“Penetapan tiga kawasan konservasi perairan di Maluku Utara baru-baru ini adalah upaya penting menjaga habitat pantai peneluran yang ada di dalam kawasan-kawasan konservasi.” – Muhammad Korebima, praktisi konservasi peraitan
PELAKITA.ID – Indonesia nan kaya potensi sumber daya pesisir dan laut dapat dibaca dari keragaman spesies penyunya, enam dari tujuh spesies penyu dunia ada di perairan Indonesia. See?
Keenam spesies ‘ninja turtle’ tersebut adalah penyu hijau atau bernama Latin, Chelonia mydas, lalu ada penyu sisik atau Eretmochelys imbricata, penyu pipih Natator depressus, penyu lekang Lepidochelys olivacea, penyu tempayan Caretta caretta, serta terakhir penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Keenamnya masuk daftar IUCN Red List of Threatened Species atau Daftar Merah Spesies Yang Terancam Menurut IUCN. Jauh sebelumnya, undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya telah memasukkan penyu sebagai yang mutalk dlindungai.
Hingga kini, perburuan penyu untuk diambil karapasnya serta menjadi hiasan seperti gelang atau pajangan di ruang tamu masih kerap ditemui. Karena itu jumlah mereka di alam sangat terbatas.
Salah satu yang langka da tergolong unik adalah penyu belimbing. Penyu ini memiliki kulit cangkang berwarna gelap dengan bintik-bintik putih yang tidak sekeras penyu lain.
Sirip depannya panjang, dapat mencapai ukuran hingga 180 cm dan berat 500 kg serta merupakan penyu laut terbesar dan salah satu reptil terbesar yang masih hidup.
Cerita Mad
Belum lama ini, penyu belimbing ditemukan bertelur di salah satu pantai pulau di Maluku Utara, tepatnya di Kepulauan Sula. Menurut Muhammad Korebima, praktisi konservasi perairan, penemuan tersebut mengingatkn bagaimana proses survey yang telah dilakukannya dalam tahun 2017.
Dia dan timnya melakukan pemetaan jenis penyu di beberapa desa yang sekarang masuk dalam kawasan konservasi Pulau Rao – Tanjung Dehegila.
“Salah satu yang menarik perhatian adalah penyu belimbing. Saya cukup yakin bahwa pantai tersebut merupakan pantai penelurannya berdasarkan karakter pantai, pasir dan perairan di sekitarnya. Menurut informasi yang diberikan biasanya pada musim angin timur sekitar Juni – September adalah saat penyu belimbing bertelur di pantai tersebut,” jelas pria yang beberapa tahun bekerja untuk Coral Triangle Center (CTC) ini.
Meski demikian, lanjut Mad, sampai saat ini dia belum mendapatkan informasi berupa naiknya penyu jenis tersebut bertelur di pantai itu tetapi dia berharap setelah pantai tersebut masuk dalam kawasan konservasi, akan ada kemunculan penyu jenis tersebut.
“Setelah dari Morotai saya lanjut melakukan survey di Kepulauan Sula. Sama seperti di Morotai, saya banyak sekali mendapat informasi tentang penyu terutama pantai penelurannya di tiga pulau utama yaitu Sulabesi, Mangoli dan Lifumatola,” jelasnya.
Konfirmasi terkait populasi penyu yang melimpah di Kepulauan Sula dibuktikan oleh tim survey bawah laut yang menemukan puluhan jumlah penyu pada sekali penyelaman.
“Saya sendiri yang berada di tim darat melakukan identifikasi dan pemetaan partisipatif pantai-pantai peneluran di tiga pulau utama tersebut. Hasil identifikasi dan informasi yang didapat dari masyarakat juga mengindikasikan adanya pantai peneluran penyu belimbing,” papar Mad.
Dan ternyata salah satu pantai yang diindetifikasi dalam survey tersebut adalah pantai aktif yang masih didatangi penyu belimbing untuk bertelur.
“Konfirmasi ini diperoleh dari informasi beberapa bulan lalu dari masyarakat yang menginformasikan adanya penyu belimbing yang naik bertelur di pantai tersebut,” tambahnya.
Mad menyatakan bahwa pada tengah malam kemarin dia mendapat kiriman foto-foto penyu belimbing yang naik bertelur di salah satu desa di Pulau Taliabu, Kabupaten Pulau Taliabu dari sahabatnya yang bernama Glenn atau atas nama SEHO Dive – Taliabu.
“Lokasi tepatnya adalah di Desa Mananga Taliabu Utara. Ada dua ekor penyu belimbing yang dilaporkan semalam. Satu ekor naik bertelur di pantai depan desa dan yang satunya lagi di pantai di ujung desa,” ungkap Mad sebagaimana dilaporkan sahabatnya itu.
Yang di ujung desa ditemukan masyarakat dalam kondisi ada jaring yang nyangkut di badannya. Masyarakat kemudian melepaskan jaring tersebut dari tubuhnya dan kemudian melepas penyu tersebut ke laut.
Perlu atensi bersama
Terkait penyu belimbing itu, diperoleh informasi bahwa beberapa pulau kecil tak berpenghuni di Taliaubu Utara dilaporkan oleh nelayan setempat juga ditemukan pantai peneluran penyu belimbing dan jenis penyu lainnya.
“Tentu saja ini informasi yang berharga untuk pengelolaan dan perlindungan flagship spesies ini di Taliabu dan keberadaan spesies ini menjadi objek wisata minat khusus yang perlu pengelolaan tersendiri,” lanjut Mad.
Mad menyimpulkan bahwa Maluku Utara adalah salah satu habitat penting bagi penyu belimbing utamanya pantai-pantai penelurannya.
“Penetapan tiga kawasan konservasi perairan di Maluku Utara baru-baru ini adalah upaya penting menjaga habitat pantai peneluran yang ada di dalam kawasan-kawasan konservasi tersebut,” sebutnya.
Menurutnya, pantai-pantai peneluran yang berada di luar kawasan konservasi juga harus mendapat perhatian khusus oleh semua pihak. Pola sebaran penyu belimbing ini juga sampai di Maluku jadi lintas wilayah provinsi juga.
” Hingga saat ini Buru Utara juga merupakan salah satu pantai peneluran penyu belimbing di Maluku serta di Kei yang merupakan feeding ground-nya,” jelas Mad.
“Semoga makin banyak lagi pantai-pantai peneluran penyu belimbing terkonfirmasi di Maluku Utara dan Maluku. Ini juga sekaligus menjadi obyek riset yang menantang untuk melihat sebaran dan populasi penyu belimbing di Indonesia Timur pada umumnya,” tutupnya.
Sumber: Muhammd ‘Mad’ Korebima/SEHO Dive – Taliabu
