Capaian Optimalisasi Potensi Energi Baru Terbarukan di Sulawesi Selatan untuk Mendukung Transisi Energi

  • Whatsapp
Dwi Novalita Tanri Abeng (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Pelakita.ID mengikuti paparan Dwi Novalita Tanri Abeng, ST., M.Eng, penelaah Teknis Kebijakan Bidang EBT terkait potensi dan status adopsi transisi energi bersih di Sulawesi Selatan pada ISEW 2025 yang digelar di Makassar pada 29 Oktober 2025 lalu. Mari simak. 

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi dengan potensi energi baru terbarukan (EBT) terbesar di Indonesia. Wilayah ini dianugerahi sumber daya alam yang beragam, mulai dari energi air, angin, panas bumi, hingga surya dan biomassa.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Kementerian ESDM dan PLN terus berupaya memaksimalkan potensi tersebut sebagai bagian dari agenda transisi energi menuju bauran energi yang bersih, berkelanjutan, dan berkeadilan.

Potensi Energi di Sulawesi Selatan

Berdasarkan data teknis, total potensi energi di Sulawesi Selatan mencakup sembilan jenis sumber daya energi, baik terbarukan maupun fosil.

Potensi terbesar berasal dari energi surya dengan kapasitas 7.588 MWp, disusul oleh energi angin 4.193 MWe, dan energi air sebesar 2.947 MW. Selain itu, biomassa memiliki potensi 959,4 MW, mini/mikrohidro 762 MW, dan panas bumi sekitar 503 MWe. Adapun energi fosil yang masih tersisa meliputi cadangan minyak bumi sebesar 13,2 juta barel, gas bumi 800 BCF, dan batubara 231,1 juta ton.

Dari sisi visualisasi, peta potensi energi nasional yang bersumber dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menunjukkan Sulawesi Selatan sebagai salah satu wilayah dengan potensi tinggi untuk pengembangan bioenergi, surya, dan bayu.

Namun, hingga tahun 2024, tingkat realisasi pemanfaatan EBT di provinsi ini masih relatif rendah: bioenergi baru dimanfaatkan sebesar 1,79%, surya 0,10%, dan bayu 2,74% dari total potensinya.

Potensi dan Realisasi Energi Air

Energi air memiliki peran strategis dalam penyediaan listrik di Sulawesi Selatan. Potensi tenaga air diperkirakan mencapai 2.946,8 MW dengan realisasi sebesar 192,46 MW hingga tahun 2024.

Beberapa proyek dalam tahap perencanaan dan konstruksi, termasuk proyek-proyek yang dikerjakan oleh PLN dan Independent Power Producer (IPP), menambah 513,5 MW kapasitas baru. Dengan demikian, pemanfaatan energi air telah mencapai sekitar 17,42% dari total potensi.

Untuk energi mini dan mikrohidro, potensi sebesar 762 MW telah dikembangkan sebesar 52,46 MW atau sekitar 6,88%. Sejumlah proyek PLTA besar yang telah beroperasi di Sulsel antara lain PLTA Larona (204 MW), PLTA Balambano (137 MW), dan PLTA Karebbe (132,6 MW) yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia.

Sementara itu, PLTA Jenelata (7 MW) dan PLTA Bakaru 1 (126 MW) turut memperkuat pasokan energi hijau di wilayah ini. Beberapa proyek PLTM dan PLTMH juga dikembangkan di daerah terpencil, seperti PLTM Madong (15 MW), PLTM Maiting Hulu-2 (8 MW), PLTMH Balantieng dan Batu Belereng di Sinjai (masing-masing 35 KW), serta PLTMH Bungin (3 MW) dan Ranteballa di Luwu (2,4 MW).

Potensi dan Implementasi Energi Angin (Bayu)

Sulawesi Selatan dikenal sebagai pionir dalam pengembangan energi angin di Indonesia. Potensi energi bayu mencapai 4.193 MW dengan kecepatan angin di atas 4 m/detik di berbagai wilayah seperti Takalar, Bulukumba, Parepare, dan Selayar. Studi kelayakan (feasibility study) telah dilakukan di empat titik utama:

  • Sidrap (100 MW, kecepatan angin 7,04 m/s)

  • Takalar (6,95 m/s)

  • Jeneponto (132,5 MW, kecepatan angin 8,11 m/s)

  • Kepulauan Selayar (10 MW, kecepatan angin 4 m/s)

Dari potensi tersebut, proyek PLTB Sidrap menjadi tonggak penting. PLTB pertama di Indonesia ini terletak di Lainungan dan Mattirotasi, Kabupaten Sidenreng Rappang, dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 5 April 2018. Dengan kapasitas 75 MW yang dihasilkan dari 30 turbin Gamesa G114, proyek senilai USD 150 juta ini mampu memasok listrik bagi lebih dari 70.000 pelanggan.

