PELAKITA.ID – Departemen Biologi Fakultas MIPA Unhas menggelar kegiatan pengbadian pada masyarakat terkait dukungan bagi pengembangan pakan mandiri di Ballaratea Pucak, Minggu, 21/5/2023.
“Judul kegiatan pengabdian kami adalah pemanfaatan biji kapuk berbasis bioteknologi untuk menunjang mandiri pakan dan mandiri pangan,” jelas Dr. Andi Masniawati selaku ketua tim.
“Harapannya, agar masyarakat di Desa Pucak dapat memanfaatkan limbah biji kapuk sebagai bahan yg sangat berguna yaitu sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku minyak goreng,” ucap akademisi yang akrab disapa Dr Wati ni.
“Tentunya dapat meningkatkan perekonomian keluarga,” jelasnya.
Menurut Wati, pohon kapuk merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan antara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara.
Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m.
“Pohon ini banyak ditanam di Asia, terutama di pulau Jawa, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Amerika Selatan. Batang dan juga cabang-cabangnya yang berwarna hijau, kadang-kadang berduri,” jelasnya.
“Di dalam buah randu terdapat serat halus putih yang disebut kapas atau kapuk randu,” imbuhnya.
Narasumber pada kegiatan ini adalah Dr. Andi Masniawati yang merupakan ketua tim.
Dalam kegiatan itu dijelaskan bahwa biji kapuk sebagai pakan kepada hewan ternak merupakan bahan baku sebagai sumber protein nabati yang mudah
diperoleh.
“Biji kapuk merupakan hasil sampingan pertanian yang
cukup banyak di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Sulawesi dengan potensi sekitar 114 ribu ton/tahun,” terang Dr Wati.
Menurutnya, biji kapuk mengandung protein kasar 28 hingga 34 persen, lemak 22 hingga 40 persen dan bahan ekstrak tanpa nitrogen 25 hingga 35 persen.
“Berdasarkan karakteristik bahan tersebut maka biji kapuk dapat dijadikan bahan baku pakan sebagai sumber protein dan asam lemak,” jelasnya.
Diterangkan, bedasarkan kandungan protein kasar, bungkil biji kapuk memungkinkan dapat dijadikan sebagai sumber protein dalam pakan ternak ataupun sebagai pengganti bahan pakan sumber protein yang harganya relatif lebih mahal dan kemungkinan penggunaannya bersaing dengan kebutuhan ternak lain.
Selain Dr Wati narasumber lainnya adalah Ir. A. Abdillah, M.Si dari Yayasan Ternakita.
Kegiatan dihadiri oleh Tim Pengabdian yang terdiri dari dosen Departemen Biologi.
Hadir juga Kepala Desa Pucak dan aparatnya.Hadir juga anggota Kelompok Tani Desa Pucak, Petani Milenial Desa Pucak serta mahasiswa S2 Biologi Unhas.
Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Biologi yang dipimpin Dr Wati bersama Dr. Juhriah, M.Si, Dr. Elis Tambaru, M.Si, Sinta Nuriani, Muthia Lestari dan Nurhikmah telah menyusun panduan praktik pemanfaatan biji kapuk atau randu ini.
Editor: K. Azis