PELAKITA.ID — Dalam Seminar Hilirisasi Energi yang digelar oleh Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional (Satgas PKHEN) bekerja sama dengan Unhas TV di Universitas Hasanuddin, 7 November 2025, Prof. Didik J. Rachbini memaparkan arah baru hilirisasi dan transisi energi Indonesia menuju 2045.
Seminar ini menjadi forum penting untuk mempertegas posisi hilirisasi sebagai strategi utama industrialisasi dan kemandirian energi nasional.
Mengutip dokumen resmi Satgas bertajuk “From Minerals to Mindset: The Future of Indonesia’s Industrial Leap”, berikut sepuluh poin penting yang menjadi panduan arah kebijakan hilirisasi dan ketahanan energi Indonesia:
1. Hilirisasi sebagai Transformasi Ekonomi
Hilirisasi bukan sekadar proses mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Ia adalah transformasi ekonomi struktural—dari ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan keberlanjutan.
Inti dari hilirisasi adalah peningkatan nilai tambah melalui inovasi, teknologi, dan efisiensi industri, sebagai langkah awal menuju industrialisasi yang kokoh.
2. Hilirisasi Energi dan Ketahanan Energi: Dua Sisi Satu Keping
Dalam konteks energi, hilirisasi bertujuan memperkuat kemandirian nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor fosil.
Sementara ketahanan energi berarti kemampuan bangsa memenuhi kebutuhan energi secara berkelanjutan dan efisien tanpa merusak lingkungan. Keduanya menjadi fondasi bagi pembangunan berkelanjutan dan dekarbonisasi industri.
3. Dimensi Strategis Hilirisasi Energi
Hilirisasi energi memiliki tiga pilar utama: pertumbuhan, keberlanjutan, dan kesetaraan.
Pertumbuhan mengacu pada peningkatan kapasitas manufaktur, keberlanjutan menuntut transisi ke energi terbarukan dan efisiensi emisi, sedangkan kesetaraan menekankan pemerataan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk UMKM dan komunitas lokal.
4. Jalur Pertumbuhan Ekonomi Menuju 2045
Lima jalur utama menjadi pedoman menuju Indonesia Emas 2045: peningkatan produktivitas industri, dorongan investasi hijau, penguatan nilai tambah, pengembangan inovasi riset, dan pembangunan SDM unggul. Semua jalur ini dirancang agar hilirisasi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
5. Model Transformasi “In–Out–In”
Satgas menggambarkan arah transformasi industri melalui model In–Out–In: membangun kapasitas produksi domestik (In), memperluas pasar global lewat produk bernilai tinggi (Out), lalu memperkuat kembali inovasi dalam negeri (In’) agar industri nasional tangguh dan berdaya saing global.
6. Dekarbonisasi dan Kompleksitas Ekonomi
Hilirisasi juga menjadi alat penting dalam dekarbonisasi. Melalui efisiensi energi dan penggunaan teknologi hijau, Indonesia berupaya memutus hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan emisi karbon. Peningkatan kompleksitas ekonomi menjadi indikator penting keberhasilan transformasi menuju industri hijau.
7. Peran Sentral Satgas PKHEN
Sebagai pusat kendali lintas sektor, Satgas PKHEN berperan mengoordinasikan kebijakan antar-kementerian, menetapkan proyek strategis, menyelesaikan hambatan hukum dan administratif, serta memastikan seluruh proses hilirisasi berjalan efisien dan selaras dengan agenda transisi energi nasional.
8. Proyek Prioritas dan Dampak Ekonomi
Pada tahap awal, Satgas mengawal 18 proyek prioritas di bidang mineral, pertanian, kelautan, dan energi terbarukan dengan total investasi mencapai USD 38,63 miliar.
Hilirisasi nikel, misalnya, telah mengangkat nilai ekspor Indonesia dari USD 3,3 miliar pada 2017 menjadi USD 33,9 miliar pada 2024, sekaligus menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru.
9. Visi Indonesia 2045: Dari Eksportir Bahan Mentah ke Manufaktur Hijau
Visi besar 2045 menempatkan Indonesia sebagai pusat manufaktur berbasis sumber daya alam yang berteknologi tinggi, ramah lingkungan, dan bernilai tambah tinggi. Untuk mencapainya, dibutuhkan ekosistem industri hijau, ketahanan energi berbasis sumber daya terbarukan, serta integrasi inovasi teknologi dengan pemerataan hasil pembangunan.
10. Dari Mineral ke Mindset
Lebih dari sekadar kebijakan ekonomi, hilirisasi adalah perubahan cara berpikir bangsa. “From minerals to mindset” menegaskan bahwa sumber daya terbesar Indonesia bukan hanya tambang dan energi, tetapi akal, inovasi, dan keberanian untuk mengubah struktur ekonomi.
Transformasi ini menuntut sinergi antara kebijakan, pengetahuan, dan partisipasi publik agar Indonesia dapat menapaki jalan menuju kedaulatan industri dan energi yang berkelanjutan.
Seminar di Unhas ini memperlihatkan keseriusan pemerintah dan dunia akademik untuk membangun narasi bersama: bahwa hilirisasi bukan sekadar proyek industri, tetapi gerakan peradaban ekonomi baru—dari eksploitasi menuju inovasi, dari sumber daya menuju daya cipta bangsa.
