PELAKITA.ID – Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang resmi dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, diketahui bahwa total luas mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha.
Dari total luasan sebesar 3.364.076 Ha mangrove Indonesia, berdasarkan status kawasan, 79% atau seluas 2.661.291 ha berada dalam kawasan hutan, 21% atau seluas 702.798 ha berada di kawasan APL atau bukan kawasan hutan.
Berdasarkan kategori penutupan tajuk terdapat 3 (tiga) klasifikasi kategori kondisi mangrove sesuai dengan persentase tutupan tajuk, yaitu mangrove lebat, mangrove sedang, dan mangrove jarang.
Merujuk pada SNI 7717-2020, kondisi mangrove lebat adalah mangrove dengan tutupan tajuk > 70%, mangrove sedang adalah mangrove dengan tutupan tajuk 30-70%, dan mangrove jarang adalah mangrove dengan tutupan tajuk <30%.
Dari total luasan mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha, kondisi mangrove lebat seluas 3.121.239 Ha (93%), mangrove sedang seluas 188.363 Ha (5%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (2%). Adapun fokus pemerintah dalam melakukan rehabilitasi kawasan mangrove berada di mangrove dengan kondisi tutupan yang jarang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Ferdi Mochtar menyebut kawasan ekosistem mangrove Kota Makassar pada tahun-tahun sebelumnya cukup memprihatinkan.
Disebutkan, pada tahun 2001, luas mangrove hanya skeitar 50,30 ha dan pada tahun 2015 mengalami penambahan luas sebesar 58,53 ha atau bertambah sekitar 16 persen.
Belum lagi kemampuan fisiknya menjaga intrusi dan abrasi.
“Mangrove Kota Makassar semakin menyusut dari tahun ke tahun oleh tekanan pemanfaatan ruang pesisir. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Makassar dalam Laporan Pengakurasian Data Mangrove tahun 2016 menunjukkan luasan mangrove menyusut drastis dalam lima belas tahun terakhir,” terangnya.
Kondisi mangrove Indonesia terbagi menjadi 2 (dua) status, yaitu di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan. Dari total luasan mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha, total luasan mangrove di dalam kawasan hutan sebesar 79% atau seluas 2.661.921 Ha dan di luar kawasan hutan 702.798 Ha.
Berdasarkan kondisi mangrove di luar kawasan hutan seluas 702.798 Ha, diketahui bahwa mangrove lebat seluas 586.054 Ha, mangrove sedang seluas 86.834 Ha, dan mangrove jarang seluas 29.910 Ha.
Makassar, Sulawesi Selatan, tidak hanya terkenal akan wisata pantai, tapi juga hutan mangrove. Tempat yang bisa dituju adalah Jaringan Ekowisata Mangrove Lantebung (Jekomala) di Desa Wisata Lantebung, Kelurahan Wira, kecamatan Tamalanrea.
Dengan luas sekitar 30 hektar, hutan mangrove di pesisir Selat Makassar ini bukan hanya oase bagi warga kota kala dirundung penat, tetapi juga pelindung permukiman warga dari ombak dan angin kencang.
Hutan ini berada di sisi utara Kota Makassar, yang berjarak sekitar 13,8 kilometer.
Dari pusat Kota Makassar, pengunjung bisa berkendara ke Lantebung melalui Tol Insinyur Sutami yang memakan waktu lebih kurang 24 menit.
Saat memasuki tempat ini, pengunjung harus berhati-hati karena kondisi jalan yang relatif sempit. Wisatawan juga akan menapaki jalur warna-warni ketika memasuki hutan mangrove.
Pelaku perjalanan yang berkunjung ke wisata mangrove Lantebung akan dibebankan tiket seharga mulai Rp 3.000 per orang, dikutip dari Tribun Makassar, Kamis (13/7/2023).
Meraih Kalpataru dan masuk 75 besar ADWI 2023.
Potensi mangrove yang ada membuat Desa Wisata Lantebung menerima penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020.
Tidak hanya itu, baru-baru ini, Desa Wisata Lantebung juga termasuk dalam daftar 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Redaksi