PELAKITA.ID – Pengelolaan lingkungan di Kota Makassar menghadapi berbagai tantangan yang kompleks, terutama akibat pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan peningkatan aktivitas ekonomi.
Berdasarkan sejumlag diskusi, pertemuan dan konsultasi para pihak yang difasilitasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, maka ditemukan beberapa tantangan yang perlu menjadi perhatian dan solusi pemimpin Kota Makassar ke depan.
Pertama, sampah dan pengelolaannya.
Produksi Sampah yang Tinggi: Kota Makassar menghasilkan ribuan ton sampah setiap harinya, dan pengelolaan sampah yang tidak efektif menyebabkan penumpukan di tempat pembuangan akhir (TPA).
Hal tersebut disebabkan oleh salah satunya kasih masih rendahnya kesadaran masyarakat atau kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemilahan sampah dan daur ulang menjadi hambatan dalam mengurangi beban sampah
Kedua, pencemaran lingkungan. Realitas bahwa banyak sungai atau bentang pesisir yang tercemari sampah urban adalah contoh nyata.
Untuk air, ini bisa dilihat pada limbah domestik dan industri mencemari sungai-sungai utama seperti Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang, yang merupakan sumber air utama bagi kota.
Kemudian untuk udara ada emisi kendaraan bermotor yang tinggi berkontribusi pada kualitas udara yang buruk di Makassar, terutama di pusat kota dengan kepadatan lalu lintas tinggi.
Ketiga adalah Krisis Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jelas sekali bahwa Kota Makassar menghadapi kekurangan ruang terbuka hijau (RTH), yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan area resapan air. Perluasan kawasan pemukiman dan pembangunan infrastruktur mengurangi lahan untuk RTH.
Keempat, banjir dan brainase
Kenyataannya adalah sistem drainase yang buruk dimana banyak saluran drainase tersumbat akibat sedimentasi dan sampah, sehingga kota sering mengalami banjir saat musim hujan.
Berikutnya adalah kerentanan terhadap perubahan iklim: Kenaikan muka air laut dan intensitas curah hujan yang lebih tinggi meningkatkan risiko banjir di kawasan pesisir dan dataran rendah.
Kelima, degradasi lingkungan pesisir. Ada gejala abrasi dimana wilayah pesisir Makassar mengalami abrasi akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim.
Hal tersebut berkaitan pula dengan Eksploitasi Sumber Daya Laut: Aktivitas seperti reklamasi dan overfishing mengancam keberlanjutan ekosistem laut di sekitar Makassar.
Keenam, urbanisasi dan pengelolaan permukiman.
Saat ini terkait permukiman kumuh tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan populasi yang cepat menyebabkan munculnya permukiman kumuh yang sering kali tidak memiliki akses memadai terhadap sanitasi, air bersih, dan infrastruktur dasar lainnya.
Lalu ada apa yang disebut Urban Sprawl yaitu perluasan kota ke wilayah pinggiran sering kali tidak diikuti dengan perencanaan yang baik, sehingga menciptakan tekanan lebih besar pada sumber daya lingkungan.
Ketujuh, kurangnya penegakan regulasi. Implementasi kebijakan lingkungan sering kali terhambat oleh kurangnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran, seperti pembuangan limbah ilegal dan perusakan kawasan konservasi.
Lalu apa saja yang bisa dilakukan?
Yang prioritas adalah peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat: Edukasi publik tentang pengelolaan lingkungan.
Kedua, adalah Investasi Infrastruktur Hijau dimana digelar pembangunan sistem drainase modern, pengelolaan limbah berbasis teknologi, dan perluasan RTH.
Yang ketiga, mendorong kolaborasi multi-pihak: Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan lingkungan kota.
Dengan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan, tantangan-tantangan ini dapat diatasi untuk menjadikan Makassar kota yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Penulis: Kamaruddin Azis