PELAKITA.ID – Nama Irfan Saleh mungkin tidak asing lagi di Gorontalo. Birokrat di Kabupaten Pohuwato ini adalah sosok kepercayaan Bupati Pohuwato, H. Syarif Mbuinga dalam hal perencanaan dan pengendalian pembangunan Pohuwato.
Jika pun nama itu di-browsing dengan menulis ‘Irfan Saleh Pohuwato’ maka ada 5000—an sumber (hits) yang menyebutkan nama Irfan.
Dia Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbang) Kabupaten Pohuawato dan merupakan sosok kunci di balik prestasi Bupati Pohuwato Syarif Mbuinga di palagan pembangunan daerah. Terdapat banyak prestasi Pohuwato di bawah kepemimpinan Syarif.
Kepada Pelakita.ID dia berbagi cerita apa-apa yang menjadi tips sehingga dia percaya diri mendampingi Bupati Syarif.
“Ada beberapa program unggulan di Pemda Pohuwato, saya kira ini sudah banyak diliput tetapi yang saya ingin sampaikan bahwa dari waktu ke waktu, sebagai abdi negara, kami, perencana sekaligus pengambil kebijakan di Pemda Pohuwato untuk terus berinovasi,” katanya, Sabtu, 8 Agustus 2020.
“Saat ini kami lagi fokus pada realitas lapangan bahwa ada 5000-an ibu-ibu atau wanita Pohuwato yang merupakan orang tua tunggal atau dengan kata lain tanpa suami,” katanya.
Oleh sebab itu, kata Irfan, ini akan menjadi salah satu entry program dengan memberdayakan mereka melalui peningkatan kapasitas ekonomi maupun berlembaga.
“Kita harapkan mereka bisa melembaga, atau membentuk semacam koperasi yang bisa membantu penghidupan mereka,” katanya.
Saat ini, selain fokus pada isu-isu seperti itu, Pemda Pohuwato juga aktif mendorong iinisiatif masyarakat Pohuwato untuk fokus pada pengelolaan sampah.
“Kami sedang mendorong OPD lain, maupun organisasi non-Pemerintah untuk aktif mengkampanyekan pengurangan sampah termasuk sampah plastik,” sebut Irfan.
Bagi Irfan, yang diharapkan adalah adanya program-program inovatif dari masing-masing lembaga atau organisasi melalui pola kolaborasi.
“Untuk sampai ke kolaborasi memang butuh proses karena harus ada upaya meyakinkan dan basis tindakan. Nah, yang kami lakukan, baik di Baperlitbang maupun dengan Pak Bupati adalah bagaimana mengidentifikasi situasi rumah tangga, warga, hingga unit terkecil di desa atau kota,” jelas Irfan.
“Maksud saya, OPD atau Pemda harus membiasakan diri untuk melakukan pengecekan lapangan, identifikasi fakta lapangan kalau perlu melakukan observasi dan wawancara faktual wilayah kerjanya,” imbuh Irfan saat disinggung metode yang diterapkan dalam perencanaan program.
“Ini yang kami telah jalankan meski memang masih butuh proses atau komitmen lebih lanjut. Misalnya bagaimana melakukan pendataan, update informasi dan bertemu para pemangku kepentingan di lapangan,” katanya lagi.
Terkait itu, Irfan memberi contoh bagaimana dia telah mencoba berlatih menerapkan metodologi paling mendasar dalam perencanaan yaitu observasi dan wawancara sebagaimana dia peroleh saat menjadi peserta pelatian perencanaan dan ‘meta fasilitasi’ bersama Guru Wada Nobuaki dari Jepang.
Mengasah kemampuan wawancara
“Beberapa waktu lalu saya dapat inspirasi dari seorang warga Torosiaje bernama Sigit Buludawa,” ungkapnya.
Irfan rupanya mengasah atau berlatih teknik wawancara faktual dengan Sigit lalu tiba pada kesimpulan sementara perlunya intervensi program pariwisata dan perikanan.
Sigit adalah warga Torosiaje dan merupakan tokoh penting dalam pembangunan permukiman di lepas pantai Torosiaje ini.
“Saat itu saya tanya gagasan berusaha ini awalnya dari siapa? Berapa orang yang terlibat waktu awal? Sekarang yang bertahan berapa orang,” sebut Irfan yang juga pernah kursus Young Leader Training di Jepang yang diatur oleh Proyek JICA CD Project tahun 2012 ini.
