PELAKITA.ID – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA menjadi pembicara utama pada Seminar Nasional Mendorong Ekonomi Kreatif, Pasca Pandemi Covid-19, (Jumat, 18/11/2021).
Acara tersebut terlaksana atas kerjasama Panitia DEKADE 1 IKA Smansa Makassar yang diketuai oleh Ibu Dr. Hj. Apiaty Amin Syam dengan Direktorat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemkot Makassar dan Pengurus Pusat IKA Smansa Makassar.
Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara eksplisit memberi apresiasi kepada IKA Smansa Makassar yang telah menggelar seminar ini.
Di hadapan 213 peserta seminar, Sandi yang baru saja kembali dari Negeri Paman Sam menantang para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi yang sedang didorong Pemerintah melalui pemanfaatan potensi wisata di tengah dan pasca pandemi.
“Mari menjadi produktif dan menciptakan inovasi,” katanya.
Sandi juga menyambut baik ajakan salah seorang penanggap yang memberi perhatian pada motif batik yang dikenakan Sandi dan menyebut sebagai bentuk ekonomi kreatif karena menggunakan pewarna alam.
Dr. Ela Eliyana, SE., MM, dosen dari Universitas Indonesia Timur menceritakan bagaimana kampusnya mendirikan Entrepreneur Center.
“Ada inovasi misalnya bagaimana kulit jeruk jadi selai. Apakah mungkin Kementerian nanti dapat membangitkan, bukan sekadar pajangan,” ucapnya.
Terkait itu, Sandiaga kembali mengajak Eliana untuk iikut meramaikan kegiatan pengembangan kreatif berbasis kuliner yang akan digelar tanggal 21 sampai 23 November di Makassar. “Saya akan ke Makassar,” katanya.
“Alangkah baiknya jika bisa mendorong satu kolaborasi agar produknyaa bisa menjadi unggulan. Melalui program pelatihan, pendampingan dan pembiayaan. Itu yang sedang kita dorong di seluruh Indonesia, mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif,” imbuh Sandi.
Selain Sandiaga Uno, hadir pula alumni SMA Negeri I Makassar di antaranya Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D., Sp.THT-KL(K)., M. Ars yang merupakan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI. Abdul Kadir memaparkan trend situasi COVID-19 di Indonesia dan menyebut bahwa meski ada penurunan atau melandai namun perlu wasapada.
“Target penanganan Covid-19 sudah melandai, menjadi 400 orang dan kita pernah mengalami hal sulit, 150 ribuan. Ini perlu dipertahankan, sesuai harapan kita,” katanya.
Dia juga membagikan data jumlah rumah sakit rujukan di Indonesia, demikian pula ketersediaan tempat tidur tidur, untuk isolasi dan penanganan intensif penderita.
“Masih tinggi di Papua, Sulsel menurun dan ini menandakan bahwa kita sudah berjuang bersama dan maksimalm” katanya.
Abdul Kadir juga memberikan pandanganya terkait strategi pencegahan Covid-19 dan menyebut bahwa ini merupakan tanggung jawab bersama. “Tetap memakai masker, mencuci tangan, membatasi mobilitas, dan interaksi, menjaga jarak, menjauhi kerumunan,” sarannya.
Dia mengingatkan perlunya dukungan Pemerintah Kota Makassar untuk terus peduli lingkungan. Ada beberapa hal yang disinggung seperti prosedur ketat untuk masuk mall, penggunaan moda transportasi massal, penggunaan rumah ibadah, termasuk proses tatap muka di sekolah yang perlu mendapat perhatian bersama.
“Peran serta masyarakat dalam ikut serta menekan penyebaran Covid-19 dengan mematuhi protokol Kesehatan. Diperlukan peran serta masyarakat untuk menciptakan herd immunity. Diperlukan peran serta masyarakat dalam menciptakan Herd Immunity dengan Vaksinasi, teknologi digital merupakan kunci penting dalam penanganan Covid-19,” kuncinya.
Narasumber berikutnya adalah Ketua Umum Pengurus Pusat IKA Smansa Makassar Andi Ina Kartika Sari yang juga ketua DPRD Sulsel. Dia menyorot kesiapan daerah dalam mengantisipasi dampak pandemi pada sektor pariwisata.
Menurut Andi Ina, saat pandemi kunjungan wisatawan ke Sulsel berkurang. “Januar- Maret 2020, sebanyak 3 570 kunjungan menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 4 155 kunjungan,” ungkapnya.
Dia juga menyebut kekhasan Sulsel yang mempunyai potensi wisata, alam, gunung, kuliner hingga adat istiadat. Dia menyarankan solusi jangka pendek untuk yang terdampak pandemi meski saat ini APBD Sulsel yang sebelum 2021 mencapai 10,8 triliun, kini hanya terisi, 9,2 triliun.
“Inilah yang kita sedang berusaha bagaimana pandemi, kita bisa keluar dan kembali berjalan dengan normal,” kata Ina.
Selanjutnya adalah paparan Dr Anas Iswanto Makkatutu yang menyorot industri kreatif dan lapangan kerja.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas yang juga alumni Smansa 82 ini mendeskripsikan ekonomi kreatif sebagai konsep ekonomi baru yang ditopang oleh informasi dan kreatiivitas dimana ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia merupakan faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi.
Dia juga memaparkan konsepsi ekonomi kreatif dari perubahan masyarakat tradisional ke masyarakat berkembang dan masyarakat maju yang menurutnya berkorelasi dengan proses kreatiif, produksi, distribusi dan komersialisasi.
