Kolom Khusnul Yaqin: Menyampah di Salah Satu Sudut Kampus

  • Whatsapp
Prof Khusnul Yaqin, M.Sc, Guru Besar FIKP Unhas (dok: Unhas TV)

PELAKITA.ID – Prof Khusnul Yaqin, Guru Besar Ekotoksikologi MSP FIKP Unhas membagikan perspektifnya tentang isu sampah dari jendela filosofis. Mari simak.

 Karl Popper bilang kebenaran tidak hanya perlu diverifikasi, tetapi ia harus diuji. Popper lalu memproduksi teori falsifikasi.

Teori falsifikasi yang dikembangkannya menegaskan suatu teori ilmiah harus dapat diuji dan berpotensi untuk dibuktikan salah (falsifiable).

Menurut Popper, ilmu tidak berkembang melalui akumulasi verifikasi, seperti yang dianut oleh positivisme logis, tetapi melalui upaya terus-menerus untuk menguji dan membuktikan kesalahan suatu teori.

Jika suatu teori tidak memungkinkan adanya bukti yang dapat menyanggahnya, maka teori tersebut bukan ilmiah, melainkan pseudo-science.

Sebagai contoh, pernyataan “Semua angsa berwarna putih.” Itu bersifat falsifiable karena dapat dibuktikan salah jika ditemukan angsa berwarna hitam.

Sebaliknya, teori yang tidak dapat diuji, seperti astrologi, cenderung bersifat dogmatis karena selalu dapat disesuaikan dengan berbagai hasil observasi tanpa pernah bisa dibuktikan salah.

Dengan demikian, falsifikasi menjadi kriteria utama dalam membedakan ilmu sejati dari pseudo-science dan mendorong perkembangan sains melalui pengujian hipotesis yang ketat.

Dalam kaitannya dengan sampah di kampus, suatu kampus bisa dianggap peduli terhadap kebersihan lingkungan atau kelestarian alam, bukan karena sudah kita verifikasi secara dokumen bahwa banyak pakar dalam kelestarian lingkungan.

Bahwa ada pusat studi ini dan itu yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Dan, ada direktur pengelola sampah, tetapi harus difalsifikasi, apakah masih ada sampah berserakan di kampus.

Konsep ekologi transeden tidak pernah menganggap suatu apapun sebagai sampah, tetapi semua entitas di alam semesta adalah teman sejawat dalam suluk ruhani (Spiritual Journey).

Sekiranya manusia {di salah satu kampus) sudah pernah tersentuh oleh konsep ekologi transenden, maka tidak dimungkinkan adanya serpihan-serpihan sampah di kampus. Oleh karenanya Popper akan sepakat, bahwa kampus kita peduli lingkungan.

___

Catatan tambahan untuk memerkaya perspektif

Ekologi transenden adalah pendekatan dalam ilmu ekologi yang menghubungkan pemahaman tentang lingkungan dengan dimensi spiritual atau filosofi yang lebih dalam.  Konsep ini melampaui pemahaman ekologis yang hanya terbatas pada hubungan biologis dan fisik antara organisme dengan lingkungannya.

Dalam ekologi transenden, terdapat pandangan bahwa alam semesta dan semua bentuk kehidupan di dalamnya memiliki nilai intrinsik yang lebih besar yang melibatkan aspek-aspek moral, etis, dan bahkan spiritual. Konsep ini seringkali terkait dengan pandangan yang lebih holistik, di mana semua elemen alam semesta, baik yang hidup maupun yang tak hidup, saling terhubung dalam suatu kesatuan yang lebih besar.

Secara singkat, ekologi transenden menggali hubungan antara manusia, alam, dan dimensi spiritual atau filosofi hidup, yang melampaui pandangan materialistik atau utilitarian tentang alam.

 

Editor: K. Azis

 

Related posts