PELAKITA.ID – Kata-kata seperti “saya tidak bisa menulis” atau “saya tidak punya bakat menulis” merupakan mental block.
Sebaiknya, hindari kalimat seperti itu karena hanya akan mematikan motivasi dan membunuh potensi seseorang dalam menulis.
Demikian disampaikan Rusdin Tompo, penulis buku dan pegiat literasi, kepada mahasiswa peserta Mata Kuliah Kemahiran Membaca dan Menulis Bahasa Makassar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hanasuddin (Unhas), Rabu, 17 April 2024.
Ini merupakan pertemuan pertama dirinya sebagai Praktisi Mengajar Angkatan 4 dengan mahasiswa Semester II, Kelas B.
Menariknya, di antara mahasiswa itu terdapat seorang mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang mengikuti program Kampus Merdeka di FIB Unhas.
Mental block, lanjut Rusdin Tompo, merupakan penghambat seseorang ketika hendak memulai menulis, dan juga aktivitas lainnya.
Ketidakyakinan diri itu akan mempengaruhi pikiran kita secara negatif. Sehingga, dia meminta agar mahasiswa membuang jauh-jauh pikiran-pikiran yang bisa menghambat dirinya dalam menulis.
Ciri orang yang mengalami mental block, tidak berani mencoba karena takut gagal.
“Hati-hati dengan mental block. Jangan sampai jadi penghambat diri kita dalam menulis,” imbuhnya.
Sebelumnya, mahasiswa menyampaikan beberapa kendala mereka dalam menulis.
Yakni, antara lain terkait ide tulisan, pemilihan kata, dan pengembangan bahasannya. Meski mereka biasa memposting sesuatu pada akun media sosialnya tapi diakui bahwa hanya sebatas foto atau video dengan caption sederhana.
Mereka tidak memposting foto atau video dengan narasi yang lebih bercerita dan agak panjang.
Rusdin Tompo, yang telah menerbitkan sejumlah buku dan rutin membuat reportase lewat jurnalisme warga itu, lalu berbagi pengalaman.
Menurutnya, manusia pada dasarnya menyenangi kisah. Pada masa kecil, orang tua bercerita dan mendongengi kita dengan kisah-kisah, apakah lewat buku atau cerita rakyat yang ada di lingkungan sekitar.
“Kita bisa menggunakan kekuatan bercerita atau bertutur saat menulis. Hanya tinggal memindahkan mulut ke tangan saat menulis,” katanya memberi motivasi.
Saat ini, ruang dan akses untuk belajar sangat terbuka. Kita bisa belajar dengan banyak cara. Kalau mengalami kebuntuan ketika menulis dan kurang ide, ayo kembali membaca, berdiskusi dengan teman, pelesiran, atau nongki-nongki di kafe.
Alumni Fakultas Hukum Unhas angkatan 87 itu juga mengajak peserta mata kuliahnya untuk menggunakan semua indra saat observasi karena sangat bermanfaat ketika menulis.
Dia meminta mereka berani bermain-main dengan imajinasi, kreativitas, dan inovasi, bila tulisannya ingin berkembang.
Sebelum memulai perkuliahan di ruang 323 FIB Unhas, Tamalanrea, Pammuda, SS, M.Si, selaku pengampu mata kuliah, memperkenalkan Rusdin Tompo di hadapan mahasiswa, sebagai Praktisi Mengajar.
Pammuda dan Dr Sumarlin Rengko HR, M.Hum, merupakan pengampu mata kuliah Kemahiran Membaca dan Menulis Bahasa Makassar ini.
Pammuda, SS, M.Si, juga merupakan Sekretaris Departemen Sastra Daerah FIB Unhas.
Pertemuan pertama sebagai Praktisi Mengajar Angkatan 4 ini diisi dengan materi tentang tujuan menulis dan manfaat pentingnya menulis.
Rusdin Tompo yang pernah jadi jurnalis radio, aktivis LSM, sebagai Humas, dan komisioner pada KPID Sulawesi Selatan, mengaku semua aktivitasnya itu terkait dengan menulis.
Keterampilan menulis sangat membantu pekerjaannya, apalagi saat ini ia sebagai penulis profesional.
Rusdin Tompo yang sudah mulai menulis puisi sejak Sekolah Dasar, menjelaskan bahwa menulis itu sebagai bentuk ekspresi diri.
Dengan menulis, gagasan, ide, dan pikiran-pikiran kita dibaca orang. Begitupun, diri kita, sikap, pengalaman, dan orang-orang yang pernah berada bersama kita akan terdokumentasi lewat tulisan-tulisan yang kita buat.
“Di era digital dan di era big data, apa yang kita tulis mudah terlacak melalui algoritma. Karena itu, menulislah supaya kita punya jejak digital,” ajak Rusdin Tompo, memberi motivasi.
___
Praktisi Mengajar merupakan bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikembangkan Kemendikbudristek, sejak 2022.
MBKM diselenggarakan untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Namun, untuk mencapai hal itu, butuh sumber daya manusia yang unggul, inovatif, dan dapat menjawab tantangan zaman.
Sebagai Praktisi Mengajar, Rusdin Tompo mengikuti bimbingan teknis (bimtek), baik yang diadakan oleh Unhas maupun oleh Kemendikbudristek.
Kegiatan bimtek Praktisi Mengajar Angkatan 4 Tahun 2024, dia ikuti secara daring.
Salah satunya, webinar yang diadakan melalui zoom dan YouTube, dengan host Politeknik Negeri Medan, pada Kamis, 18 April 2024. (*)