PELAKITA.ID – Ada yang menarik yang disampaikan oleh Asisten Andi Aslam Patonangi tentang bagaimana Unhas dan Pemprov Sulsel bekerjasama dalam mendorong apa yang disebut ‘perencanaan berbasis bukti’, atau evidence -based panning.
Hal yang disebutnya relevan dengan posisi Unhas sebagai kontributor dalam memberi panduan, justfikasi dan kontribusi dalam perencanaan pembangunan di Sulawesi Selatan. “Saya kira sangat pas jika Unhas membantu Pemerintah Provinis Sulawesi Sewlatan dalam menyiapkan perencanaan berbasis eviden,” kata Andi Aslam yang juga Asisten Pemprov Sulsel bidang Pemerintahan.
Terkait itu, Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa menyebut dengan adanya PAIR Lab yang diinisiasi Unhas dan Pemerintah Australia atau fasillitasi Australian – Indonesia Centre (AIC), maka ada peluang pengembangan kerjasama melalui penelitian.
“Termasuk apa yang dibutuhkan di Sulsel seperti masalah transportasi, perkeretaapian, rumpat laut dan mata pencaharian kaum mudam” kata Prof Jamaluddin di depan jurnalis pada konferensi pers peluncuran PAIR Lab, di lantai 2 Rektorat Unhas, 5/12/2022.
“Ada komoditi rumput laut yang telah diteliti oleh peneliti atas fasilitasi AIC,” jelas Prof JJ yang duduk mendamping Dr Eugene Sebatian dari AIC. Dia didampingi Kadis Pendidikan Setiawan dan Kadis Kelautan dan Perikanan Sulsel, Muhammad Ilyas.
Pelakita.ID menanyakan peluang kerjasama atau dukungan Pemerintah Australia melalui AIC pada konferensi pers tersebut dan ditujukan ke pihak AIC. Disebutkan ada beberapa pangkalan pendaratan ikan di Sulsel yang tak efektif, lalu peluang mengadopsi konsep Ekonomi Biru kelautan dan Perikanan.
Dr Eugene Sebastian, Chief Executive Officer The Australia Indonesia Centre menyebut peluang AIC atau Pemerintah Australia sangat terbuka untuk ikut membantu sektor kelautan dan perikanan.
“Saat ini kami sedang bekerja pada tiga area, tentang konektivitas melalui sektor transportasi, kedua adalah komoditi dimana rumput laut sebagai yang pertama – dan bisa saja nanti lanjut kakao, beras, kopi dan yang ketiga adalah pemuda, tentang kesehatan pemuda, mata pencaharian dan keterampilan,” jeas Eugene saat ditanya oleh Pelakita.ID
“Saat ini kita sudah mendukung pengelolaan kepelabuhanan Pelindo, terkait pelayanan, operasi dan pengelolaan jasa kepelabuhanan,” ujar Eugene.
“Itu yang kita bisa lakukan, ada perhatian besar Pemerintah Australiau untuk pembangunan pesisir dan laut, rumput laut adalah satu yang kita lihat bagaimana peluang sektor kelautan Indonesia ini,” tambahnya.
Dia juga menyebut tahun depan ada The Asia Forum yang didukung Australia dan bisa menjadi ajang untuk menghantarkan potensi kelautan da perikanan Indonesia. “Peluang konektivitas yang lebih luas untuk melihat peran Indonesia bisa dilihat di sana,” ucap Eugene.
Tentang PAIR Lab
Bekerja sama untuk menghasilkan kemitraan jangka panjang dan berkelanjutan adalah tujuan PAIR Lab, sebuah inisiatif kerjasama riset dari Universitas Hasanuddin dan Australia – Indonesia Centre (AIC).
PAIR Lab dibangun di atas ikatan kuat antara AIC dan UNHAS untuk melanjutkan kolaborasi riset di bawah Kemitraan Riset Indonesia-Australia (Partnership for Australia-Indonesia Research/PAIR).
PAIR Lab akan memperkuat jejaring peneliti di universitas dengan para pembuat kebijakan, kalangan industri dan masyarakat sipil, dan fokus pada kepentingan Sulawesi Selatan. PAIR Lab ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia.
Pendirian PAIR Lab tersebut menyusul pertemuan pimpinan AIC dan Universitas Hasanuddin pada akhir tahun 2021. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Jamaluddin Jompa, mengatakan PAIR Lab akan membantu menginformasikan kebutuhan riset di masa depan dan luaran riset yang lebih berdampak.
Pendirian PAIR Lab merupakan respon atas kunjungan Perdana Menteri Anthony Albanese baru-baru ini ke Sulawesi Selatan dan Universitas Hasanuddin. Direktur Eksekutif Australia-Indonesia Centre, Dr Eugene Sebastian, menyatakan terima kasih atas dukungan kuat dari Universitas Hasanuddin.
“Pemerintah daerah sedang mencari cara untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Mereka terus-menerus dihadapkan pada keharusan membuat kebijakan dan mencari bukti yang didasari riset untuk mendasari keputusan mereka.” “PAIR Lab menjawab kebutuhan ini…” kata Dr Sebastian.
PAIR Lab melanjutkan pekerjaan AIC yang dimulai pada tahun 2019, didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.
Menurut Dr Sebastian, ini adalah contoh bagaimana universitas berkontribusi pada keberlanjutan dan pembangunan jejaringan melampaui masa sebuah program bantuan pembangunan, dan membangun hubungan orang-ke-orang dalam jangka panjang dengan cara yang dilembagakan.
“PAIR Lab akan bekerja dengan pegawai pemerintah untuk memperkaya wawasan dalam membantu pengambilan keputusan,” ujarnya.
“Hal ini mengacu riset PAIR di bidang konektivitas, komoditas, dan kaum muda. Ini juga memanfaatkan jejaring pakar nasional dan internasional yang mendalam.”
Visinya adalah PAIR Lab menjadi yang terdepan dalam memberikan praktik internasional terbaik yang diarahkan pada kebijakan dan menyediakan riset mutakhir di Sulawesi Selatan dan Indonesia timur. Dr Sebastian juga menyampaikan apresiasi terhadap dari pemerintah Sulawesi Selatan. atas dukungan dalam konsep PAIR Lab.
Dengan adanya PAIR Lab, setelah rumput laut, maka untuk sektor kelautan dan perikanan menurut Eigene bisa saja komoditi lain seperti ikan-ikan ekonomis hingga pariwisata bahari.
Editor: K. Azis