Revitalisasi Kelembagaan Desa Menuju Desa Tangguh Bencana melalui Penguatan Kapasitas Kelompok Tanggap Bencana di Desa Mekar.
PELAKITA.ID – Pelatihan dan Simulasi Tanggap Darurat Bencana telah dilaksanakan di Desa Mekar, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Kegiatan tersebut merupakan Program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) Tematik Kebencanaan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo bekerjasama dengan BASARNAS Kendari serta Tim Relawan Desa Mekar, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe.
Program mahasiswa KKN Tematik FPIK Universitas Halu Oleo mengusung tema ‘Revitalisasi Kelembagaan Desa Menuju Desa Tangguh Bencana melalui Penguatan Kapasitas Kelompok Tanggap Bencana di Desa Mekar’.
Kegiatan ini memberi penekanan pada pentingnya upaya pencegahan dan mengurangi dampak risiko bencana termasuk bencana pesisir.
Jumlah mahasiswa KKN Tematik Kebencanaan FPIK UHO 15 orang dimana terdapat 13 mahasiswa Ilmu Kelautan (IKL) dan 2 Mahasiswa ABP atau Agrobisnis Perikanan, dengan Koordinator Desa, Saenal Abidin.
Kegiatan dihadiri perwakilan Pemerintah Desa Mekar, Dosen Pembimbing Lapangan DPL, yaitu; La Ode Muh. Yasir Haya, Ph.D sebagai Koordinator DPL atau Dosen Pendamping Lapangan.
Juga hadir 5 anggota DPL masing-masing Dr. La Ode Alirman Afu, Emiyarti, M.Si., A. Ginong Pratikino, M.T., Muh Trial Fiar Erawan, M.Si, dan Dr. Sjamsu Alam Lawelle.
Peserta yang mengikuti pelatihan dan simulasi tanggap darurat bencana berasal dari Tim Relawan Darurat Bencana Desa Mekar yang baru saja dibentuk oleh mahasiswa KKN Tematik FPIK dan ditetapkan atau disahkan oleh Pemerintah Desa Mekar melalui Surat Keputusan.
Proses Kegiatan
Narasumber kegiatan ini berasal dari DPL dan Basarnas Kendari sebagai instruktur yaitu Yayan La Ihu, SH dan Zainal Abidin.
Ketua Tim Relawan Desa Mekar, Erwin, menyampaikan bahwa pelatihan dan simulasi tanggap darurat ini merupakan program yang sangat bagus karena baru pertama kali kami dapatkan dan berbeda dengan program KKN lainnya.
“Selain itu, letak desa kami yang sangat terbuka dan rawan bencana baik bencana yang bersumber dari darat maupun dari laut sehingga pelatihan ini sangat kami perlukan,” kata Erwin.
Narasumber La Ode Muh Yasir Haya, koordinator DPL UHO mengajak peserta untuk memahami dan mengenali bencana dan upaya mitigasinya.
“Indonesia termasuk Sulawesi Tenggara dikelilingi oleh deretan gunung api aktif (ring of fire) dan titik gempa yang membusur dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Papua, Maluku, hingga Sulawesi,” kata Yasir.
Karena itu, lanjut Yasir, bencana geologi sering terjadi.
“Bencana yang bersumber dari hidro-meteorologi juga sering melanda negeri kita termasuk Sulawesi Tenggara diantaranya; banjir, tanah longsor, angin putting beliung. Termasuk bencana biologi yang baru saja kita lewati seperti pandemic Covid-19,” ucap alumni Jepang ini.
“Termasuk gagal teknologi seperti manakala ada kapal atau pesawat yang hilang, dan bencana sosial yang sudah kita lewati di akhir tahun 1990-an,” jelas alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas angkatan 92 ini.
Yasir menambahkan bahwa relawan bersama masyarakat dan pemerintah desa perlu melakukan upaya mitigasi di antaranya rehabilitasi mangrove termasuk terumbu karang, pembuatan struktur sederhana pelindung pantai serta peningkatan kapasitas masyarakat terkait bencana.
Dia mencontohkan, bagaimana Jepang yang sering terjadi gempa dan tsunami memiliki kapasitas yang tinggi sehingga korban jiwa dan kerugian metarial sangat minim.
Sejalan dengan itu, Basarnas Kendari, Yayan La Ihu yang telah berpengalaman dalam melakukan evakuasi dan tanggap darurat di banyak tempat ikut memberikan pemaparan.
“Potensi bencana di Indonesia sangat tinggi termasuk di Sultra. Semua orang mempunyai risiko terdampak bencana namun yang membedakan adalah kapasitas dan kemampuan untuk bangkit dan mengambil peran selama masa tanggap darurat saat terjadi bencana,” ucap Yayan
“Oleh karena itu, penanganan bencana merupakan urusan semua pihak dan perlu dilakukan pelatihan seperti hari ini,” ujarnya.
Zainal Abidin dari Basarnas menambahkan, penanganan yang terlambat terhadap korban di lokasi terdampak akan meningkatkan jumlah korban, terlebih lagi daerah yang terpapar menunggu bantuan dari pihak luar area kejadian.
“Oleh karena itu, keberadaan tim relawan desa menjadi sangat penting dan penting,” sebut Zainal.
Namun, lanjutnya, tim relawan perlu dibekali dengan keterampilan dan skill bagaimana memberikan pertolongan pertama terhadap korban.
Lebih lanjut, kedua instruktur Basarnas mempraktikkan bagaimana melakukan penanganan korban patah tulang, luka, tenggelam serta melakukan evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
Secara keseluruhan, kegiatan pelatihan dan simulasi tanggap darurat bencana berjalan lancar, antusiasme peserta yang tinggi dan mendapat apresiasi dari masyarakat dan pemerintah desa yang hadir.
Masyarakat Desa Mekar melalui Kepala Desa Taslim menyampaikan terima kasih dengan pelatuhan ini.
“Terima kasih karena kami mendapatkan pengetahuan dan keterampilan/skill sebagai modal utama Ketika terjadi bencana, meskipun hal itu tidak diinginkan terjadi,” kata Taslim,
“Terima kasih kami sampaikan kepada Universitas Halu Oleo khusunya FPIK UHO yang telah memberi perhatian dan memilih Desa Mekar sebagai lokasi KKN Tematik Kebencanaan dimana programnya sangat berharga bagi masyarakat kami,” pungkas Taslim.
Editor: Denun