Realisasi investasi triwulan 3-2022 mencapai Rp6,39 triliun atau meningkat 45,62 persen menyebar ke sejumlah daerah seperti di Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.
PELAKITA.ID – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuktikan tahun 2022 sebagai momentum akselerasi. Hasilnya, KKP mencatat peningkatan nilai ekspor perikanan 10,66% pada periode Januari – November 2022 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Adapun nilai ekspor perikanan periode Januari-November 2022 mencapai USD5,71 miliar. Sementara nilai impor di periode yang sama hanya USD0,64 miliar.
“Alhamdulillah, artinya masih surplus neraca perdagangan hasil perikanan sebesar USD5,07 miliar,” terang Plt. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Ishartini melalui keterangan tertulisnya, Kamis (29/12/2022)
Adapun komoditas utama ekspor Indonesia meliputi udang dengan nilai USD1.997,49 juta, Tuna-Cakalang-Tongkol senilai USD865,73 juta, Cumi-Sotong-Gurita sebesar USD657,71 juta, Rumput Laut sebesar USD554,96 juta dan Rajungan-Kepiting sebesar USD450,55 juta.
Komoditas-komoditas ini dikirim ke negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat senilai USD2,15 miliar (37,63 persen), Tiongkok USD1,02 miliar (17,90 persen), Jepang USD678,13 juta (11,89 persen), Asean USD651,66 juta (11,42 persen) serta 27 negara Uni Eropa senilai USD357,12 juta (6,26 persen).
Ishartini mengakui bahwa dinamika kondisi global seperti perang Rusia-Ukraina sangat berdampak pada ekspor perikanan Indonesia.
Kendati demikian, KKP tetap menjaga pangsa pasar ke negara-negara tujuan ekspor utama. Dan juga mulai menjajaki tujuan pasar prospektif di Timur Tengah seperti pemenuhan katering haji dan umroh di Arab Saudi.
“Kita cari peluang alternatif selain pasar-pasar yang sudah mapan, ini tentu sebagai respon dinamika global yang terjadi sejak awal tahun 2022 yang tentu berpengaruh terhadap kelancaran arus barang,” ujar Ishartini.
Selain itu, Ishartini meminta jajarannya mensosialisasikan kepada pelaku usaha tentang persetujuan kesepakatan dagang antara Indonesia dengan beberapa negara Eropa (Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss) yang tergabung dalam EFTA (European – Free Trade Association) melalui IE-CEPA (Indonesia European – Comprehensive Economic Partnership Agreement).
Kemudian Mozambique – Preferential Trade Agreement (IM-PTA) yang menyepakati penurunan tarif untuk Tuna Segar, Kepiting, dan Udang Beku serta Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) merupakan perundingan perdagangan bebas antara negara ASEAN (10 negara) dengan 5 negara mitra, yaitu Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Australia, dan Selandia Baru.
Ishartini juga mengarahkan jajarannya untuk terus mempromosikan branding produk perikanan Indonesia dengan tagline “Indonesia Seafood: Naturally Diverse” dan sub tagline “Safe and Sustainable” di berbagai pameran dan pertemuan internasional.
Bahkan ada beberapa komoditas ekspor yang memiliki branding produk sendiri, diantaranya “Indonesia Seaweed, Natural Binding Solutions to The World” untuk rumput laut, “Indonesian Pangasius, The Better Choice” untuk ikan patin, “Indonesia Tuna, Sustainable by Tradition: One-by-One” untuk ikan tuna, dan “Indonesian Shrimp, Discover The Taste of 17,000 Islands” untuk udang.
Lebih lanjut Ishartini mengungkapkan, capaian nilai ekspor perikanan diperkirakan tumbuh 8,84 persen dengan nilai USD6,22 miliar hingga Desember 2022 dibanding akhir tahun 2021.
“Ekspor yang bergeliat ini juga berdampak positif terhadap minat investasi di sektor kelautan dan perikanan,” jelas Ishartini.
Dikatakannya, realisasi investasi triwulan 3-2022 mencapai Rp6,39 triliun atau meningkat 45,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan menyebar ke sejumlah daerah seperti di Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Jawa tengah.
Ishartini menambahkan, Republik Rakyat Tiongkok menjadi negara terbesar yang berinvestasi pada sektor Kelautan dan perikanan, disusul Singapura, British Virgin Islands, dan Jepang.
“Kami memperkirakan realisasi investasi akan menembus Rp7,78 triliun atau meningkat 29,71% dibanding tahun sebelumnya di bulan Desember 2022,” urainya.
Selain mencatatkan prestasi di sisi makro, KKP juga menunjukkan keberpihakannya terhadap pelaku UMKM pengolah dan pemasar hasil perikanan, pembudidaya, serta nelayan.
Hal itu ditunjukkan dengan pencairan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp9,02 triliun per November 2022 dan ditargetkan akan mencapai Rp9,7 triliun di penghujung tahun.
Alhasil, 38,6 persen pelaku usaha bisa menambah tenaga kerja baru setelah memperoleh pemodalan dari KUR. Lalu 83,16 persen pelaku usaha bisa meningkatkan volume produksinya dan 90,08 persen pelaku usaha berhasil meraih peningkatan omset perbulannya.
“Hal ini tak lepas dari berbagai kegiatan seperti pelaksanaan bimbingan teknis akses pembiayaan yang telah digelar di 53 lokasi dan melibatkan 4.240 UMKM kelautan dan perikanan. Kita optimis di akhir 2022, kita bisa mendapatkan capaian-capaian yang lebih tinggi dibanding 2021,” pungkas Ishartini.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa KKP menetapkan kebijakan yang holistik dari hulu-hilir dalam pengembangan produk perikanan Indonesia.
Harapannya, agar mampu meningkatkan daya saing secara nasional dan global. Menteri Trenggono juga mengintruksikan jajarannya untuk terus meningkatkan kinerja ekspor produk perikanan.