Dalam bahasa Bugis–Makassar, binara berasal dari akar kata binara atau binarang yang bermakna cerah, bersinar, atau bercahaya. Sebutan ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memancarkan terang, baik secara fisik seperti cahaya, maupun secara maknawi seperti kecerdasan, kejayaan, dan pencerahan.
PELAKITA.ID – Sekitar tiga pekan lalu bos saya, Ashar Karateng, sosok yang kami sebut sebagai Pak Kepala Sekolah di jejaring alumni Japan International Cooperation Agency terutama dari rumpun proyek PKPM dan CD Project terasa menunjukkan gelagat tidak tenang.
Saya mengerti. Dia sedang menunggu kelahiran cucu pertamanya. Putrinya, yang sering kami sapa Putri sedang menanti kelahiran anak pertamanya di Makassar.
“Bulannyami Putri,” itu kata Jumardi Lanta saat kami berbincang tentang jadi tidaknya Haji Ashar ke Sorowako lantaran menunggu kelahiran cucunya.
Pendek cerita, setelah momen pertemuan kami dengan Ashar dan peserta Learning Session PPM SDGs di Villa Ke Sini Lagi di Sorowako, terbetik kabar telah lahir cucu yang ditunggu, namanya Andi Muhammad Keenan Binara, putra dari pasangan Andi Bina Agrian yang merupakan putra pertama Andi Amal Fachri dan H. Harisah Suhardjo (Wakil Ketua DPRD Lutim) dan Shofy Afliya Ashar atau acap disapa Putri.
Penulis terhenti pada kata Binara ini. Dalam bahasa Bugis–Makassar, binara berasal dari akar kata binara atau binarang yang bermakna cerah, bersinar, atau bercahaya.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memancarkan terang, baik secara fisik seperti cahaya, maupun secara maknawi seperti kecerdasan, kejayaan, dan pencerahan.
Dalam ungkapan sehari-hari, makna ini juga sering dipakai secara simbolik, misalnya dalam kalimat “anak muda binara ati” yang berarti anak muda dengan hati yang terang, penuh semangat, dan kebijaksanaan.

Sementara dalam bahasa Sanskerta atau Jawa Kuno, kata binara dapat ditelusuri dari akar kata binar yang berarti bersinar atau bercahaya. Kata ini kerap muncul dalam karya sastra atau puisi klasik untuk melukiskan sesuatu yang berkilau dan memancarkan keindahan—baik wajah yang bercahaya maupun jiwa yang terang oleh kebajikan dan ilmu pengetahuan.
Andi Muhammad Keenan Binara, sebagai doa ini indah sekali apalagi ada kata Andi dan Muhammad. Nama itu tertera di undangan Akikahan di grup PPM SDGs.
Kami bergegas ke Pattallassang.
“Di manaki daeng, teman-teman tungguki tawwa,” kata Darsam Belana melalui telpon saat waktu menunjuk pukul 11 siang.
“Saya sudah siap berangkat tapi masih menunggu mobil,” balasku. Darsam dan sejumlah kolega dari Tim Sorowako rupanya sudah tiba sehari sebelumnya dan ikut berbagi bahagia di acara Akikah itu.
Selain Darsam nampak sejumlah wajah tak asing. Ada Gani Cakep ’The Interaksi Guy’ dan istri berikut anaknya Hani. Lalu ada Sulis Ergosum, Vaulth Ambasalu dari Towuti, Hasmawati Muin dari Wasuponda, Andi Narwis sosok yang sudah lama malang melintang di pemberdayaan masyarakat Luwu Timur yang juga berdarah Wajo.

