PELAKITA.ID – Saya dan Jumardi Lanta, teman seperjalanan dari Manokwari tujuan Bintuni tiba pukul 9 malam setelah melalui perjalanan yang melelahkan. Pemilik penginapan yang menerima kami pada malam tanggal 20 Maret 2022 itu nampak sumringah. Selalu menyungging senyum.
Kota Teluk Biintuni tak lengang. Deru motor dan kendaraan roda empat bersahut-sahutan saat kami sampai di Penginapan 84 yang diaturkan oleh Yeremia, staf Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Bintuni Rencananya kami akan menginap di hotel ini selama sepekan.
Pemilik penginapan meminta tanda pengenal dengan takzim. “Bisa minta KTP?” tanyanya.
Kami dapat kamar nomor 1, bagian depan. Tempat tidur ganda. Setelah menyimpan barang, saya diajak Yeremia cari makan. “ini ok?” tanyanya saat kami berhenti di Warung Sari Laut.
Setelah menikmati ikan bakar nila yang cukup ‘mahal’ itu, kami balik ke hotel. Kami lalui malam dengan lelap. Sebelum tidur, terdengar kabar kalau ada gempa di Teluk Bintuni tidak lama setelah kami tiba.
Usai menikmati sarapan nasi kuning yang nikmat plus teh hangat, saya membuka percakapan dengan Sang Pemilik penginapan. “Panggil saja Bapak Gita,” aksennya sangat familiar.
“Torajaki?” “Saya asli Rantepao,” jawabnya. Usianya 52 tahun. Datang ke Papua Barat di ujung tahun 90-an. Dia tamatan SPMA Sidenreng Rappang, Sekolah Pertanian Menegah Atas. Dia ke Teluk Bintuni karena diajak keluarga yang telah lebih dulu ke Papua Barat.
“Naik kapal laut waktu itu, pokoknya datang saja ke Papua, bawa ijazah SPMA,” tambahnya.
Bapak Gita pernah jadi karyawan pabrik kayu, sopir depot hingga kemudian menikah dengan anak seorang pengusaha yang juga berdarah Toraja.
Pelakita.ID mewawancarai pria yang kini mengaku betah mengurus hotelnya yang mungil di pusat Kota Teluk Bintuni. Hotel yang saya sebut hotel keren, bersih, tenang dan nyaman. Sarapan, meski dalam bentuk nasi kotak namun menunya luar biasa. Nasi kuning lengkap, isi ayam atau sesekali ikan.
Di bagian dapur tersedia dispenser untuk kita bebas buat teh dan kopi. Saya dan pak Mardi kerap minum teh dua gelas dalam sehari. Kamarnya bersih, ada mesin pemanas air untuk dipakai mandi sementara kamar tidur berpendingin. Tarif kamar 300 ribu/kamar bisa dinegosiasikan tergantung lama menginap.
Lokasi hotel ini sekitar 30 menit dari Pusat Pemerintahan Teluk Bintuni yang berpusat di Distrik Manimeri. Hotel ini berada di Distrik Bintuni atau ‘kota lama’ sehingga dia hanya berjarak sekitar 500 meter dari pelabuhan barang dan penumpang Teluk Bintuni.
Jika anda butuh penginapan rasanya Penginapan atau Hotel 84 ini sangat representatif dan ‘tra rugi’. Yang pasti Bapak Gita atau Frans Paramma ini sangat ramah dan rendah hati.
Penulis: K. Azis