Pelakita.ID melaksanakan Pelakita Tour untuk melihat realitas pada 22 Pangkalan Pendaratan Ikan di di Sulawesi Selatan, kali ini ke Kota Palopo untuk melihat PPI Pontap. Setelah itu ke PPI Uloulo di Belopa, Jumat, 23/10/2022.
PELAKITA.ID – Seorang pria mengambil ikan bawal besar lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. “Masih segar, masih segar,” ucapnya. Di sampingnya, seorang perempuan menunjukkan ikan-ikan khas pesisir laut Luwu Raya. Ikan belanak besar, bandeng laut hingga ikan yang mereka sebut ‘ikan kapurung’.
Ikan yang disebut terakhir sebangsa teri. Ukurannya seperti teri. Selain itu ada lagi nama lain, ikan rede. Ikan ini di beberapa tempat disebut ikan layang tetapi di sini disebut ikan ikan rede.
Masih di dekat mereka, di laut, dua perahu terparkir berdua, di perahu yang satu nampak seorang pria merajut jala, pria yang satu pun demikian. Mereka nampak telaten seperti harmoni pagi yang dimanja pemandangan Kota Palopo yang tenang dengan ssiluet tepi gunung.
Waktu menunjuk pukul 7 pagi.
Di sisi timur Pangkalan Pendaratan Ikan Pontap Palopo, peperahu berjejer. Sebagian besar merupakan purse seine berukuran kecil antara 7 hingga 10 groston. Jejeran perahu ini nampak indah dengan latar bukit-pegunungan Luwu.
Di utara, perahu-perahu pendamping perahu bagang (lift net) satu persatu merapat ke pangkalan pendaratan ikan.
Pagi di Pontap pecah oleh suara-suara mesin kapal. Kapal-kapal membongkar ikan kapurung dan ikan rede. Di sisi barat, atau menghadap ke Kota Palopo jejeran penjual ikan menjajakan ikan-ikan kakap, kerapu hingga tongkol-cakalang.
Ratusan orang yang datang membuat salah satu pangkalan ikan tersibuk di jazirah Luwu Raya ini menjadi istimewa.
Dari PPI Pontap mengalir uang ratusan juta saban hari. Ikan-ikan ekonomis menjadi alasan mengapa PPI ini terus menggeliat dari hari ke hari.
Fasilitas yang ada
Ada dua bangunan yang nampak sebagai bangunan inti PPI atau tempat membongkar ikan dan menjajakannya.
Bangunan yang tak begitu lengkap sebab untuk mendaratkan ikan, tidak terdapat undakan atau tangga yang memungkinkan nelayan menyandarkan perahu dan menaruh ikan sebelum diangkut ke bangunan utama.
Bangunan pertama sudah nampak tua dan hanya menjadi tempat parkir dan menaruh coldbox atau kotak ikan. Bangunan kedua lebih besar. Masih relatif baru namun lantainya penuh sampah berserak. dan air tergenang.
Bangunan kedua ini nampak ‘sepi’ sebab sebagian besar penjual ikan menjajakan di luar bangunan utama. Yang ada hanya peti-peti penyimpan ikan. Ada yang terikat karet sebagian terbuka namun tanpa isi.
“Di sini lebih longgar, pembeli banyak yang lebih senang di luar sini,” kata Mama Amira, pedagang di sisi pelabuhan. Di dekat lapak dia inilah terdapat jejeran penjual ikan yang menaruh di atas tanggu yang membentang ke arah utara.
Selain bangunan utama itu terdapat dua bangunan penyedia es. Yang pertama disebut cold storage namun sudah bertahun-tahun tak beroperasi. Di sisinya, ada bangunan pabrik es namun kali ini tak berfungsi.
“Baru-baru ini saja tidak berfungsi. Lagi macet,” kata Dini, perempuan pedagang air mineral yang kerap mengantar air mineral untuk pedagang dan pengunjung PPI Pontap.
Di luar kawasan PPI terdapat beberapa penyedia es balok, salah satunya Pak Mansyur. Itu informasi dari Mama Amira. Untuk air bersih, kapal-kapal mendapat pasokan dari pemilik kapal yang dibawa dari kota Palopo. BBM pun demikian.