Tak ketinggal the one and only, Puang Ewa alias Om Sangkala dari Malili dan beberapa kolega asal Wajo.
Saya dan istri tiba bersama Ustaz Jumardi Lanta yang datang bersama dua anak kembarnya yang lucu. Keduanya nampak taat mengikuti instruksi ayahnya, menikmati sajian dan sejumlah kudapan yang sudah tersedia dengan apik.
Saya sebut saja. Ada kari kambing, rawon kambing, ayam bumbu santan dan sejumlah sajian lainnya yang menggoda selera.
Saya mencicipi semua yang sudah disebutkan ini ha-ha-ha. Mumpung toh. Tak ketinggalan barongko, kue cucur bayao, hingga mengulik menu bonus siomay yang sungguh nikmat.
Semua nampak hepi, semua bersukacita atas kelahiran Sang Cucu, Andi Keenan.
Dihadiri Bupati Wajo
Setelah menikmati gurihnya daging kambing muda, saya berdiri menuju meja es buah. Dari sini pula saya menyaksikan sosok yang sering tampil di website Pelakita.ID, dia Bupati Wajo, Andi Rosman.
Dia berjalan dengan mengenakan sarung sutra khas Sengkang diapit dua sosok yang sesuai memori saya bersama keluarga Karateng selalu nampak padu, dia Ashar Karateng tuan rumah dan Ahmar Jalil. Sosok terakhir ini adalah aktivis LSM yang wara-wiri di proyek peningkatan kapasitas stakeholder pembangunan daerah.
Kembali ke Andi Rosman. Saya tidak kaget ketika Bupati yang disebut rendah hati, sombere dan penuh kharisma ini datang ke acara Akikahan Sang Cucu, Andi Keenan.

Berjalan santai dan dipeluk Ahmar Jalil, Bupati melangkah ke kursi berwarna merah. Tuan rumah Ashar berjarak dengan Bupati, saat saya hendak foto, dia menjauh. Ini salah satu yang sering saya amati kalau beliau bersama ’pembesar’.
Hal sama saat saya rasakan saat hendak berfoto dengan Andi Rosman, Ashar berdalih, tidak perlu masuk.
”Bro saja, silakan,” katanya.
“Asal bapak jangan panggil saya Opa ya, masih muda begini,” tambah Pak Kepsek disambut tawa Pak Bupati.
Bertemu Bupati itu rasanya melengkapi sejumlah cerita yang telah sering Pak Kepsek Ashar sampaikan, tentang persona seorang Andi Rosman, tentang ajakan Andi Rosman untuk menjadikan Ashar ’penasehat Pilkadanya’, tentang kiprah alumni STPDN itu yang juga berkolega dengan sejumlah orang yang saya kenal seperti Fadly Wellang, pejabat di Kota Makassar, Bupati Maros Andi Syafril Chaidir Syam, hingga sejumlah senior STPDN asal Makassar seperti Zainal ’Enal’ Ibrahim, kawan kelas penulis di SMA I Makassar. Apalagi Wakil Bupati Wajo dr Baso Rahmanuddin adalah juga alumni SMA I Makassar.
Enal bahkan kirim salam. ”Salamku sama Pak Bupati Wajo.” Balas senior angkatan pertama STPDN itu.
”Mestinya Pak Bupati Maros yang cari beliau,” balas Ashar dengan senyum – saat saya bilang: izin pak Bupati, mauka foto dan kirimkan foto kita ke Bupati Maros. Andi Rosman adalah Kadis di Maros saat Chaidir Syam jadi Bupati. Keduanya akrab dan disebut sangat dekat, layaknya adik kakak. Andi Rosman lebih tua dari Chaidir.

”Di manaki ketemu Kak?” balas Chaidir saat saya kirimkan foto saya dengan Bupati Wajo.
Sahabat sekalian, saya juga manfaatkan untuk berbincang dengan Bupati Andi Rosman tentang kebersamaan saya dan kolega dengan Pak Ashar. Terutama tim The COMMIT Foundation. Juga membincang Wajo untuk menjadi sentra perikanan tangkap dan budidaya. Bupati menyebut daerah seperti Siwa dan Sajoanging adalah pesisir yang potensil untuk pengembangan kelautan dan perikanan ke depan.
Siang itu, saya menyaksikan dan seperti merasakan suasana kebatinan Sang Bupati di Pattallassang. Dia nampak bahagia, seperti layaknya tuan rumah untuk acara syukuran akikahan Andi Muhammad Keenan Binara.
Tentu saya juga tidak bisa begitu saja menyembunyikan rasa bahagia saat melihat Andi Vivien Mappesangka, ibunda Putri atau neneknya Andi Keenan, berikut ipar-iparnya seperti Kanon, Fajar hingga Ahmar Jalil larut dalam suasana bahagia. Saya juga menyaksikan bagaimana Sang Ayah yang berbahagia Andi Agrian dan istrinya Shofy alias Putri menyapa para sahabatnya yang hadir menikmati suasana membahagiakan itu.
Selamat atas kelahiran ananda Andi Muhammad Keenan Binara, semoga sehat walafiat, selalu menjadi cahaya penerang untuk keluarga, masyarakat dan agama.
___
Tamarunang, Ahad, 13 Oktober 2025
