Pembangunan tanggul di pantai utara Jakarta mencapai 46 kilometer. Hingga 2020, sudah ada terbangun tanggul raksasa sepanjang 13 km. Pembangunan dilakukan oleh Kementerian PUPR dan Pemprov DKI Jakarta.
PELAKITA.ID – Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar peluncuran buku “Dinamika Kelautan Nasional Seri-2” dan Dialog Akhir Tahun 2022 .
Acara yang bertema “Teluk Jakarta , Giant Sea Wall dan Pembangunan Berkelanjutan” tersebut turut dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2020-2022, Ahmad Riza Patria dan Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia, M. Riza Damanik.
Ketua ISLA Unhas, Darwis Ismail mengatakan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang sempat vakum beberapa tahun sebagai akibat pandemi Covid-19.
“Baru tahun ini kembali kami selenggarakan yang dirangkaikan dengan launching buku yang ditulis oleh para alumni kelautan Unhas yang tersebar di berbagai bidang profesi,” kata Darwis seusai menyerahkan secara simbolis buku karya alumni ISLA Unhas kepada para narasumber yang menandai pembukaan acara di Boska Café, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu 17 Desember 2022.
Selain Wagub DKI periode 2020-2022 dan ketua ISKINDO itu, hadir pula Dr Taslim Arifin peneliti senior peneliti Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sedangkan Irwan Muliawan, salahsatu alumni ISLA yang berkarir di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dipercaya sebagai pemandu jalannya dialog tersebut.
Kegiatan ini, lanjut Darwis, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif berupa sumbangan pemikiran dan perspektif baru bagi publik dalam mendorong kebijakan pembangunan berwawasan kelautan yang berkelanjutan.
Apalagi dalam buku karya alumni ISLA yang berjudul “Dinamika Kelautan Nasional seri-2” memberikan insight bagi kalangan pemangku kepentingan atau stakeholder sehingga bisa bermanfaat terutama dalam penyusunan kebijakan program pembangunan.
Peserta dialog akhir tahun 2022 ISLA Unhas ini diikuti oleh sejumlah kalangan dari berbagai lintas profesi seperti akademisi, profesional, aktivis lingkungan, LSM mahasiswa sekolah tinggi perikanan (STP) Jakarta,dan lainnya.
Poin kunci narasumber
Wakil Gubernur DKI Jakarta 2020 – 2022, Riza Patria menyampaikan bahwa program Giant Sea Wall sudah lama dicanangkan. Sejak 2012 oleh Gubernur Foke. Fase giant sea wall disiapkan untuk pelindung pantai.
Pembicara kedua, Riza Damanik, Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia. Dia menjelaskan realitas kelautan Indonesia.
“Indonesia berada pada ring of fire. Sering dilanda bencana dan sebagian besar penduduk di pesisir. Rencana pembangunan IKN dapat belajar pada masalah-masalah Jakarta, penyedotan air tanah, kepadatan penduduk dan kompleksitas ttansportasi,” ujar Riza.
Dia juga menyebut indeks kesehatan laut sekitar 60-an, atau masih di bawah rata-rata IKLI dunia.
“Tingkat kesehatan laut belum begitu baik. Salah satu indikator bagaimana ekosistemnya, fungsi-fungsi ekologis hari ini dibandingkan dengan tahun 1980-an,” katanya.
Beberapa aspek yang disinggung Riza adalah pembangunan Blue Economy, dan mencegah adanya kebijakan yang tidak berkontribusi pada peningkatan ekonomi. Perlu ada ekonomi fairness.
Riza mengingatkan bahwa isu penting untuk penataan Teluk Jakarta adalah perlu adanya konsistensi kebijakan dan implementasi. Harus obyektif dalam menjawab apa sesungguhnya tujuan membangun Teluk Jakarta.
“Bagaimana memastikan instrumen monev yang terus menerus,” ucapnya. Disebutkan bahwa The New Land Belanda terbit 1800-an, dan tetap digunakan sampai saat ini.
“Tahapan saat ini belum selesai. Reklamasi Belanda 60 persen untuk pangan, alokasi ruang disiapkan, pemukiman bagi warga homeless dan kawasan industri,” terangnya.
Dia menyebut, indeks kesehatan laut provinsi jadi kunci sebagai agregat IKLI nasional. “Kalau perlu ada insentif bagi daerah yang bagus pengelolaan lautnya, kemudian ada penguatan SDM di daerah,” sebut Riza.
Sementara itu, Dr Tamsil Arifin dari BRIN menyatakan bahwa reklamasi butuh kajian bukan hanya ekonomi tapi ekologi dan sosial.
“Hipotesa Giant Sea Wall, adalah membangun untuk mengurangi banjir dan meningjatkan ekonomi maritim,” ucapnya.
“Di dalam GSW ada kemungkinan penumpukan limbah, suplay air laut berkurang ke kawasan mangrove di pesisir Teluk Jakarta. Perlu membuat beberapa skenario dalam pembangunan Teluk Jakarta guna menghindari dampak negatif yang besar,” ucapnya.
“Perlu membuat forecasting land subsidence pasca pemindahan IKN,” ucapnya.
Saat dimintai pernyataan kunci, Riza Patria menegaskan perlunya memastikan pertimbangan ekologi ekonomi dan sosial saat membangun Giant Sea Wall. Sementara Riza Damanik mengingatkan esensi pembangunan kelautan dan perikanan pada 4 aspek konstitusi.
“Yaitu, mendorong partispasi publik dalam pemberdayaan di pesisir, bagaimana masyarakat mendapat manfaat, respek pada kearifan yang tumbuh berkembang di pesisir dan keempat, terwujudnya keberlanjutan dalam pembangunaan,” ucap Riza.
“Untuk itu ada monitoring dan evaluasi kota-kota pantai seperti pembangunan Giant Sea Wall ini.
Pastikan adanya konsistensi dalam perencanaan pembangunan, siapapun pemimpin yang berkuasa. Perlu mengedepankan science based,” pungkasnya.
Editor: K. Azis