Alat tangkap
Berdasarkan observasi di PPI, setidaknya ada empat kelompok alat tangkap yang beroperasi di sekitar Teluk Bone, atau di lepas pantai Luwu Raya.
Yang pertama adalah nelayan yang beroperasi dengan jaring dasar atau rawai, lalu ada purse seine dan bagang atau liftnet.
Untuk jaring rawai atau pukat dasar mereka beroperasi antara wilayah Luwu Utara hingga ke arah selatan Siwa.
Mereka beroperasi di perairan dangkal. Ikan-ikan yang ditangkap seperti bandeng laut, belanak, kakap putih hingga kepiting dan pari.
Untuk nelayan bagang beroperasi di lepas pantai Kota Palopo, sesekali ke daerah Luwu Utara. Ikan-ikan hasil tangkapan seperti ikan kapurung (seukuran teri), ikan layang kecil atau ikan rede, cumi dan teri.
Sementara untuk purse seine tangkapannya adalah layang, kembung, cumi hingga ikan teri. Yang keempat adalah kategori pemancing. Mereka menangkap ikan tongkol, cakalang hingga kerapu dan kakap.
PPI Pontap nan strategis
Kota Palopo yang semakin pesat perkembangannya menjadikan daerah ini membutuhkan pasokan ikan yang maksimum. Bukan hanya dipasok oleh PPI Pontap tetapi juga dari pangkalan pendaratan ikan dari selatan seperti dari Parepare bahkan Makassar.
Daya tarik PPI Pontap ini pula yang membuat beberapa TPI di Luwu Utara di Munte ditinggalkan termasuk di Kabupaten Luwu seperti PPI Uloulo.
“Banyak nelayan yang beralih ke budidaya rumput laut katonik, pangkalan pendaratan ikan tak lagi aktif meski ada banyak perahu nelayan di sini. Mereka lebih sering menjual ikan di selatan, di PPI Pontap,” kata Achmad Thamrin, ASN Dinas Perikanan Luwu Utara kepada Pelakita.ID.
“Padahal kita ada tempat pelelangan ikan Munte,” katanya. Menurutnya, ke depan, perlu antisipasi mengingat perkembangan daerah seperti Masamba yang juga semakin tinggi populasinya. “Perlu dipikirkan untuk pangkalan pendaratan ikan yang operasional,” harapnya.
“Pontap ini sudah lama, sudah puuhan tahun beroperasi, hanya saja perlu dukungan untuk pengembangannya. Dari tahun ke tahun pengunjung semakin banyak, kebutuhan ikan penduduk kota Palopo semakin tinggi, sudah perlu dipikirkan untuk pengembangan sarana prasarana yang ada, termasuk perluasan dermaga pendaratan ikan,” kata Putra Luwu, Syahril Abdul Raup saat dihubungi Pelakita.ID
Syahril adalah Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari yang juga sudah pernah mendampingi program PPI Pontap yang higienis bertahun lalu.
Sampah perlu penanganan
“Tantangan kita untuk PPI Pontap yang sehat atau higienis adalah perilaku kita mengelola sampah. Perlu komitmen bersama untuk tidak sembarangan membuang sampah. Saya kira tantangan kita saat ini adalah pengelolaan sampah itum,” ucapnya.
Apa yang disampaikan Syahril itu benar adanya sebab di beberapa pojok PPI Pontap terdapat timbunan sampah yang belum ditangani.
Jika ditotal bisa mencapai bobot 2 ton yang belum diangkat. Sampah ini seperti sampah gelas plastik, tali rafia dan tali tambat, hingga wadah plastik seperti nampan atau baskom.
Kota tumbuh, penduduk bertambah. PPI Pontap bisa terus menjadi sandaran Kota Palopo dan daerah sekitarnya namun jika sampah buangan terus dibiarkan lambat laun akan ditinggalkan pembeli atau setidaknya berpikir untuk tak harus datang ke sini.
Jika sampah tak tertangani, hamorni indah di PPI Pontap lambat laun menjadi prahara. Akan lebih runyam jika sampah itu dibairkan jaruh ke laut.
Penulis: K. Azis