Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Prof Sukri Palutturi berbagi kabar kalau dirinya terpilih menjadi anggota Dewan Pengawas AIPTKMI periode 2022 hingga 2025.
Apa AIPTKMI dan bagaimana sejarah pendiriannya? Mari simak penjelasan berikut seperti dikutip dari laman mereka AIPTKMI
PELAKITA.ID – Perhatian masalah kesehatan masyarakat di Indonesia telah dimulai sejak abad ke 16 oleh Pemerintah Belanda. Namun perkembangannya sebagai kajian kesehatan masyarakat, ditandai dengan terjadinya wabah kolera pada 1937 di Eltor.
Kemudian 1948 wabah cacar yang masuk ke Indonesia melalui Singapura. Oleh karena dua wabah ini, pemerintah Belanda kemudian melaksanakan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara terprogram untuk mengendalikan dan mencegah.
Sejalan dengan itu, pada tahun 1851 didirikan Sekolah Dokter Jawa oleh dr Bosch dan dr. Bleeker. Sekolah ini diberi nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten).
Setelah itu, 1913 didirikan sekolah yang kedua di Surabaya, dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).
Dari kedua sekolah inilah pertama kali berkembang kajian dalam ilmu kesehatan masyarakat, yang kemudian melahirkan dokter-dokter Indonesia yang mengembangkan program kesehatan masyarakat.
Pada tahun1927 STOVIA berubah menjadi Sekolah Kedokteran, dan tahun 1947 berubah menjadiFakultas kedokteran Universitas Indonesia, dimana salah satu bagian/departemen yang dikembangkan di dalamnya adalah departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Awal perkembangan disiplin kesehatan masyarakat di Indonesia justru bukan dimulai perguruan tinggi, tetapi dikembangkan oleh para dokter dan pemerhati kesehatan, baik yang bekerja di pemerintahan maupun di masyarakat.
Mereka menganggap bahwa penggabungan pendekatan retrospektif untuk pendekatan klinis, harus dikembangkan bersama-sama dengan pendekatan prospektif yang menjadi ciri khas perkembangan ilmu kesehatan masyarakat.
Dari titik awal inilah kemudian berkembang disipin ilmu kesehatan masyarakat di perguruan tinggi sebagai kajian, dengan tiga periode perkembangan: Periode Awal atau yang dipelopori oleh Dr. Leimena dan Dr. Fatah, periode Transisi yang di pelopori oleh Del Mochtar dan Dr. Sayono, serta periode Pembaharuan yangmenjadi tonggak perkembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat saat ini.
Periode Awal (Leimena-Fatah) Titik awal perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai dari Program Bandung Plan pada tahun 1951 oleh dr. Leimena dan dr. Fatah (Soekidjo, 2010).
Asumsi dasar dalam konsep ini menyebut bahwa dalam pelayanan kesehatan, aspek kuratif yang mengandalkan pendekatan pada pelayanan kesehatan perorangan haruslah digabungkan dengan aspek promotif preventif yang mengandalkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Cita-cita Bandung Plan semakin nyata sesuai tujuan programnya yaitu memperjelas peran promotif, preventif dan kuratif sebagai satu kesatuan dalam kerangka sistem pelayanan kesehatan, ketika dibentuk program yang lebih fokus dalam Proyek Percontohan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Lemahabang, Bekasi yang dipimpin oleh Sulianti.
Pada tahun 1959 Prof. Mochtar mengajukan gagasan ke Rektor UI untuk membentuk Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia.
Adapun alasan yang diutarakan pada waktu itu adalah pengembangan ilmu kesehatan masyarakat tidak mungkin dapat dilakukan melalui bagian IKM-IKP yang bernaung di bawah Fakultas Kedokteran, karena akan terjadi banyak konflik kepentingan.
Sayang sebelum gagasan dapat direalisasikan, pada tanggal 24 Januari 1961 Prof. Mochtar gugur dalam kecelakaan pesawat terbang di Pegunungan Burangrang dalam perjalanan untuk mengajar kesehatan masyarakat di ITB, Bandung.
Tahun 1962, Prof. Sayono Sumodijoyo melanjutkan gagasan tersebut pada tanggal 26 Februari 1965 melalui SK Mendiknas No. 26/1965, berdirilah FKM pertama di Indonesia. Kemudian SK berdirinya FKM UI diperbaiki melalui SK No. 153/1965 dan tanggal berdirinya FKM UI ditetapkan tanggal 1 Juli 1965. Prof. Sayono Sumodijoyo diangkat menjadi Dekan pertama FKM UI.
Setelah Universitas Indonesia mendirikan FKM di tahun 1965, kemudian diikuti oleh Universitas Hasanuddin yang mendirikan FKM tahun 1982.
Sejak tahun 1995 mulai bermunculan berdirinya Institusi Pendidikan Kesehatan Masyarakat baik negeri maupun swasta di Indonesia.
Sebagian besar dari institusi pendidikan tinggi kesmas ingin bergabung dengan BKS – FKMI namun, mengingat tidak semua institusi adalah berupa fakultas, dimana ada yang menyebut dirinya STIK atau STIKES, maka nama BKS-FKMI tidak lagi tepat untuk digunakan.
Pada pertemuan BKS-FKMI tanggal 28 Oktober 2002, sepakat untuk berganti nama menjadi Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia yang kemudian disingkat menjadi AIPTKMI dengan kepengurusan yang masih sama.
Dasar Hukum Dasar yang menjadi pijakan dari AIPTKMI adalah berdasarakan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU – 49.AH.01.07.
Tahun 2014 tentang Pengesahan Badan hukum Perkumpulan. Dengan surat keputusan tersebut maka AIPTKMI resmi menjadi organisasi yang sah dan resmi terdaftar di Kemenhukham.
AIPTKMI berkedudukan di kota administrasi Jakarta Pusat, sesuai Akta nomor 18 tanggal 05 Desember 2013 yang dibuat dihadapan Notaris Dewi Tenty Septi Artiany, S.H., M.Kn. berkedudukan di Jakarta.
Tentang Prof Sukri Palutturi
Sukri Palutturi atau bisa dipanggil Sukri lahir di Tanatoa Sulawesi Selatan menyelesaikan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tahun 1988 Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Dia meraih gelar S2 dalam negeri di Pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 2001 dan kembali meraih gelar masternya diluar negeri yaitu di Griffith University, Australia pada tahun 2008 dengan bidang masing-masing yaitu Administrasi Kebijakan Kesehatan.
Setelah menyelesaikan Masternya, Sukri menyelesaikan pendidikan doktornya di Griffith University, Australia pada tahun 2013 bidang Administrasi Kesehatan Masyarakat.
Sekarang menjabat Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan mengabdi sebagai tenaga pengajar di Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Adapun Kompetensi Ahli yang dikuasai adalah Asuransi Kesehatan.
Selamat Prof Sukri!
Editor: K. Azis