Ehdra Beta Masran, alumni Ilmu Kelautan Unri Angkatan 2008 yang kini bekerja sebagai konsultan di program pesisir dan luat di Papua Barat mengungkapkan harapannya pada ketua umum Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) yang baru saja terpilih, M. Riza Damanik, Ph.D
PELAKITA.ID – Dasar dari opini ini adalah sudah menjadi kenyataan umum bahwa peran generasi muda Kelautan yang bernaung di Iskindo (kita sebut saja Youth ISKINDO) untuk mendorong atau mengembangkan layar bahtera organisasi adalah niscaya.
Generasi muda Kelautan harus punya akses ke pengambil kebijakan, pada top leader, untuk ikut pada proses pengambilan keputusan, demi dicapainya prinsip akuntabilitas.
Hal ini sejalan dengan pandangan Mardiono, 2008, bahwa pada aras pengelolaan sumberdaya (termasuk alumni), dimana hal tersebut dapat dilakukan melalui model pendekatan komunitas Adaptive Collaborative of Management (ACOM).
Sehingga, keterlibatan generasi muda dalam pengambilan keputusan dalam suatu kegiatan akan menjadi penguata bahkan menjadi ujung tombak dalam pencapaian misi program.
Pendekatan pelibatan keterlibatan jejaring anak muda ini merupakan proses yang bertujuan untuk mendorong para pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan mengambil pelajaran dari pelaksanaan rencana di masa lalu.
Oleh sebab itu, dari kami atas nama alumni Kelautan muda, ada beberapa poin penting agar bagaimana jejaring anak muda ISKINDO ini dapat mendukung pilar Penguatan ISKINDO dalam pengelolaan sumber daya alam kelautan.
Pertama, melibatkan jejaring anak muda ISKINDO dalam pengambilan keputusan tidak cukup jika kami tidak memiliki insentif (bukan uang) langsung untuk mengelola sumber daya pesisir secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Ekosistem dan sistem sosial saling terkait yang memungkinkan banyak orang untuk merujuk pada gabungan sosio-ekologis sistem (Duraiappah et al. 2008).
Karenanya, organisasi seperti ISKINDO harus mengamankan akses dan hak perwakilan anak muda dalam proses pengambilan keputusan untuk akuntabilitas adalah kuncinya, seperti halnya peningkatan kapasitas masyarakat dan pejabat pemerintah daerah dalam pengelolaan kelautan.
Tata kelola adaptif dibangun di atas pengelolaan bersama untuk fokus pada pembangunan tata kelola multi-level yang menciptakan struktur kelembagaan, ekonomi, dan politik untuk membangun ketahanan dalam sistem sosio-ekologis (Duraiappah et al. 2008).
Setelah kepemilikan dijamin, berbagai pendekatan yang mempromosikan tata kelola mandiri yang lebih baik dapat diadopsi.
Kedua, perlunya data publik yang lebih banyak dan lebih baik diperlukan untuk pengelolaan sumber daya alam laut yang berkelanjutan di Indonesia. Cara praktis dan sederhana mengacu pada kontribusi keanekaragaman hayati dan ekosistem terhadap kebutuhan manusia adalah melalui konsep Ecosystem Goods and Services (EGS) CBD, 2010.
Dengan menggunakan metode berbiaya rendah untuk mengumpulkan informasi, keterlibatan Pemuda ISKINDO bukan hanya mengatasi kesenjangan data penting, tetapi juga membangun kapasitas dan dukungan pemuda ISKINDO tersebut untuk mengelola sumber daya mereka sendiri secara efektif. Ajak mereka untuk ikut kontributif pada penggalangan data, informasi termasuk dana kalau perlu.
Ketiga, jaringan kawasan pengelolaan laut yang terintegrasi dan koheren merupakan kunci ketahanan ekosistem secara umum. Ini termasuk kawasan konservasi keanekaragaman hayati, zona penyangga dan zona pengelolaan perikanan, yang memberikan peluang mata pencaharian.
Sehingga, pelibatan generasi muda dalam pengelolaan sumber daya alam laut tentu saja mendukung penghidupan bagi diri mereka sendiri. Kaum muda Iskindo dapat berkontribusi di sana karena kompetensinya.
Keempat, pengelolaan sumber daya laut yang didorong oleh anak muda kelautan untuk melindungi sumber daya laut berfungsi sebagai katalis. Tujuanya untuk menunjukkan manfaat mata pencaharian dari tindakan proaktif dan mengarah pada pemahaman bersama bahwa tindakan pengelolaan yang lebih luas akan menuai manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Faktor ini mengutamakan manfaat eksploitasi jangka panjang.
Terakhir, ketika melibatkan alumni muda dalam pengelolaan bersama, ini juga bertujuan untuk mengadopsi pendekatan ekosistem terpadu secara sistematis untuk ikut terlibat dalam upaya membatasi dampak negatif degradasi pesisir dan memulihkan habitat penting untuk mata pencaharian berkelanjutan.
Dengan meningkatkan kesadaran dan membangun manajemen di kalangan Alumni muda ISKINDO ini berarti bahwa tata kelola harus mengacu pada struktur kebijakan yang mempertimbangkan tantangan (keuangan, tekanan politik, masalah logistik, dll.) yang mungkin dihadapi alumni muda miskin dan rentan dalam berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan menghindari situasi di mana elit paling diuntungkan (Bunce et al. .2008).
Alumni muda ISKINDO mohon diberdayakan untuk melawan kegiatan berbahaya seperti pembangunan pesisir yang tidak berkelanjutan, penebangan, pembuangan sampah laut atau penambangan intensif.
Editor: K. Azis