PELAKITA.ID – Dengan membaca kita bisa melanglang buana, berekreasi, ke negeri-negeri jauh yang belum pernah kita kunjungi. Namun, sebagai mahasiswa, harus berani menuangkan ide dan pemikirannya lewat tulisan, untuk menegaskan siapa dirinya, sekaligus mempromosikan daerahnya.
“Kalau kita menulis, maka kita mendokumentasikan kisah-kisah kita, tapi bisa juga memperkenalkan daerah kita. Apalagi di era digital, di mana kita terkoneksi berkat kecanggihan teknologi,” terang Rusdin Tompo, penulis dan pegiat literasi di hadapan sejumlah anggota dan pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa Rannaloe (FKMR).
Rusdin Tompo, yang merupakan Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan, memberikan motivasi terkait membaca dan menulis dalam kegiatan Karantina Ilmu yang diadakan FKMR, di Sekretariat FKMR, Jalan Dato ri Panggentungang, Lorong Istiqamah, Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Jumat, 2 Agustus 2024.
Karantina Ilmu ini bertajuk Revitalisasi Minat Baca di Era Digital. Khusus bincang santai bersama Rusdin Tompo, penyelenggara memberi tema tersendiri, Talk About: How To Be A Writer, yang dipandu Nur Azizah.
Nur Azizah merupakan Ketua Umum FKMR, periode 2024-2025. Mahasiswa semester 7 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini merupakan perempuan pertama yang jadi Ketua Umum FKMR.
Rusdin Tompo dalam bincang santai di halaman Sekretariat FKMR yang diteduhi pohon mangga itu, memberi contoh kisah beberapa orang yang berani untuk menulis, mulai dari anak Sekolah Dasar hingga pelajar SMA dan mahasiswa.
Dikatakan, mencari ide untuk memulai tulisan tak perlu jauh-jauh. Semua anggota tubuh dan diri kita adalah sumber inspirasi.
“Mata, tangan, kaki, dan rambut bisa jadi kalimat pembuka tulisan,” bahkan katanya sambil berseloroh, “Jantung, hati, limpa, bisa juga… coto kapang.” Peserta terlihat tersenyum.
Nur Hayati, mahasiswa STKIP-YPUP Makassar, Jurusan Pendidikan Matematika, yang mengaku suka menulis tapi masih berupa tulisan-tulisan pendek, bertanya bagaimana cara menambah kosakata. Ia, katanya, lagi keranjingan pada diksi-diksi unik dan menarik.
Menurut Rusdin, cara untuh menambah kosakata, yakni dengan rajin membuka kamus. Juga membaca tulisan-tulisan orang, terutama karya sastra. Sebab, dari bacaan-bacaan itu kita bisa menambah perbendaharaan kata. Kita seperti disodorkan pada kata-kata yang mungkin jarang kita gunakan.
Alamdar Husain, mahasiswa Politeknik Maritim Makassar, meminta tips membaca agar tidak cepat bosan. Karena katanya, kadang dia baru membaca beberapa menit, tapi sudah diserang kantuk.
Soal ini, Rusdin berbagi pengalaman. Katanya, cari bacaan yang disukai. Tidak perlu membaca sekali habis. Bisa juga membaca artikel ringan dan singkat.
“Bikin diri ta nyaman saat membaca. Cari posisi atau tempat yang kita sukai, biar rileks,” katanya memberi tips.
Kepada peserta yang berasal dari berbagai kampus itu, seperti UNM, UMI, UIN Alauddin dll, Rusdin Tompo menyampaikan bahwa orang Sulawesi Selatan itu punya tradisi literasi yang kuat.
Kita punya sejarah dan nilai-nilai kearifan lokal yang terekam dalam lontaraq.
Bila mereka sebagai mahasiswa mampu menghidupkannya dalam tulisan dan konten di berbagai platform digital, maka mereka ikut berkontribusi dalam pelestarian dan penyebarluasan karya-karya tersebut.
“Di era digital ini, kita mesti mampu menerakan diri kita melalui tulisan. Biar algoritma menghubungkan kita dengan tokoh-tokoh dan tempat-tempat yang kita tulis. Ada banyak pilihan, tinggal memulainya saja,” imbuh penulis Panggil Aku Daeng itu.
Kegiatan karantina ilmu ini merupakan salah satu program kerja FKMR dalam masa kepengurusan Nur Azizah. Kegiatannya berupa membaca buku bagi anggota baru FKMR. Karantina ilmu berlangsung mulai tanggal 27Juli sampai dengan 2 Agustus 2024. (*)