PELAKITA.ID – Uudang merupakan salah satu komoditas unggulan berorientasi ekspor yang sedang digenjot produksinya. Pada tahun 2021 tercatat nilai ekspor udang mencapai USD 2,2 miliar dengan produksi udang sebanyak 857 ton.
Nah, seperti apa dan bagaimana seharusnya modernisasi tambang udang Indonesia ke depan? Simak penjelasan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono berikut ini.
Menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor udang terbesar di dunia rasanya bukan sebuah mimpi yang muluk. Indonesia memiliki potensi lahan dan pasar, kemajuan teknologi budidaya, serta besarnya sumber daya manusia yang dimiliki menjadi modal utama.
Untuk mencapai mimpi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan pasang strategi modelling berupa pembangunan percontohan kawasan budidaya udang terintegrasi di beberapa wilayah Indonesia.
Kemudian melakukan revitalisasi tambak udang tradisional menjadi semi intensif atau intensif yang bertujuan meningkatkan hasil panen.
Berbicara mengenai modelling tambak udang terintegrasi, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu lokasi pembangunan.
KKP akan membangun tambak udang modern seluas 528 hektare di lahan yang mencakup tiga desa di Kecamatan Moyo Utara.
Pekan lalu, saya bersama jajaran lingkup eselon I KKP berkunjung ke sana. Bertemu dengan masyarakat pembudidaya dan pemerintah daerah yang antusias menyambut rencana pembangunan tambak udang terintegrasi ini. Saya sangat mengapresiasi kesediaan masyarakat dan pemda dalam menjalankan program ini.
Sebagai gambaran, tambak udang modern di Kabupaten Sumbawa akan dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana seperti kantor pusat kontrol manajemen, laboratorium, nursery pond, mess karyawan hingga jalan. Pembangunannya memakan biaya sekitar Rp2,25 triliun.
Tambak akan menggunakan teknologi intensif ramah lingkungan, yang dilengkapi dengan tandon serta instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Target produksinya sebanyak 40 ton per hektare per siklus, sesuai best practice.
Skema pengelolaan kawasan budidaya udang terintegrasi ini nantinya oleh LPMUKP dengan melibatkan
Pemda Kabupaten Sumbawa, serta masyarakat pembudidaya setempat. Dan jika tak ada aral melintang, tahun ini pembangunan infrastruktur segera dilakukan. Niatan baik sebaiknya memang tidak ditunda-tunda pelaksanaannya.
Distribusi Ekonomi
Hadirnya percontohan tambak udang terintegrasi di Kabupaten Sumbawa diharapkan menjadi pemicu lahirnya kegiatan ekonomi baru wilayah ini.
Seperti pabrik kemasan, unit pengolahan ikan, pabrik es, dan usaha turunan lain. Dengan demikian, lapangan kerja juga akan semakin terbuka khususnya bagi warga lokal.
Dari awal memang saya tekankan ke seluruh jajaran bahwa pembangunan tambak udang terintegrasi harus melibatkan masyarakat setempat.
Selain sebagai pembudidaya yang memiliki lahan tambak, masyarakat bisa dilibatkan menjadi pekerja selama pembangunan tambak berlangsung maupun setelah tambak resmi beroperasi.
Sebab tujuan pembangunan tambak udang terintegrasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya melalui hasil panen yang optimal dan bernilai jual tinggi.
Selain itu juga sebagai lapangan kerja baru bagi warga lokal sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lebih terdistribusi tidak lagi terpusat di Pulau Jawa, sebagai mana arahan Bapak Presiden Joko Widodo.
Produktivitas tambak udang di Indonesia memang harus ditingkatkan guna memenuhi target produksi udang nasional sebesar 2 juta ton pada tahun 2024. Saat ini, kemampuan produksi kita baru di angka 857 ribu ton dengan lahan yang tersedia 300,5 ribu hektare.
Dengan hasil produksi udang nasional tersebut, menempatkan Indonesia sebagai negara lima besar pengekspor udang dunia.
Udang sendiri merupakan komoditas utama ekspor produk perikanan Indonesia dengan nilai USD2,2 miliar pada tahun 2021, disusul tuna-tongkol-cakalang dan cumi-sotong-gurita.
Penyebab belum optimalnya hasil panen udang di Indonesia lantaran sebagian besar tambak masih dikelola secara tradisional. Lahan tambak yang sudah menggunakan teknologi intensif luasnya mencapai 9.055 hektare yang rata-rata dimiliki pelaku usaha menengah atas.
Untuk itu, strategi modelling dan revitalisasi tambak sangat perlu dilakukan untuk menggenjot produktivitas sekaligus meningkatkan peran masyarakat pembudidaya dalam pengelolaan tambak udang modern yang ramah lingkungan.
Selain di Kabupaten Sumbawa, KKP akan membangun percontohan tambak udang terintegrasi seluas masing-masing 500 hektare di Kabupaten Muna dan Aceh Timur. Sehingga dari tiga lokasi tersebut, luasan tambak udang modern yang akan dibangun mencapai 1.500 hektare dengan pembiayaan pembangunan berkisar Rp7,2 triliun.
Pembangunan tambak udang terintegrasi di sejumlah titik ini menjadi bagian dari implementasi akselerasi program terobosan KKP yakni pengembangan perikanan budidaya berorientasi komoditas unggulan ekspor, salah satunya udang.
Menggelontorkan biaya sebesar itu tentu KKP tidak akan main-main dalam perencanaan hingga implementasinya. Bagi saya pribadi, ini bukan sekadar mencapai target produktivitas, tapi juga berkenaan dengan moralitas.
Saya juga pastikan, pembangunan konstruksi tambak tidak akan merusak hutan mangrove yang sudah ada saat ini. Justru, kami akan melakukan penanam mangrove baru sehingga area hijau di kawasan tambak terintegrasi semakin luas.
Ekologi tetap menjadi panglima, baik itu di perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Tentunya, pembangunan tambak udang modern terintegrasi ini membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari masyarakat pembudidaya, pemerintah daerah, pelaku usaha, hingga kementerian/lembaga lainnya. Pembangunan ini butuh pengawalan dan pengawasan dari berbagai pihak pula agar pelaksanaanya berjalan optimal sesuai jalur yang benar.
Saya optimistis, dengan soliditas mimpi menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor udang nomor 1 di dunia lebih mudah diraih.
Jika itu tergapai, keberhasilan bukanlah milik Kementerian Kelautan dan Perikanan semata, melainkan kita sebagai bangsa Indonesia. Mari kita wujudkan bersama.
Sumber infografis: KKP