PELAKITA.ID – Asa dari komunitas peduli sampah di Kota Makassar terlecut kembali. Kondisi ini tergambar dari Seri Jurnal Warung Kopi dalam program Pengabdian kepada Masyarkat, Jum’at siang di G-Coffee Makassar, 6/1/2023.
Sebagai hasil riset, Nona Merry M Mitan menyajikan “Edukasi Pirolisis Sampah Plastik bagi Komunitas Peduli Sampah di Kota Makassar”.
Kegiatan ini menjadi ajang implementasi dan sosialisasi gagasan Nona Merry selaku Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina.
Merry bersama tim telah melakukan riset tahun 2021 dengan penerapan teknologi daur ulang sampah plastik dengan metode pirolisis. Merry mengajak Yayasan Pena Hijau Indonesia untuk menyebarluaskan inovasinya.
“Metode pirolisis merupakan teknik sederhana dengan cara memanaskan sampah plastik dengan kondisi minim oksigen,” ujar Merry.
Menurutnya, pirolisis sampah plastik, khususnya jenis polietilen dan polipropilen, akan menghasilkan fraksi cair yang sifatnya mendekati fraksi bensin. Hal ini disebabkan karena kedua jenis plastik tersebut terbuat dari minyak bumi.
Animo dan respon dari peserta diskusi kali ini cukup berwarna dengan hadirnya beberapa komunitas peduli sampah.
Di antaranya Manggala Tanpa Sekat (MTS) yang saat ini fokus membuat produk ecoenzym, Yayasan Econatural bekerja mengedukasi pengelolaan sampah dan telah membuat dampingan lewat media maggot sebagai pakan ternak.
Ada juga media klikhijau.com yang konsen dalam liputan lingkungan dan ikut aksi mendukung program penanganan sampah.
Hadir pula Sarikat Hijau Indonesia (SHI) Sulsel sebagai motor penggerak advokasi dan ikut mengkonsolidasi gerakan sosial dan lingkungan.
Saat Merry memperkenalkan dan memaparkan teknik pirolisis sampah plastik pada para pegiat lingkungan di Makassar, terungkap berbagai pandangan dari peserta.
Dari Mashud, menyoroti dua aspek mendasar dari sistem penanganan sampah plastik.
“Pertama, kelemahan kita dibidang riset dan teknologi terjadi kesenjangan bahasa yang dapat dipahami masyarakat ketika akan diimplementasikan. Penting untuk kita memberikan edukasi dengan bahasa-bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat,” ungkap Mashud.
Kedua, lanjut Mas’ud adalah teknik pirolisis yang diterapkan hendaknya tidak berakhir dengan produk minyak yang dihasilkan dari mesin reaktor.
Mashud mengapreasi riset dari Merry. Dia menitipkan kegiatan ini tidak berakhir dengan cairan minyak. Adanya gas dan karbon yang muncul dapat patut disempurnakan dari pirolisis ini.
“Potensi energi listrik yang besar dapat diminimalkan dibandingkan hanya minyak yang dihasilkan,” harapnya.
Diakui oleh Merry, pentingnya penelitian lanjutan untuk menjawab keraguan masyarakat mengenai skema pirolisis ini.
“Ke depan dengan sentuhan teknologi yang lebih baik, sehingga output dari pirolisis tidak hanya cairan, tetapi juga gas dan lainnya. Memang sejauh ini belum ada hitungan ekonominya yang kami lakukan. Misalnya, berapa beban biaya listrik atau gas yang dipakai dengan produk yang dihasilkan,” sebut Merry.
Selain itu, Merry melihat pentingnya penelitian lanjutan mengenai produk lain uang dihasilkan.
“Terutama pada hal-hal teknik dalam pemilahan jenis-jenis sampah plastik sebagai bahan baku utama teknik pirolisis,” terangnya.
Secara spesial berbagai komunitas dihadiri langsung oleh motor utama penggerak komunitas masing-masing.
Antara lain Mashud Azikin, Founder/Ketua MTS, Rizal Pauzi, Ketua SHI Sulsel, Anis Kurniawan CEO klikhijau.com, dan Makmur, Ketua Perkumpulan Pengusaha Plastik Limbah Indonesia.
Terkait, Makmur, sosok ini telah memberi energi positif dalam gegap gempita penanganan sampah di Kota Makassar.
Makmur telah lama melintang dan berjibaku dengan sampah plastik dalam rentang kurang lebih 20 tahun lamanya. Setiap forum dan berulang kali diungkapkan Makmur kegelisahannya atas penanganan sampah di Kota.
“Penanganan sampah di Kota Makassar telah masuk zona merah,” ucapnya Beliau selalu menyuarakan, sudah saatnya penanganan sampah di Kota Makassar dipihak ketigakan.
Editor: K. Azis