Kabar Daeng Cambang, Eksotisme Kapitu dan Peran Cargill Amurang

  • Whatsapp

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Syamsul Bahri namanya. Kami di barisan alumni Ilmu (dan Teknologi) Kelautan Universitas Hasanuddin terutama di angkatan 88 hingga 2000-an, menyapanya sebagai Daeng Cambang.

Dia lahir dan besar di satu titik Tana Doang Selayar, Indonesia. Pernah tinggal di Nusa Tenggara Timur.

“Ayah saya nelayan di pesisir Flores,” katanya suatu ketika.

Kalau melihat penampakannya dia mewariskan kesan macho dari Timur. Kekar dan tangguh.

Daeng Cambang, kedua dari kiri. Foto kenangan bersama penulis, dan kolega dari Selayar, kampung halaman (dok: Pelakita.ID)

Kulitnya legam layaknya mereka yang lahir dan menyesap energi pantai, sengatan matahari dan debur Je’ne Kebo.

Wajahnya tegas, banyak kawan seangkatannya di Ilmu Kelautan menyebutnya ’perkasa dari lahir’. dia brewok sejak muda, dia bercambang sejak anak-anak Kelautan yang lain masih mencari-cari Firdaus Oil untuk menumbuhkan bulu-bulu di sekitar dagu.

Itulah mengapa dia disebut Daeng Cambang. Dia lulus di Ilmu Kelautan Unhas. Dia angkatan 2005.

Tak butuh waktu lama untuk dia bisa bekerja setelah lulus kuliah. Salah satu alasannya karena dia yang menciptakan pekerjaan. “Relawan konservasi laut, dan kawan siapa saja.”

Dia pernah kerja di Selayar, di Kepulauan Spermonde Makassar, dia membelah lautan demi pengabdian sosial, ekonomi dan lingkungan di Kepulauan Natuna. Teranyar, dia sedang berbagi pengalaman dan inspirasi di Negeri Noni-Noni, Sulawesi Utara.

Pagi ini dia menyapa dari Desa Kapitu Bitung.

”Apa kabar kanda?” sapanya.

”Baik, boscuuu…”

Ada kabar baik dan inspiratif dari Desa Kapitu. Begitu chat-nya.

”Keindahan Desa Kapitu terpancar jauh dan luas, mulai dari bibir pantai hingga dasar laut, semakin terlihat, semakin jelas dia sedang memanggi-panggil dunia,” tulisnya layaknya seorang sastrawan.

Kondisi bawah laut Perairan Kapitu (dok: Istimewa)
Kondisi bawah laut Perairan Kapitu (dok: Istimewa)
Rekreasilah di Kapitu (dok: Istimewa)
Gurita Unik di Kapitu (dok: Istimewa)

”Mari datangi, mari jaga. Mari kita jaga laut dan pantai kita dari tangan-tangan jahil dan sampah plastik. Semoga ke depannya, terumbu karang dan ekosistem pantai dapat memberikan hasil yang lebih baik,” tulisnya lagi.

Kali ini ada pesan layanan lingkungan. ”Jauhkan dia dari tangan jahil dan sesampahan.”

Kata Daeng Cambang, bagi anda-anda, guys-guys, yang penasaran dengan keindahan laut Desa Kapitu, silakan menghubungi kelompok-kelompok yang telah dibina oleh Manengkel Solidaritas melalui kerja sama dengan PT. Cargill Amurang Indonesia.

“Ya, ada peran perusahaan di sini yang mendorong pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kawasan pesisir dan laut dengan bijaksana, efektif dan berkelanjutan,” begitu pujinya.

”Kerjasama ini demi membangun Desa Kapitu menuju Desa Konservasi dan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, di Desa Kapitu terdapat Kelompok,” sebutnya.

Pantai indah, taman hati (dok: Istimewa)
Harmoni di Kapitu (dok: Istimewa)
Menjaga sabuk pengaman di Pantai Kapitu (dok: Istimewa)

 

”Melalui apa pendekatan dan kegiatannya?” balas Pelakita.ID

”Bisa dengan pembibitan mangrove. Di sini, kalian bisa belajar atau mengedukasi betapa pentingnya konservasi mangrove untuk permukiman, untuk pantai, untuk lautan,” kata dia.

”Apa lagi?” ”Bisa dengan pengembangan Kelompok Wisata. Dengan kelompok wisata, kita bisa berpeartisipasi menjaga, menikmati keindahan tanpa harus mengekstraksinya, mengambilnya, asik bukan?” balas Daeng Cambang.

Di Kapitu, ada kolaborasi multipihak (dok: Istimewa)
Kapitu menjadi arena kolaborasi sejumlah pihak (dok: Istimewa)
Mengajak generasi muda untuk peduli pantai, laut. Jangan buang sampah sembarangan (dok: Istimewa)
Jaga bentang pesisir dan laut kita dari sampah dan tangan-tangan jahil (dok: Istimewa)

”Bukan hanya itu kanda, ada juga upaya mengedukasi warga melalui Kelompok Edukasi anak-anak Pesisir dalam meningkatkan keterampilan dan mental anak-anak pesisir dalam pemahaman tentang sumber daya alam,” terangnya.
”Bahkan bisa juga jadi ajang belajar bahasa Inggris,” imbuhnya.

”Luar biasa Daeng Cambang,” puji Pelakita.ID

”Luar biasa bisa jadi guru bahasa Inggris.”

”Bukan saya kanda yang ngajar tapi ada volunteer dari luar negeri. Labih pas, dan nampak profesional. Cukuplah saya jadi influencer di medsos,” pungkasnya.

“Eits!” 

Penulis: Denun

Related posts