uang sebagai alasan untuk bisa atau tidak bisa menggelar pernikahan anak manusia.

Fokus cerita adalah Iccang, seorang pemuda yang ingin menikahi kekasihnya, Icha. Namun ditolak keluarga Icha terutama ibunya. Ada permintaan uang panai yang tinggi membuat Iccang kesulitan.

Lalu dia menemui Tuming dan Abu, mencari solusi agar bisa menikah Idha. Menabung, menjual motor hingga naik sepeda ke kantor.

Iccang yang diperankan Rendi Yusa Ali bekerja di salah satu perusahaan. Dia tinggal dengan ibunya dan pamannya. Pamannya cerai, sementara ibunya ditinggal mati sang ayah.

Film ini tayang perdana di Bioskop XXI Mal Panakkukang pada Kamis (8/8/2024).

Menurut penjelasan Sutradara Film Uang Panai, Ihda Nur, kehadiran film Uang Panai 2 ini dianggap perlu untuk melanjutkan cerita Uang Panai pertama.

“Jadi Uang Panai 2 ini hadir dengan segala perbaikan, baik itu dari segi cerita, visual, drama dan segala macam,” kata Ihda Nur, saat konferensi pers di Kopi Teori x Honda TSM Makassar pada Rabu (31/7/2024) dikutip dari Tribun Timur.

Dikatakan, film Uang Panai tetap setia dengan nyawa utamanya tentang perjuangan mengumpulkan uang panai. Itu ditandai dengan tetap hadirnya beberapa cast utama di film kedua, seperti Tumming, Abu, dan Ikram Noer.

Pada film itu, tampil sejumlah sosok influencer seperti Ustaz Das’ad Latif, Sandiaga Uno, Fadly Padi hingga Sosok Owner Keisha Glow, dr Rina Elvia Lubis.

Bahkan, Keisha Glow yang beralamat di Jl AP Pettarani, Makassar, Sulsel turut jadi lokasi syuting film Uang Panai 2 ini. dr Rina berperan sebagai dirinya sendiri dalam film tersebut.

Penulis tak kuasa menahan air mata saat masuk di konflik perasaan antara Iccang dan Icha, tentang anak-anak yang ingin menikah namun uang tak mencukupi. Niat baik terhalang hasrat materilistik. Inilah yang banyak terjadi dan kerap jadi persoalan kolektif sosial kita di Sulsel.

Film ini adalah komedi, komedi kehidupan dan drama yang sering muncul di sekitar kita.

Uang Panai 2 tetap menyajikan campuran antara adegan kocak dan drama yang menyentuh hati.
Suasana kocak tercipta pada tiga fragmen.

Pada suasana kantor Iccang yang melibatkan tiga sosok lucu dan unik, tentang sosok pemuda dengan akses khas Makassar, lalu pria berkacamata dengan akses Maluku serta perempuan bongsor doyan makan.

Tentang dialog Tumming – Abu yang bernas dan lucu. Serta adegan saat terjadi penyadapan oleh tim Tumming – Abu dan Ancha.

”Ma, mintaka tisuta,” kata penulis ke istri yang duduk di kursi nomor 11. Dia pun haru dengan mata sembab. Sepertinya dia mengingat dua anak gadis dan seorang remajanya yang masuk usia siap nikah.

Saya kira, film ini berhasil mengangkat tradisi uang panai yang masih menjadi persoalan di banyak daerah di Sulsel bahkan Indonesia.

”Penonton pasti akan tersentuh hatinya, saat melihat Iccang yang konflik dengan keluarga Icha, atau Icha yang berkonflik dengan ibunya yang tergoda dengan tradisi uang panai.

Saya kira, penonton pun akan sedih jika mendengar dialog antara Icha dengan ibunya. ”Kalau kita hargaika dengan uang panai, anggap saya bukan anakta lagi.” Kurang lebih begitu amarah Icha.

Mata sembab, pipi penuh jejak air mata. Ada penyesalan menonton film itu: mengapa tidak bawa handuk untuk melap linangan air mata sepanjang film.

Oh iya, kita harus memberi kritik, film ini sepertinya terlalu royal mengumbar kelucuan terutama pada setting di rumah keluarga Icha.

Oppaaa….Oppaaa…..yang terlalu repetitif dan mengambil banyak kesan.

Penulis: Denun

 

 

 

Related posts