PELAKITA.ID ‘Berupako’ Kak Denun. Begitu jawabnya saat saya bertanya, atas dasar apa dan bagaimana bisa masuk Istana Merdeka, icon Kepresidenan sebebas itu?
Pria yang kami biasa sapa Sidin itu menarik kursi di Homewon Kopizone.
Dia kawan yang tenang, periang dan sesekali memberang jika diusik.
Dia lahir dan besar di daerah bernama Alitta di Pinrang, 200 kiolmeter ke arah utara Makassar.
Siang itu, dia segera mengambil Zippo – entah asli atau KW – lalu menarik sebatang rokok dari sebungkus teronggok di depannya. Sepertinya milik Ilham Hanafie.
Seminggu sebelumnya, saat dalam perjalanan pulang dari Malili ke Kota Palopo, Akbar Endra yang merupakan CEO Menit Indonesia Cerdas videocall.
“Denun, Sidin ada di istana, hebat toh?” kata Akbar menyerahkan gadget-nya ke Sidin.
Mobil Hiace putih meliuk di antara Batusitanduk dan Rantemario.
Di gadget nampak Sidin berjalan di antara bilik-bilik istana.
Terus terang saya cemburu melihat dia wara-wiri di Istana Merdeka.
Meski mdengenakan kartu tanda pengenal sebagai visitor, saya kesulitan mencari jawaban pembenar mengapa dia, sosok yang selama ini saya kenal sebagai Pengunggu Teras Kopizone itu bisa masuk Istana.
“Apa karena sedang hari libur jadi ada paket khusus untuk bisa bebas masuk Istana?” tanyaku ke Sidin.
Dia diam saja. Dia mengisap rokok-nya dalam-dalam sembari melepas pandangan jauh.
Bammats! Dia sungguh acuh.
Dia tertawa. Seperti menyimpan kartu kemenangan.
Akhirnya saya menemukan clue sendiri.
Sidin ke Jakarta karena diundang Rudianto Lallo dalam rangka perayaan Reformasi di Jakarta.
Rudi berteman Pius Lustrilanang, sosok yang disebut Reformis meski saat ini sedang bekerja dengan BPK.
Pendek cerita, Sidin diajak ke Jakarta, dibelikan tiket dan klenong-kelong ke Istana. Segitu doang.
Alumnus Sastra itu akhirnya bercerita tentang pengalamannya di Jakarta.
“Saya bertemu Om Boer, dibelikan parfum,” katanya.
Om Boer yang dimaksud adalah Muhammad Burhanuddin, S.H, M.H politisi Gerindra yang saat ini banyak berkegiatan di Jakarta.
Boer, begitu sebutannya adalah Caleg untuk DPRD Provinsi Sulsel dari Dapil A. Sidin pulalah yang banyak membagikan informasi terkait pencalegan dan jalan politik Om Boer.
“Parfum saja?” tanyaku ke Sidin.
Dia menampakkan wajah yang sama saat saya bertanya ngapain ke Istana.
“Betul parfum?” tanyaku lagi.
“Berupacoooo Kak Denun,” balasnya sembari melengos ke kasir Hometown Kopizone.
Dia meninggalkan saya yang sedang seno menunggu jawaban. Seno karena cemburu dia ke Istana dan saya yang hanya hilir mudik dari warkop ke warkop.
Penulis: K. Azis
Tamarunang, 5/6