Ingin Budidaya Windu? Mari Simak Anjuran Pakar Budidaya Udang Muhammad Saenong

  • Whatsapp
Ir Muhammad Saenong, M.Si (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Sayangnya, di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan udang windu menghadapi berbagai tantangan serius.

Di antaranya adalah isu spesies asli dengan karakter rasa yang spesifik, serta menurunnya minat pembudidaya pada sistem on farm akibat risiko produksi dan keterbatasan teknologi.

Kondisi ini memunculkan satu pertanyaan besar: bagaimana membangkitkan kembali kejayaan udang windu secara berkelanjutan dan berdaya saing?

Muhammad Saenong, saat menjadi narasumber pada Webinar Budidaya Udang Windu yang digelar ISPIKANI Sulawesi Selatan, menegaskan bahwa kebangkitan udang windu harus diawali dengan rancangan strategik yang komprehensif dan terintegrasi.

Strategi tersebut tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi, tetapi juga pada pembenahan sistem bisnis, teknologi, dan kelembagaan dari hulu hingga hilir.

Pendekatan ini dirancang untuk menjawab isu-isu mendasar sekaligus mengembalikan kepercayaan pelaku usaha budidaya.

Dalam kerangka tersebut, pengembangan udang windu disusun melalui beberapa skenario kunci. Pertama adalah skenario bisnis yang menitikberatkan pada penentuan target pasar.

Udang windu diarahkan sebagai produk unggulan dengan segmentasi jelas, seperti udang organik berukuran besar, produk hidup atau segar dengan nilai tambah, serta orientasi pasar ekspor dan dalam negeri.

Kejelasan target pasar menjadi fondasi penting agar seluruh proses produksi memiliki arah yang pasti.

Kedua, skenario setup inovasi dan teknologi. Pengembangan udang windu tidak dapat dilepaskan dari penguatan teknologi budidaya. Hal ini mencakup konstruksi tambak yang ramah lingkungan, pengelolaan input produksi yang efisien, penerapan sistem bioflok, serta manajemen kualitas air dan pakan yang lebih baik.

Teknologi menjadi kunci untuk menekan risiko kegagalan produksi sekaligus meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan.

Ketiga, skenario kaji terap yang melibatkan tim teknis. Pada tahap ini, teknologi yang diterapkan diuji secara lapangan untuk memastikan kesesuaian dengan kondisi lokal.

Illustration

Proses kaji terap meliputi justifikasi teknologi, evaluasi kinerja budidaya, serta perbaikan berkelanjutan yang bermuara pada penyusunan rekomendasi dan standar operasional prosedur (SOP). Dengan demikian, inovasi tidak berhenti pada konsep, tetapi benar-benar teruji dan siap direplikasi.

Keempat adalah skenario implementasi masif (komersial). Setelah teknologi dan model bisnis teruji, langkah selanjutnya adalah penerapan secara luas melalui penguatan kelembagaan pembudidaya.

Pada tahap ini, sistem on farm (petambak, kelembagaan, dan teknologi produksi) dihubungkan secara sinergis dengan sistem off farm, yang meliputi industri input, produksi lanjutan, logistik, dan pedagang.

Dukungan lembaga keuangan dan peran pemerintah menjadi faktor penting untuk mempercepat transformasi ini.

Seluruh tahapan tersebut dirancang sebagai proses transformasi yang saling terhubung, dari hulu ke hilir, dari skala teknis hingga komersial.

Menurut Saenong, strategi pengembangan udang windu tidak hanya berbicara tentang peningkatan hasil panen, tetapi juga tentang membangun ekosistem usaha yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.

Pada akhirnya, kebangkitan udang windu hanya dapat terwujud apabila terdapat sinergi yang kuat antara pembudidaya, pelaku industri, lembaga keuangan, pemerintah, dan dunia akademik.

Dengan pendekatan strategik, berbasis teknologi, dan berorientasi pasar, udang windu berpeluang kembali menjadi ikon perikanan budidaya Indonesia yang bernilai tinggi dan berdaya saing global.