“Di AS terdapat 11 persen wirausaha baru dari jumlah penduduk, di Singapura ada 7 persen, di Indonesia baru 0,18 persen wirausaha barunya, artinya kita masih kurang untuk bergerak atau memilih jalur entrepreneur ini,” katanya.
“ini juga menjadi kendala bagi kita untuk mengejar ketertinggalan sehingga biro usaha perlu membuka lapangan kerja,” ujarnya.
“Sangat penting untuk peningkatan kapasitas tenaga kerja. Kalau mau banyak inovasi maka perlu memperbanyak riset dan pengembangannya,” tegasnya.
“Kemauan dan kemampuan tersebut diperlukan untuk melakukan proses atau teknik baru, menghasilkan produk ataua jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha baru dan mengembangkan organisasi baru,” terang Anas. “Jadi perlu action,” tegasnya.
Pembicara berikutnya adalah Wali Kota Makassar, M. Ramdhan Pomanto yang dibacakan oleh Andi Irdan Pandita, S.Stp yang membawakan materi kebijakan program dan kegiatan Dinas Patriwisata Kota Makassar dalam mendorong sektor ekonomi kreatif.
“Seperti pemanfaatan teknologi informasi secara optimal, pelaku usaha krreatif didorong untuk berbadan hukum dan fasilitasi kekayaan intelektual atau HKI,” sebut Andi Irdan Pandita, S.Stp
“Pada Desember 2019, atau awal 2020 telah di-launching Program Inovasi Sistem Informasi Manajemen Ekonomi Kreratif yang disingkat SIM KARAENG atau Komunitas Ekraf Kota Makassar termasujk integrasi EkrafMakassar dengan aplikasi e-commerce Android EM.ID,” tambahnya.
Peringatan Aco
Narasumber terakhir adalah Dr Aranto Patunru. Alumni Smansa Makassar angkatan 91 ini merupakan dosen ekonomi di Australia dan memaparkan kondisi makro ekonomi terkini di tengah pandemi.
“Resesi ekonomi sudah lewat, paling tidak untuk saat ini tetapi bahaya pandemi masih mengancam,” katanya seraya mengingatkan adanya varian Delta dalam bulan Juni 2021.
Dia juga menjelaskan kondisi ekonomi yang cukup stabil seperti inflasi pada bulan Oktober year on year mencapai 1,66 persen. Lalu tingkat suku bunga BI yang mencapai 3,5 persen meski pertumbuhan kredit mius 1,49 persen di kuartal 2.
Menurut pria yang akrab disapa Aco itu, tantangan yang dihadapi saat ini adalah masa perpanjangan pandemi, pengurangan bantuan atau stimulus, penyesuaian financial dan korporasi.
“Untuk eksternal ada disrupsi pada sistem logistik dan rantai nilai global, lalu ada inflasi yang merembet serta pelunya rekalibrasi geopolitik,” ujarnya.
Isu lain yang disampaikan adalah tantangan pajak korporasi global, adopsi teknologi digital dan mata uang Kripto.
“Negara-negar maju yang meluncurkan dana stimulus mulai menarik dananya sekitar 15 billion dollar ini akan mengakibatkan modal, dana, uang, sebagian kembali ke negara asal atau capital flight, terjadi pelarian modal,” tambahnya.
“Tantangan dari sisi eksternal, gangguan pada sistem logisitik, inflasi terlihat di manapun karena saat mulai pulih supply tidak cepat seperti sisi demand,” katanya.
Menurut Aco, ada tensi baru antara Amerika China, ada pakta perdagangan yang akan mengubah banyak hal.
Terkait pandemi dan industry kreatif, menurut Aco ada beberapa yang menarik seperti masih bertahan dan berkembangnya aplikasi program, komputer, game, teknologi informasi.
Di mata Aco, kontribusi ekonomi kreatif sangat signifikan dan ada lima aspek yang perlu diperhatikan.
“Lima aspek untuk pengembangan ekonomi kreatif yaitu Infrastruktur, pengetahuan, kreativitas, inovasi dan institusi,” katanya.
Untuk infrastruktur dia menyebutkan betapa biaya logistik di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia.
“Beberapa proyek infrastruktur dipertanyakan perhitungan biaya-manfaatnya, peran infrastruktur berbeda-beda antar sub-sektor ekonomi kreatif dan pariwisata). Di tengah pandemi, infrastruktur internet berkecepatan tinggi menjadi penting sekali,” jelasnya.
Untuk pengetahuan dia menyebut skor akademik rata-rata siswa RI usia 15 tahun cukup rendah (math 72/79, science 71/79, reading 73/78, bandingkan dengan Vietnam: 24/79; 4/79; 13/79).
“Perlu memperbanyak porsi matematika, bahasa Inggris, dan coding. Bahasa-bahasa lain menyusul,” saran Aco. “Perlu mengubah fokus dari ‘menghafal’ ke ‘mengerti’.”
“Untuk kreativitas, perlu membiasakan memberi penghargaan atas kreativitas. Seringkali kreativitas berarti kontra status quo. Untuk inovasi, kita perlu membiasakan dan membudayakan critical thinking via debat, dialog, polemi,” katanya.
“Inovasi sering mengandung ‘trial-and-error’, jadi bisa berbiaya tinggi (butuh risk-taking) sementara apsek institusi meliputi nstitusi pajak, insentif, HAKI, paten, royalty hingga UU ITE,” pungkasnya.
Editor: K. Azis (koordinator Infokom PP IKA Smansa Makassar)