PELAKITA.ID – LUAS area berhutan Indonesia dalam tahun 2018 mencapai kurang lebih 9 juta ha. Ada kurang lebih 70 persen atau 85 juta ha berada di dalam kawasan hutan. Meski demikian, angka ini sudah sangat berkurang dibanding angka sebelumnya. Kenapa? Karena maraknya praktik konversi hutan untuk pemanfaatan melalui usaha ekonomi dan permukiman.
Deforestasi dan degradasi hutan adalah penyebab utama kerusakan sumber daya hutan di Indonesia. Ini terjadi karena kebakaran dan perambahan hutan, llegal loging dan illegal trading yang didorong oleh permintaan yang tinggi terhadap kayu dan hasil hutan lainya di pasar lokal, nasional dan global.
Salah satu muara hasil hutan adalah kayu yang digunakan untuk membuat kapal atau sarana transportasi ukuran kecil, 1-3 groston hingga yang besar seperti pinisi yang mencapai ukuran 200 groston.
Hingga tahun 2019, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut ada sekurangnya 250 ribu kapal kecil, antara 0,5 groston hingga 3 groston. Bisa dibayangkan jika kapal-kapal ini menggunakan kayu, ada berapa kayu yang sudah ditebang.
Salah satu alternatif yang belakangan ini sering dimanfaatkan oleh pembuat kapal ukuran kecil adalah fiberglass, sayangnya teknologi dan bahan fiber tidak bisa bertahan lama atau sering kali pecah bodi meski hanya kena benturan kecil. Belum lagi risiko karena kesulitan beroperasi di medan berat atau perairan dengan gelombang besar.
Mengganti kayu
“Memang diperlukan inovasi dan kerja keras untuk menghasilkan produk atau sarana transportasi yang bisa menjawab tantangan zaman. Berkurangnya pasokan kayu tentu bisa jadi inspirasi untuk menemukan sumber atau bahan yang bisa mengsubstitusinya,” kata Baharika Dicky Prabusutyo, sosok muda, engineer dari PT Iqra Visindo Teknologi saat ditemui di Cilandak Town Square, 13/02/2020.
“Kapal yang kami hasilkan ini kapal berbahan HDPE, bukan kayu, bukan aluminium, bukan pula fiber,” katanya.
Menurut Dicky, setelah melemahnya galangan kapal kayu karena terbatasnya pasokan kayu lalu diperparah rentannya kapal atau perahu berbahan fiberglass, inilah saatnya para pemangku kepentingan usaha atau jasa kelautan dan perikanan untuk menjajal pembangunan kapal, boat atau perahu dengan bahan HDPE.
PT Iqra Visindo Teknologi, perusahaan pendisain dan pembuat kapal HDPE, telah menunjukkan prestasinya sebagai wahana bagi anak bangsa dalam menjawab kebutuhan transportasi sarana prasarana perairan terutama di lautan.
“HDPE atau High Density Polyethylene adalah bahan elastis, kuat, tahan benturan, tahan di segala cuaca serta ramah lingkungan. Bahan ini bisa disebut sebagai pengganti kayu. Diproduksi industri petrokimia dengan mengolah hidrokarbon (crude oil) kemudian menjadi produk nafta lalu menjadi menjadi HDPE,” jelas Dicky yang belakangan ini aktif mempromosikan kapal HDPE.
Dari Dicky diketahui bahwa selama ini, penggunaan HDPE sudah lazim di industri otomotif, bumper kendaraan, Road Barrier hingga pipa air untuk PDAM dan berbagai alat rumah tangga.
“HDPE mempunyai keunggulan banyak sekali dibanding kapal berbahan kayu, besi, aluminium atau fiber,” sebutnya.
Menurutnya, kapal HDPE lebih awet, tak diserang korosi, tak perlu ada pengecatan pada lambung karena sifatnya yang licin dan tak berpori. Untuk perbaikan jika ada kerusakan atau kebocoran mudah mudah diatasi.
“Kapal HDPE tidak menghasilkan limbah, debu sehingga ramah lingkungan. Material HDPE tidak beracun dan telah mendapatkan Seritifkasi Non Health Effect dari Laboratorium NSF Amerika,” jelasnya lagi.
Keunggulan kapal HDPE sehingga patut menjadi alternatif bagi para pelaku usaha transportasi kelautan atau usaha perikanan adalah karena dia ringan dan tidak dapat tenggelam (Unsinkable).
“Dengan massa jenis 0,96 g/cm3 yang lebih ringan dari masa jenis air 1 g/cm3 membuat HDPE ringan dan mudah melakukan manuver,” ungkap Dicky.
“Pada bagian lambung (Hull) kapal HDPE didesain khusus sedemikian rupa sehingga ketika terjadi kebocoran atau air melimpas ke dalam kapal, Kapal Tidak Dapat Tenggelam (Unsinkable) serta berkat kemampuan ini, saat terjadi kecelakaan di laut, kapal bisa difungsikan sebagai “pelampung” darurat karena tetap mengapung di permukaan air,” papar Dicky.
Sudah diaplikasikan
Berdasarkan pengalaman PT Iqra, sejauh ini produknya telah digunakan untuk kapal patroli laut, untuk keperluan militer dan Polisi Air. Secara umum, HDPE dapat digunakan untuk Military Combat boat, Search & Rescue boat, Health Ambulance boat, Passenger Transportations boat, Harbour & Marina Services boat dan Diving Boat.
Salah satu pihak yang telah menggunakan HDPE PT Iqra adalah di Satuan Polair Polres Manokwari, Papua dan dengan kapal HDPE telah menangkap penyelundup Miras di kawasan itu. Hal tersebut terjadi karena kemampuan manuver yang dinamis, mampu membelah gelombang dan super cepat.
“Nelayan kami juga sudah menggunakan kapal HDPE,” kata Samuel Konjol, ASN Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat saat dihubungi penulis.
Di tingkat nelayan, kapal atau perahu berbahan HDPE juga telah dimanfaatkan. Nelayan-nelayan setempat telah menggunakan longboat mereka hasil olahan PT Iqra.
Kapal HDPE dapat dibuat dengan praktis, PT.Iqra Visindo Teknologi dapat merakit di workshop-nya dan mengirim lalu merakit langsung kapal nelayan HDPE di lokasi pemesan.
Muhammad Asdin, Direktur PT.Iqra Visindo Teknologi saat ditemui di Cilandak Town Square menyebut mempunyai workshop di Kawasan Bekasi. Dia membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak baik di Pusat, Provinsi atau di Kabupaten/Kota untuk bermitra dengan pihaknya.
“Ikhtiar luhur kami membangun dan mengembangkan industri maritim di negara kita melalui kapal HDPE. Tentu dengan menggunakan sumber daya dari bangsa sendiri. Semoga ke depan, bersama segala keunggulannya, penggunaan kapal HDPE semakin banyak digunakan dalam beragam aplikasi di Indonesia!” pesannya