Daya Pikat Luwu Timur, Danau Towuti dan Lapis-Lapis Punggung Bukit

  • Whatsapp
Melihat bentang Kecamatan Towuti dari atas fery Timampu - Tokalimbo (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Tiada kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki lanskap paripurna selain Luwu Timur.

Barisan pegunungan Verbeek, pedalaman Wasuponda,  pesisir Malili hingga seluk beluk Towuti menjadi mozaik denyut kabupaten di ujung utara-timur Sulsel ini.

Bukti keindahan, bentang wilayah dan rekaman eksotisme tentang kabupaten berjargon Luwu Timur Inspiring ini penulis sesap saat berkunjung beberapa saat lalu. Kunjungan yang kesekian kalinya.

Kita mulai.

Pemandangan top of mind yang tertinggal di benak adalah saat menyusuri pagi di Kota Malili, ada satu titik yang kalau di rekam, sungguh memesona. Jalan berkelok, jarak pandang berpuluh kilometer, dan terkesan mistis.

Cobalah. Jogging pagi mulai dari depan rumah jabatan Bupati Luwu Timur, lalu mengarah ke timur. Taruh lensa kamera di belakang anda dengan jarak jangkauan holistik. Indah nian!

Lapis siluet di Danau Towuti (dok: Pelakita.ID)

Di Kota Malili, bisa pula berkunjung ke Wewangria atau Baruga, menyaksikan peperahu petambak lalu lalang.

Juga perahu nelayan yang ukurannya tak sebesar di daerah lain. Dari sini bisa bergeser menyaksikan ruas sungai di daerah Balambano yang memukau.

Dari Balambano, arahkan kendaraan anda untuk menyusuri Wasuponda. Menyebut Wasuponda, tidak bisa dipisahkan dari magis Air Terjun Mata Buntu yang fenomenal.

Undakan batu purba, air bening yang mengalir deras, serta pemandangan di sekitarnya sungguh mengesankan dan layak jajal.

Seorang kawan dari Jakarta menyebut Mata Buntu tempat yang asik untuk melarungkan semesta kesulitan dan nestapa. Percik dan deru air, suasana hening di sekitarnya bisa menjadi daya tarik tersendiri.

“Duduklah di sana bro, di bawah undakan, di bawah air mengalir, semedi,” kata dia.

Air terjun Mata Buntu di Wasuponda (dok: Pelakita.ID)

Di Wasuponda, lanskap persawahan, untaian pematang sawah yang mengikuti undakan tebing bukit jadi pemandangan unik di kawasan ini.

Datanglah ke sana, rehat sejenak di pondok warga, nikmati sawah yang mengamparkan padi yang sebentar lagi menguning di musim peralihan.

Yang juga menarik untuk ditelisik adalah kehidupan sosial budaya yang plural.

Untuk anda penyuka riset sosial, Wasuponda, adalah lokasi riset sosial yang menantang, tentang interaksi sejumlah etnis, bentang sungai, hutan dan kawasan hidup.

Sosodara, sepekan ini, penulis ada Kota Sorowako, The Mining Town of Luwu Timur. Kota kecil ini sungguh nyaman dijadikan persinggahan. Hotel, rumah makan, akses yang mudah.

Lanskap bagus untuk joging di Kota Malili (dok: Pelakita.ID)

Juga Danau Matano yang tak henti-hentinya membuka diri untuk disambangi, bisa sekadar duduk di tepinya sembari melihat Morowali dan Bahodopi di seberang, atau  menyesap debur ombak di tepi Salonsa dan Pontada yang menyimpan pesan dari hasrat anak manusia membuka harapan sejak berpuluh tahun lalu.

Menyebut Malili, Wasuponda, Nuha – kecamatan di mana Sorowako berada tak lengkap tanpa menyebut Towuti.

Di Kecamatan Towuti ada Danau Towuti dan Danau Mahalona.

Dua danau ini adalah oase kehidupan pertanian, perkebunan dan usaha perikanan. Juga pariwisata. Datanglah ke kedua danau ini dan kita akan menyaksikan denyut kehidupan pesisir yang bertenaga.

Pagi hening di Kota Malili (dok: Pelakita.ID)

Dari keduanya, air menyalir jua ke persawahan dan perkebunan. Banyak orang mengakui kegurihan beras asal Mahalona. Apalagi beras organik yang dikelola dengan manajemen moderen antara petani dan pihak perusahaan seperti Vale.

Sosodara, pekan lalu, kami sempatkan pelesiran ke Danau Towuti. Danau yang indah. Ini untuk kesekian kalinya datang memenuhi panggilan hati.

Perjalanan penulis bermula dari Sorowako, terus ke Ibu Kota Towuti Wawondula, kemudian menikung di Pekaloa hingga Timampu. Di Timampu ada dermaga penyeberangan fery menuju Tokalimbo di seberang.  Butuh waktu satu jam setengah di atas fery untuk sampai ke sana. Fery-nya pun asik, bersih dan nyaman.

Oh iya, bisa juga sebelum naik ke fery untuk menikmati kopi dan pisang goreng di Cafe Inspirasi di Timampu.

Sahabat sekalian pasti terpikat jika hadir di sini, duduk di atas kursi fery memandangi bentang Luwu Timur.

Dari atas fery, nampak keindahan lapis-lapis bukit, gunung dan undakan di tepian.

Ada siluet mengasikkan saat melempar pandangan ke punggung-punggung itu. Lapis-lapis seperti kue lapis namun warna terdegradasi karena linimasa.

Hati siapa yang tidak takjub pada mozaik lanskap di sepanjang perjalanan dari Tokalimbo hingga Timampu. Begitupun sebaliknya.

Danau Matano, bermain di tepi mata air raksasa (dok: Pelakita.ID)

Itu aja dulu kali ya, jangan diumbar semua.

Sosodara, inilah Luwu Timur, kabupaten kedua setelah Makassar yang memperoleh pendapatan asli daerah yang amat tinggi. Daerah yang juga disebut satu terbaik rekor IPM-nya di Sulawesi Selatan.

Rasanya tidak keliru sangkaan orang-orang bahwa di balik pendapatan asli daerah yang baik dan efektif, ada kualitas sumber daya manusia yang terjaga dan membaik dari waktu ke waktu.

Saya mengajak sahabat-sahabat yang cinta traveling untuk datang ke Luwu Timur yang Inspiring ini. Ada banyak destinasi wisata yang aduhai dan layak jajal.

Sekali lagi, selain Danau Towuti ini, masih ada Danau Mahalona dan tentu saja the one and only Danau Matano.

Ada pula Desa Matano yang eksotik, berikut permandian dan spot ekowisata Laa Waa River.

Mari ke Desa Matano (dok: Pelakita.ID)
Suasana Desa Matano, desa peraih juara lomba desa wisata se-Sulsel (dok: Istimewa)

Ada air terjun Mata Buntu di Wasuponda yang luar biasa indah hingga sejumlah pesisir Malili serta Wasuponda yang pantas dijelajah demi menyesap pesan keindahan Sang Pencipta.

Mari ke Luwu Timur, yang sungguh menginspirasi ini.

Sasah!

Denun | 01/8/2024.

Related posts