PELAKITA.ID -Pusat Penelitian dan Pengembangan Sagu pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin menggelar Seminar Diseminasi Hasil Penellitian dalam konsep Talkshow dan Poster Session dengan topik “Towards 100 Year Indonesia Merdeka: Living with Sago, Live the Nation”.
Kegiatan berlangsung pada pukul 10.00 Wita di Ballroom Unhas Hotel and Convention, Kampus Tamalanrea, pada Rabu (23/11).
Talkshow and Poster Session ini digelar dalam rangka pelaksanaan kegiatan diseminasi hasil penelitian perbenihan sagu dan pengolahan tepung sagu, kerja sama antara Universitas Hasanuddin dengan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian R.I tentang program upaya peningkatan produksi dan nilai tambah komoditas sagu.
Turut hadir, Prof. Dr. Ir. Meta Mahendradatta (Unhas), Prof. Dr. Ir. Darmawan Salman, MS., (Unhas), Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc., (Unhas), Prof. Dr. Ir. H. Mochamad Hasjim Bintaro, M.Agr., (IPB), Prof. Dr. Bambang Hariyanto, MS., (Sahid Jakarta), dan Prof. dr. Suryani (Unhas).
Mengawali kegiatan, Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc., selaku penanggung jawab pelaksana program pengembangan sagu dalam sambutannya menyampaikan bahwa tanaman sagu adalah salah satu tanaman yang banyak memberikan kebermanfaatan, sehingga program ini bertujuan untuk meningkatkan penghasilan para petani dan pelaku usaha pengolahan sagu dengan baik melalui hasil riset para peneliti Unhas.
Prof. Agnes menjelaskan bahwa Kawasan Timur Indonesia memiliki lahan tanaman sagu terbesar dengan empat wilayah yang memiliki varietas sagu unggul yakni di daerah Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, dan Kota Palopo dan disebut sebagai harta terpendam di Timur Indoensia.
“Kita harus melestarikan harta karun Indonesia yang tersembunyi di Kawasan Timur Indonesia. Karena jika dibandingkan dengan sumber pangan lain seperti jagung dan padi, sagu adalah tanaman asli Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga telah menjadi kedaulatan pangan nasional dengan sistem dan pengelolaan pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal,” jelas Prof. Agnes.
Lebih lanjut, Prof. Agnes menuturkan harapannya pada penelitian sagu yang dilakukan dapat memberikan kontribusi untuk kesehatan pangan di Sulawesi Selatan, utamanya bagi nusantara, dengan kandungan gizi yang dimiliki tanaman sagu dapat menjadi pangan alternatif untuk kebutuhan masyarakat.
Selain itu, sagu menempati peringkat pertama yang memiliki tingkat penyerapakan karbon dioksida yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya, sehingga mampu menekan tingkat keparahan global warming.
Pada pertanaman semi-budidaya dalam satu hektar dapat ditemukan hingga 100 rumpun sagu yang terdapat 50 batang sagu yang telah siap panen.
Setiap satu batang sagu rata-rata mampu menghasilkan 500kg sagu basah. Dengan demikian bahwa produksi sagu per hektarnya adalah 25 ton sagu basah atau sekitar 15 ton pati kering. Jika menebang satu batang pohon sagu maka sudah cukup untuk memenuhi konsumsi satu keluarga yang terdiri dari 4-5 orang selama setahun.
Pada kesempatan yang sama, Mewakili Rektor Unhas, Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil. Ph.D., (Sekretaris Universitas) dalam sambutannya menyampaikan dukungan pimpinan universitas yang sangat besar terhadap program pengolahan sagu dalam meningkatkan produksi dan nilai tambah sagu oleh para peneliti dan menjadikan Unhas sebagai Pusat Pengembangan Sagu Dunia.
“Program ini menjadi program strategis yang dicanangkan terkait dengan riset kolaborasi tentang manfaat tanaman sagu dalam meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha sagu. Sehingga komitmen Unhas cukup besar dalam mengambil bagian atau berperan dalam mengembangkan potensi pengelolaan sagu sebagai sumber pangan nasional,” jelas Prof. Sumbangan.
Setelah sambutan, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama para narasumber yang hadir. Kegiatan berlangsung lancar dengn dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang hadir. (*/dhs)