Selanjutnya, PLTB Tolo Jeneponto yang mulai beroperasi sejak September 2019 menambah kapasitas sebesar 72 MW dari 20 unit turbin setinggi 135 meter. Pembangkit ini dikelola oleh PT Bayu Energi Jeneponto dengan investasi senilai USD 160,7 juta dan mampu melistriki hingga 300.000 rumah tangga pelanggan 900 VA. Rencana ekspansi PLTB Tolo-2 dengan kapasitas serupa kini tengah dikaji bersama Pemerintah Kabupaten Jeneponto.

Energi Panas Bumi: Sumber yang Mulai Digarap

Hingga kini, Sulawesi Selatan baru memiliki satu pembangkit listrik tenaga panas bumi yang beroperasi, yakni PLTP Soppeng (2×5 MW) yang masih dalam tahap uji coba. Beberapa potensi panas bumi di Toraja, Enrekang, dan Luwu sedang dalam tahap eksplorasi, termasuk PLTP Tondong Tallu (Toraja, 50 MW) dan PLTP Enrekang (200 MW). Jika kedua proyek ini terealisasi, produksi listrik dari panas bumi di Sulsel diperkirakan meningkat signifikan mulai 2025.

Pemanfaatan Energi Surya dan Rooftop PLTS

Pemanfaatan energi surya di Sulsel mulai terlihat di kawasan perkotaan dan pusat bisnis. Beberapa proyek PLTS atap (rooftop solar power) telah diimplementasikan di berbagai lokasi, antara lain:

  • PLTS Atap di Nipah Mall dan Gedung Kalla Toyota dengan kapasitas 315 Kva.

  • PLTS Atap di Trans Studio Mall (TSM) Makassar dengan total 2,6 MWp, mampu menghasilkan 3,7 juta kWh energi bersih per tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 3,3 juta kilogram—setara dengan penanaman lebih dari 44 ribu pohon.

  • Mall Ratu Indah Makassar (400 kW) dan Mall Panakkukang (1,24 MWp, diresmikan Oktober 2024).

Kapasitas yang terpasang ini menunjukkan komitmen sektor swasta dalam mendukung transisi energi di perkotaan melalui solusi energi bersih.

Gas Bumi dan Eksplorasi Blok Melati

Meskipun fokus diarahkan pada EBT, pengelolaan energi fosil di Sulsel masih berlanjut.

Produksi gas diukur dalam MMSCFD menunjukkan tren peningkatan sejak 2019 hingga 2024. Dua lokasi utama produksi migas di Sulawesi adalah Sengkang (Wajo) yang menghasilkan gas dan minyak sebesar 30 MMSCFD, serta Luwu Timur yang masih dalam tahap eksplorasi.

Proyek eksplorasi baru yang menjanjikan adalah Blok Melati (offshore Sulawesi Selatan) yang mulai dikerjakan sejak Oktober 2024 oleh Pertamina bersama mitra Sinopec (China) dan Kufpec (Kuwait). Blok ini diperkirakan memiliki cadangan 850 juta barel minyak dan 4,7 triliun kaki kubik gas, dengan investasi awal USD 12,7 juta untuk survei geologi dan geofisika selama tiga tahun.

Energi Bersih dan Mobilitas Listrik

Transisi energi di Sulsel juga mencakup pengembangan transportasi hijau. Pemerintah Provinsi bersama PLN telah membangun 33 unit SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) yang tersebar di seluruh provinsi, termasuk 11 di Kota Makassar. S

aat ini, terdapat sekitar 200 unit taksi listrik yang beroperasi di Makassar, serta 15 titik pengisian EV Charging tambahan di dalam kota. Upaya ini sejalan dengan peluncuran kendaraan listrik seperti MG4 EV dan pengembangan ekosistem mobil listrik di kawasan timur Indonesia.

Bauran Energi: Tren dan Capaian

Data bauran energi Sulawesi Selatan pada Triwulan I Tahun 2025 menunjukkan peningkatan signifikan dalam kontribusi energi terbarukan. Dari total 3,72 juta ton setara minyak (MTOE), energi baru terbarukan menyumbang 41,53%, sedangkan batubara masih mendominasi dengan 55,22%. Energi fosil lainnya, yakni minyak bumi dan gas, masing-masing berkontribusi 3,22% dan 0,03%.

Capaian ini meningkat tajam dibandingkan bauran EBT tahun-tahun sebelumnya — 27,59% (2022), 28,82% (2023), dan 27,33% (2024). Kenaikan tersebut mengindikasikan mulai beroperasinya proyek-proyek besar EBT seperti PLTB dan PLTA baru di awal 2025, sekaligus mencerminkan komitmen kuat pemerintah daerah dalam mempercepat transisi energi bersih.

Penutup

Dengan potensi EBT yang melimpah, Sulawesi Selatan berada di garis depan transformasi energi nasional. Namun, tantangan terbesar masih terletak pada peningkatan realisasi dan efisiensi pemanfaatan. Kolaborasi antarpemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengubah potensi menjadi daya nyata — menuju masa depan energi yang bersih, mandiri, dan berkelanjutan.