PELAKITA.ID – Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., menjadi narasumber dalam kegiatan “Seminar Penjaringan Masukan Visi RPJPN 2025-2045″ yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Pada kesempatan tersebut, Prof. JJ memaparkan materi tentang “Poin Pemikiran untuk RPJP 2025 -2045 Aspek Kelautan dan Perikanan : Isu Strategis & Tantangan” Kegiatan berlangsung mulai pukul 14.00 WIta di Jakarta, Senin (20/03).
Dalam kesempatan tersebut, Prof. JJ mengatakan dalam mengokohkan bidang kelautan perikanan, setidaknya ada lima agenda utama yang perlu dilakukan salah satunya dengan memperkokoh peran perikanan dalam ketahanan dan kedaulatan pangan, aplikasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya hingga cerdas dalam menghadapi dampak Perubahan Iklim.
“Dengan kekayaan alam yang kita miliki, terutama sumber protein dan gizi yang menyehatkan dari laut, Indonesia sudah seharusnya memiliki kedaulatan dan ketahanan yang amat tinggi dalam penyediaan pangan. Kenyataannya, frekuensi stunting anak di Indonesia sangat tinggi: mencapai satu dari tiga orang anak. Hal ini merupakan ironi malnutrisi dari sebuah negara yang dikelilingi laut,” jelas Prof. JJ.
Lebih lanjut, menurutnya dengan wilayah Indonesia yang dikelilingi laut, Indonesia mampu menjadi produsen yang disegani.
Upaya strategis diperlukan salah satunya dengan penguatan dan pemanfaatan ekonomi biru. Ekonomi biru merupakan strategi ekonomi yang secara sistematis membangun sektor-sektor produksi andalan dari laut, sebagai keunggulan komparatif untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Ekonomi Biru merupakan konsekuensi logis dari kondisi geografis Indonesia. Kenyataan bahwa Indonesia merupakan eksportir hasil laut nomor dua dunia hendaknya tidak membuat Indonesia terbuai. Karena secara umum hal ini berbanding terbalik dengan nilai ekonomis yang dihasilkan, Indonesia hanya ada di posisi 14 secara nilai ekonomis.
“Sudah seharusnya kita belajar dari Norwegia, atau bahkan dari tetangga ASEAN, Vietnam dan Thailand yang lebih berhasil menggaet produksi yang lebih kecil. Dengan nilai ekspor di sekitar 5 – 6 milyar dollar per tahun, Indonesia hanya meraup 2.5 persen dari total nilai ekonomis pasar seafood global yang berkisar 190-200 milyard dollar. Indonesia merupakan poros maritim dan ini perlu kita optimalkan untuk kesejahteraan masyarakat,” tambah Prof. JJ
Dalam kegiatan ini, selain Rektor Unhas juga hadir beberapa pimpinan perguruan tinggi lainnya sebagai narasumber.
Seluruh kegiatan berlangsung lancar, setelah pemaparan materi, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Kegiatan ini juga menghadirkan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. (*)