Irfan pun mendapat jawaban. Usaha Sigit dimulai tahun tahun 2010. Mulai dari bisnis kuliner restoran, sampai ekspor hasil laut ke Singapura.
“Alhmdulillah sampai saat ini pak, ini yang kami lakukan. Untuk usaha budidaya saya mencoba penelitian dari beberapa daerah dan hasilnya bisa saya praktikkan di sini. Mulai dari budidaya bandeng air laut, Sampai budidaya teripang pasir dan ikan kerapu,” jawab Sigit.
“Gagasan, saya buat sendri, ide sendiri. Karena saya lihat peluang usaha ke depan dan tidak pernah habis ada di hasil laut, sedikit peminatnya kalau usaha hasil laut di kampung pak,” tambah Sigit.
“Mereka hanya bisa menjual lokal saja, tapi saya bisa menjual ke luar daerah sperti Jakarta, Surabaya dan Makasar bahkan sampai ke luar negeri,” lanjut Sigit. Sigit berusaha sendiri dan menurutnya sangat sulit jika usaha ini dipercayakan ke orang lain.
Irfan kemudian mendapat informasi bahwa potensi sumber daya kelautan dan perikanan di Kecamatan Torosiaje sangat besar. Karenanya, dia mendapat secercah harapan bahwa usaha periikanan dan pariwisata bisa dikembangkan di sini.
Dengan Pak Sigit, Irfan terus bertanya. “Lembaga apa yang menjadi naungan sekarang, PT atau Koperasi?” tanya Irfan ke Sigit.
Lalu terkuak bahwa Sigit adalah ketua koperasi nelayan terpilih yang dibentuk oleh Kabid Perindagkop Pohuwato bersama masyarakat Torosiaje.
“Sementara pengurusan badan hukum, saya mempunyai CV. Torosiaje Tujuh. Dan bidangnya khusus perdagangan besar ekspor-impor,” jelas Sigit.
Irfan jadi tahu bahwa di Torosiaje sudah ada kelompok usaha yang mempunyai akta notaris dari Kemenkumham. “Jika selama ini di Torosiaje tidak ada kelompok berakta notaris maka dengan Pak Sigit, akta sudah ada,” kata Irfan.
“Saat ini sdah ada empat kelompok yang saya sudah buatkan akta notaris. Baru 1 kelompok yang keluar bantuannya minggu lalu untuk budidaya. Saya ke provinsi untuk mengantar proposal alat tangkap, insya Allah akan dapat mesin tempel,” kata Sigit.
Untuk mendapat informasi yang dalam, Irfan kembali bertanya. “Dari 4 kelompok, berapa orang semuanya yang bisa tersentuh manfaat usaha ini pak Sigit?” tanya Irfan.
“Sementara yang diminta poropsalnya hari ini di Pemda Provinsi kelompok nelayan tangkap rakit. Anggota kelompok ada 52 dua orang. Ini anggota kelompok yang 4 kelompok. Yang baru cair bantuannya kelompok budidaya ikan kerapu sebanyak 12 org,” jelas Sigit.
“Yang saya buat budidaya ikan untuk dua kelompok dan nelayan tangkap dua kelompok. Di luar nelayan-nelayan yang penangkap ikan ekspor saya tapi sementara mau dibuatkan badan hukum ada 30 org nelayan sany yang di luar berbadan hukm,” jelasnya lagi.
Irfan lalu menyimpulkan bahwa di Torosiaje ada 100 orang anggota Sigit. “Ada 400 KK di Tororsiaje dimana Pak Sigit sudah berkontribusi untuk 100 orang, ini luar biasa. Anda sangat menginspirasi,” puji Irfan.
Lantaran itu, Irfan optimis, gagasan menggandeng Bank Indonesia Gorontalo untuk membantu pariwisata Pohuwato serta pengolahan produk perikanan yang sangat prospektif. Sangar beralasan karena data-data dan informasi terkait ini sudah tersedia di Torosiaje. Termasuk menyasar kelompok ibu-ibu dan kaum muda Torosiaje.
“Setidaknya, kita kini tahu potensi ekonomi usaha perikanan, berapa produsen dan siapa saja yang bisa memanfaatkan produk-produk perikanan itu. Dari Pak Sigit kita jadi tahu peluang bisnisnya ke depan bukan duga-duga apalagi persepsi atau hal absurd,” tutup alumni peternakan ini.
Laporan Tim Redaksi Pelakita.ID