BPIUUK, upaya KKP genjot produksi udang nasional hingga 250 persen

  • Whatsapp
Menggenjot produksi udang hingga 250 persen butuh pasokan benur berkuallitas (dok: KKP)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Dalam lawatannya di Bali beberapa waktu yang lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meninjau Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIUUK) yang berada di Desa Bugbug, Kecamatan Karangasasem, Kabupaten Karangasem, Sabtu (15/8).

Menteri Edhy ingin memastikan produksi induk udang unggul dan benih bermutu untuk meningkatkan target ekspor udang nasional hingga 250 persen pada tahun 2024. Untuk itu, KKP terus mendorong balai-balai di Indonesia untuk memproduksi induk udang unggul.

Read More

Menurut Edhy, kualitas dan kuantitas induk unggul di masyarakat merupakan faktor penting sebagai pendukung peningkatan produksi perikanan budidaya, dalam hal ini khususnya produksi udang nasional.

“Saya yakin peningkatan produksi udang yang didukung dengan ketersediaan induk unggul dan benih bermutu akan mampu mendongkrak perekonomian kita, selain itu mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pembudidaya menjadi lebih sejahtera,” ujar Edhy.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menyampaikan bahwa BPIUUK merupakan salah satu ujung tombak KKP dalam menyediakan induk udang vaname yang berkualitas untuk pembudidaya di seluruh Indonesia dengan harga relatif murah.

“Di BPIUUK ini, saya mendampingi Menteri Kelautan dan Perikanan dalam rangka melakukan kunjungan kerja untuk melihat kegiatan yang ada disini. BPIUUK Karangasem ini menjadi sentral dalam upaya peningkatan produksi udang nasional,” tutur Slamet.

Lanjut Slamet, keberadaan balai tersebut dengan spesialisasi untuk memproduksi induk udang unggul ini sangat penting dan strategis sebagai bagian utama dalam mengembangkan logistik induk dan benih udang nasional.

“Kualitas dan kuantitas induk udang bermutu di masyarakat merupakan elemen penting sebagai pendukung produksi udang nasional. Berbagai stimulus ekonomi untuk menopang bisnis perudangan termasuk intervensi langsung dengan sasaran utama pembudidaya udang skala kecil,” sebut Slamet.

Di BPIUUK saat ini telah tersedia Nucleus Center sebagai tempat proses produksi benih udang vaname. Selain itu, ada Tambak Uji Performa untuk tempat proses uji multilokasi udang vaname serta Multiplication Center sebagai tempat pembesaran calon induk dan induk udang vaname.

Slamet juga berterima kasih atas dukungan Menteri Edhy pada program-program Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

“Kehadiran Menteri Edhy ke sini memberikan motivasi dan dorongan kepada jajaran Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya karena perikanan budidaya merupakan satu sub sektor yang harus dikembangkan dan beliau memberikan semangat motivasi kepada kita dan berpesan agar perikanan budidaya ini terus dikembangkan”, ucap Slamet.

“Beliau juga memberikan aspesiasi kepada BPIUUK Karangasem untuk terus melakukan kegiatan-kegiatan dan mendukung pengembangan kawasan budidaya tambak udang berkelanjutan yang dilakukan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,” imbuhnya.

Slamet menambahkan, dalam rangka menjaga kualitas induk udang DJPB telah menerbitkan Surat Edaran (SE) No. 4575/DJPB/V/2019 tentang larangan penggunaan induk udang asal dari tambak.

Slamet menjelaskan induk udang vanname maupun windu dari tambak sangat berpotensi menularkan penyakit karena dipelihara di tempat terbuka sehingga sangat rawan terpapar atau tertular berbagai penyakit, serta potensial menciptakan dan menyebarkan penyakit lokal ke daerah lain.

“Induk udang asal tambak ini juga tidak menjamin pertumbuhan benih yang baik. Bila ada yang melanggar SE ini, maka ancamannya adalah pencabutan izin usaha,” lanjutnya.

Kepala BPIUUK Karangasem, Winarno menyampaikan saat ini BPIUUK memiliki kapasitas produksi Nauplius udang vaname 4-5 juta ekor/hari, benih udang vaname 50 juta ekor/tahun sera calon induk udang vaname 100 ribu ekor/tahun.

Selain itu, BPIUUK telah mampu memproduksi spat tiram mutiara 6 juta / tahun, calon induk tiram mutiara 500 ekor/tahun, benih abalone 1.000 ekor/bulan dan calon induk abalone 600 ekor/bulan.

“Kami sudah mengembangkan breeding program sejak tahun 2016 dan telah menghasilkan suatu generasi udang vaname yang tahan terhadap cekaman antibiotik serta tahan terhadap penyakit dan petumbuhan cepat, sehingga dalam waktu dekat akan kami rilis,” jelas Winarno.

Selain itu, BPIUUK juga memiliki fasilitas produksi kerang abalone dan tiram mutiara yang bernilai tinggi di pasaran.

“Kami pastikan pasokan udang vaname yang berkualitas tinggi, mencegah habisnya abalone di laut dan bibit tiram mutiara yang bernilai,” sebut Winarno.

“Dengan kunjungan MKP Edhy Prabowo ke BPIUUK Karangasem hari ini memberikan satu semangat tersendiri bagi pegawai di Karangasem Bali. Menambah semangat kami untuk menghasilkan induk dan benih udang unggul sehingga dalam mendukung program pemerintah yaitu peningkatan produksi perikanan budidaya khususnya udang sebagaimana yang dicanangkan bapak Presiden RI bahwa sampai tahun 2024 target ekspor udang itu meningkat 250 persen,” tutup Winarno.

 

Sumber: Siaran Pers KKP

 

 

Related posts