PELAKITA.ID – Setelah tiga bulan lamanya terjadi tarik-menarik antara Kubu Jakarta dan Kubu Makassar, akhirnya tempat pelaksanaan Mubes IKA Unhas dapat dipastikan dari mulut Pak Jk sendiri. Lagi-lagi, kepastian itu diperoleh berkat “kelancangan” si Kancil Mulawarman.
Tanpa tedeng aling-aling, ia menodong Pak JK saat menghadiri pemilihan Rektor Unhas di kampus Tamalanrea pada 27 Januari 2022 lalu. “Mubes IKA di Makassar, ya, pak!” todongnya sembari menjabat tangan Pak JK.
Tersinggungkah Pak JK? Tentu tidak. Mungkin bagi Pak JK, Mulawarman, yah, Mulawarman, sosok langka yang perlu dikonservasi karena tidak ada duanya, mungil dan suka menelantarkan diri.
“Yah, saya juga mau Mubes IKA di Makassar,” jawab Pak JK singkat dan tegas. Jawaban Pak JK itu didengar oleh banyak orang, termasuk awak media, sehingga tak diragukan lagi bahwa tempat pelaksanaan Mubes IKA Unhas sudah pasti di Makassar.
Meski hanya singkat, tapi itu sudah cukup membuat Kubu Makassar sumringah dan sekaligus mengakhiri kedunguan, meminjam narasi Sawedi Muhammad, yang melanda alumni selama berpekan-pekan. Hal ini kemudian dipertegas kembali oleh pertemuan di kediaman Pak JK di Jalan Haji Bau Makassar, pada keesokan harinya.
Ketika polemik itu berakhir, tiba gilirannya para alumni mempercakapkan siapa yang layak menggantikan Pak JK. Ada tiga figur yang disebut-sebut dan dinilai mumpuni. Pertama, Haedar A. Karim, Ketua Ikatan Alumni Teknik (Ikatek) Unhas untuk periode yang kedua. Karena kesuksesannya memimpin Ikatek, sehingga dinilai layak memimpin IKA Unhas.
Memang harus diakui bahwa dalam 10 tahun terakhir, IKA Unhas ada di seantero negeri, karena keberadaan Ikatek. Berbeda dengan IKA fakultas lainnya, IKA Fakultas Teknik telah memiliki kepengurusan di berbagai daerah. Ini semua berkat kepemimpinan Dirut PT. Nindya Karya itu.
Kedua, siapa yang tak mengenal sosok Syahrul Yasin Limpo yang juga populer dengan sebutan SYL ? Ketua Ikatan Alumni Hukum Unhas itu, saat ini adalah Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Menurut sebagian alumni bahwa IKA Unhas Pasca Pak JK, perlu dipimpin oleh sosok yang memiliki posisi penting di kekuasaan. Itu sebabnya SYL dinominasikan untuk memimpin IKA Unhas.
Ketiga, Andi Amran Sulaiman. Sebagian besar alumni berpendapat bahwa selain nama besar dan jumlah alumni yang sudah mencapai ratusan ribu, IKA Unhas praktis tak memiliki asset.
Jangankan dana abadi, kantor sekretariat permanen saja tak punya. Suka tidak suka, itulah realitas IKA Unhas yang mesti kita terima.
Dengan kondisi seperti itu, jika dibandingkan dengan Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada), Iluni – UI (Ikatan Alumni Universitas Indonesia, IA – ITB (Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung), dan lainnya, sungguh IKA Unhas tidak ada apa-apanya, jauh tertinggal.
Lantas, bagaimana IKA Unhas dapat memberi kontribusi pada almamaternya dalam kondisi demikian ?
Untuk mengejar ketertinggalan itu, pertama-tama, IKA Unhas harus dipimpin oleh sosok yang tak hanya memiliki nama besar dan strong leadership, tetapi juga sosok “gila” yang mau mewakafkan sebagian hartanya untuk memenuhi kebutuhan dasar IKA Unhas itu.
Kriteria tersebut menurut sebagian besar pemilik hak suara di Mubes IKA Unhas, hanya ada pada Andi Amran Sulaiman.
Wacana itu berkembang semenjak Mubeslub Jakarta hingga Mubes Makassar, kemudian mengantarkan Andi Amran terpilih secara meyakinkan untuk memimpin IKA Unhas.
Kendati begitu, Andi Amran yang terpilih melalui mekanisme one man one vote, tetap saja tak urung diterpa isu miring. Sayup terdengar bahwa surat dukungan yang diberikan oleh sejumlah besar delegasi kepadanya, diperoleh dengan cara yang tidak benar.
Apa itu cara yang tidak benar ? Kurang lebih, “tidak ada makan siang gratis.” Maklum, di negeri ini, praktek semacam itu sudah bukan lagi rahasia. Akan tetapi, kira-kira, apakah Andi Amran benar-benar melakukannya ? (bersambung)
Makassar, 09 Maret 2022