PELAKITA.ID – Dosen, peneliti dan penggiat kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas, Sudirman Nasir kembali meraih kepercayaan sebagai periset tamu di Australia.
Setelah mendapat penghargaan Pittu Laungani Award beberapa waktu lalu, kini dia mendapat kesempatan menjadi peserta di Australian National University ANU Australia sebagai Visiting Fellow ANU Indonesia Project 2024-2025!
“Sudirman Nasir adalah dosen senior FKM Unhas yang minat penelitian dan pengajarannya terletak pada pendalaman antara determinan biomedis dan sosial kesehatan serta interkoneksi kesehatan dan pembangunan sosial.”
Demikian tulis ANU di laman mereka.
Dikatakan, sebagai Associate Professor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (UNHAS), karya-karyanya yang terbaru mengeksplorasi hubungan kompleks antara krisis iklim, kerentanan sosial-kesehatan, dan ketahanan populasi terpinggirkan di Indonesia dan di kawasan Asia-Pasifik.
Sudirman lulus dari Fakultas Kedokteran Unhas dan meraih gelar Doktor dari University of Melbourne.
Penelitiannya saat ini akan difokuskan pada perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan dan hak seksual-reproduksi (HKSR) perempuan dan anak perempuan di Sulawesi Tengah dari tahun 2023 hingga 2024.
Sudirman dan Laungani Award
Alumni Smansa Makassar angkatan 91 itu sebelumnya meraih penghargaan tahunan Pittu Laungani Award.
Sudi’, begitu sapaannya, meraih penghargaan untuk artikel ilmiah berjudul “Cultural norms create a preference for traditional birth attendants and hinder health facility-based childbirth in Indonesia an Ethiopia: a qualitative inter-country study”.
Artikel ini diterbitkan pada International Journal of Health Promotion and Education, volume 58 issue 3, tahun 2020, edisi khusus yang menyorot determinan sosial kesehatan.
Jurnal terbitan Taylor and Francis yang berbasis di Inggris dan merupakan jurnal resmi Institute of Health Promotion and Education, komunitas internasional akademisi/peneliti/profesional kesehatan yang memiliki keahlian dan minat pada promosi kesehatan.
Sudirman menyelesaikan penulisan artikelnya ketika menjadi peneliti tamu (visiting fellow yang didukung oleh Program SAME Kementistek-Dikti tahun 2019) di Liverpool School of Tropical Medicine/LSTM.
Di sana dia bisa mengedit artikel dengan sejawat peneliti/penulis pendamping di LSTM yaitu Professor Miriam Taegtmeyer dan Dr. Rosalind Steege.
Pittu Laungani Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada para peneliti yang artikelnya menekankan pentingnya aspek budaya lokal dan pengaruhnya pada sikap masyarakat dalam mengakses atau tidak mengakses layanan kesehatan esensil.
Penghargaan ini didedikasikan untuk mengenang jasa Dr. Pittu Laungani, seorang ilmuwan kelahiran India yang kemudian berkarir sebagai akademisi di Inggris dan memiliki karir yang panjang serta sumbangan besar bagi pengembangan ilmu promosi kesehatan dan pentingnya program kesehatan yang peka pada budaya lokal (culturally appropriate health interventions)
Artikel yang ditulisnya itu bersama sejumlah penulis pendamping (co-authors) dari berbagai negara seperti Inggris, Belanda, Indonesia dan Ethiopia.
Artikel yang merupakan hasil penelitian kesehatan internasional, kolaborasi antara sejumlah lembaga penelitian/perguruna tinggi seperti Universitas Hasanuddin, Liverpool School of Tropical Medicine, Eijkman Institute, Royal institute of Tropical Medicine (Belanda), Reachout Indonesia dan Reachout Ethiopia.
Penelitian ini melibatkan para pakar dari dua negara Asia (Indonesia dan Bangladesh), empat negara Afrika (Ethiopia, Kenya, Malawi, Mozambique) dan dua negara Eropa (Inggris dan Belanda) yang bergabung dalam konsorsium riest bernama REACHOUT yang didukung oleh European Commission.
REACHOUT adalah proyek penelitian internasional yang bertujuan memahami lebih mendalam faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat kinerja tenaga kesehatan di lini terdepan (close to community health workers) di dua negara Asia dan empat negara Afrika di atas.
Penelitian yang dilaksanakan Dr Sudi dan koleganya ini juga bertujuan untuk memperkuat sistem kesehatan lokal di negara-negara tersebut.
Dalam kesempatan wawancara Selasa (18/5), Sudirman Nasir menjelaskan penelitian ini berlangsung lima tahun sejak 2013 hingga 2018.
Indonesia dan Ethiopia memilih fokus pada peran tenaga kesehatan di lini terdepan untuk mengurangi kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu/perempuan (maternal health/women’s health).
Fokus artikel ini adalah untuk membandingkan pengalaman kedua negara, Indonesia dan Ethiopia, yang memiliki angka kematian ibu yang masih tinggi. Meskipun Ethiopia jauh lebih tinggi dari Indonesia, tapi keduanya terhitung tinggi di kawasan Asia maupun Afrika.
”Salah satu faktornya karena masih banyaknya hambatan, temasuk yang terkait dengan budaya lokal, yang dialami perempuan di lokasi penelitian di kedua negara untuk melahirkan di fasilitas kesehatan. Melahirkan di fasilitas kesehatan dan dibantu oleh tenaga kesehatan adalah salah satu aspek kunci upaya penurunan kematian ibu,” jelas Sudirman, pria asal Soppeng ini.
Menurutnya, penelitian yang dilakukan oleh REACHOUT ini adalah penelitian operasional, selain berupa pengumpulaan data di lokasi-lokasi penelitian juga meliputi pula perancangan dan pelaksanaan intervensi terbatas (piloting) program penguatan kapasitas tenaga kesehatan lini terdepan serta penguatan sistem kesehatan lokal di lokasi penelitian di negara-negara Asia dan Afrika di atas.
Konsorsium riset ini telahmenghasilkan puluhan publikasi akademik dan non-akademik seperta laporan penelitian, laporan pekembangan (kemajuan maupun hambatan) yang teridentifikasi selama melakukan riset operasional ini serta lesson learned dari program-program pilot (intervensi) yang dilakukan.
Editor: Denun